Dua Minggu Kemudian ....“Amarise, bagian kamu pagi ini di suite room nomor 267,” titah Manager Housekeeping menunjuk Amarise.“Baik, Bu,” balasnya segera melakukan tugas.Amarise sudah bekerja di salah satu hotel bintang lima yang berada di kawasan Bali hampir satu minggu. Alasan utama ia mengambil pekerjaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup.Kali terakhir Amarise mengambil uang pemberian Nic sebelum menuju bandara. Ia mengambil uang secukupnya dan tidak akan mengambil lagi dengan pemikiran jika hal tersebut bisa dilacak Nic dalam mode transaksi terakhir.Selama itupula, Amarise berusaha menepis segala hal tentang Nic. Amarise masih mencari cara untuk memberitahu masalah perceraiannya bersama pengacara keluarga Amarise. Terlebih, ia tidak pernah mengatakan tentang pernikahan. Ia malu untuk mengungkapkan status dari seorang keponakan menjadi istri.Di sisi lain, Amarise bersyukur tidak dicari oleh keluarga Nic. Biarlah semua berjalan seperti ini, meskipun Amarise merasa sudut
“Kamu masih bisa berjalan santai, meninggalkanku setelah mempermalukanku, ha? Bagaimana kamu bisa semakin licik, Nic?! Aku sudah keluar dari mansion dan segera menghilang dari kehidupanmu itu!” pekik Amarise di lantai koridor lobi yang sepi.Ia baru saja menghentikan langkah Nic yang akan memasuki lift, beristirahat di unit setelah memfitnah Amarise.Hidung mancung Amarise kembang kempis seiring kedua tangan mengepal kuat. Rahang itu mengetat dan semakin tajam menatap Nic yang berbalik dengan sorot tenang. “Berengsek,” umpatnya menggeram tertahan.“Aku sudah mengatakan alasan utamaku, yaitu tidak mengizinkanmu bekerja, terlebih menjadi bagian kebersihan,” balasnya memasukkan kedua tangan dalam saku celana.Tubuh atletis itu terbalut kemeja dipadukan celana bahan. Bagian lengan itu dilipat hingga sebatas siku dan membiarkan tiga kancing teratas terbuka. “Pulanglah bersamaku, Rishi,” tambah Nic tanpa ekspresi yang membuat Amarise tergelak sinis.“Pulang bersamamu hanya untuk melihat bet
Amarise merutuki nasib sialnya dan sudah lebih dari puluhan kali memaki Nic sepanjang kaki jenjangnya menapaki pinggir pantai. Ia sudah diusir dari pekerjaan, lalu ditambah lagi harus mengubah sedikit alur ‘kebohongan’ pada Yulia.Semua kerumitan di pikiran Amarise dipicu oleh tindakan Nic. “Dasar pria berengsek! Dua minggu ini kebebasanku terenggut hanya dalam hitungan detik! Di sana pasti dia puas menertawaiku!” tukas Amarise menendang sekilas pasir pantai dengan kaki.Perempuan itu hampir saja melempar sepasang heels ke arah air saking kesalnya. Bahkan, hari sudah mulai sore dan siap berganti dengan malam. “Aku malas sekali pulang ke kontrakan,” gerutu Amarise.“Aku bingung harus bekerja apalagi di saat kebutuhan ekonomi mendesakku detik ini juga.” Amarise baru saja menikmati makanan di salah satu warung pinggiran, sebagai salah satu destinasi wisata kuliner.Ia tidak berani pergi ke tempat yang lebih mahal karena uangnya kian menipis. “Argh! Kenapa hidupku semakin sulit untuk jauh
Nic merangkul bahu Amarise. “Ayo kita tidur!” Ia sudah merindukan merengkuh tubuh hangat istrinya.“Malam ini kamu tidur di sofa!” ketus Amarise menurunkan kasar tangan Nic.Pria itu membulatkan matanya teralihkan dari pikiran bahagia melihat ranjang kecil, tapi bisa diisi oleh mereka berdua hanya untuk tidur berpelukan. Dua minggu sudah membuat tidur Nic tidak keruan tanpa Amarise. “Apa maksudmu? Kita sudah berbaikan dan selayaknya suami istri yang terpisah, kita bisa merasakan lagi kehangatan satu sama lain.”“Maaf, Tuan. Apa aku menerima permintaan maafmu?” tanya Amarise menyeringai sinis dengan menyandarkan tubuh di kosen pintu. Ia melipat kedua tangan di dada sambil menatap angkuh Nic.Nic hampir tidak berkedip. “Jadi seluruh penjelasanku belum kamu terima?”“Aku menerimanya. Hanya saja, bukan berarti aku memaafkanmu malam ini juga,” sahutnya tenang, berbanding terbalik dengan embusan napas kasar Nic.“Tidak ada pelukan?” tanya Nic mulai lemas.Amarise ingin sekali menertawai rau
Pagi ini Nic bisa merasakan bangun tidur lebih rileks dan sangat segar. Ia sudah cukup lama menahan keinginan bertemu bersama Amarise, menyelesaikan semuanya agar kehidupan pria itu kembali pada aktivitas seperti biasa. “Bagaimana tidurmu semalam?” “Biasa saja.” Nic mendengkus sekilas setelah bersandar di sisi meja dapur. Ia memerhatikan jemari cekatan Amarise memotong sayuran. “Semalam kamu memeluk dan mengecup bibirku berulang kali. Bahkan, aku masih mengingat ucapanmu tentang merindukanku.” “Mungkin hanya mimpi indahmu saja,” cetus Amarise meninggalkan Nic beralih membawa sayuran menuju wastafel. Merasa kesal dengan tindakan dan jawaban Amarise. Nic justru lebih merasa gemas karena istrinya bisa sangat kekeuh untuk membentengi dirinya. Pria itu terkekeh pelan dan mengikuti langkah Amarise. Kedua tangan Nic menelusup ke dalam kaus kebesaran Amarise. Di dalam sana tidak ada bra ataupun celana, kecuali ditutupi kain tipis menutupi area sensitif. “Aku bisa membantumu agar sarapan
Ribuan kupu-kupu menggelitik perut Amarise. Ia memekik tertahan seraya merapatkan buket mawar merah dari Nic. Pria itu menutup makan malam romantis, permainan biola yang dilakukan sang suami dan juga dansa dengan sorot saling memuja. “Dia sangat pandai mencari trik romantis!”Bibir itu mencebik, meskipun letupan di dalam dada Amarise tidak terelakkan. “Aku memang sangat jarang diberikan buket. Dia selalu tahu apa yang kuinginkan, yaitu transferan dengan nominal banyak. Tapi malam ini siasatnya sangat tepat dan membuatku harus mengakui tantangan ini berhasil.”Amarise tertawa kecil dan mulai mengirup lagi aroma buket mawar berukuran sedang. “Baiklah! Sesuai permintaan suamiku yang memintaku masuk unit terlebih dulu,” lanjut Amarise melanjutkan jalan setelah berhasil keluar dari lift.Malam ini ia dibuat terkejut karena Nic meluruskan segala permasalahan. Pria itu bertanggungjawab atas fitnah yang diberikan pada Amarise, lalu beberapa pelayan yang melayani makan malam romantis di ballro
Besok pagi Nic dan Amarise akan kembali ke Amerika setelah menghabiskan hampir satu minggu di kontrakan Yulia. Setidaknya beberapa hari sebelumnya mereka sudah menikmati momen lebih intim di kamar hotel. Pandora indah pemberian Nic, membuka seluruh kebahagiaan dibalut rangkaian penuh hasrat di antara mereka.Nic menyiapkan air mandi di bathtub, membawa mereka saling memesrai satu sama lain. Lalu, penutup malam itu diselesaikan dengan percintaan panas mereka. Pria nakal itu sengaja mengisi lemari dengan empat lingerie berbeda warna dan model. Sengaja tidak membiarkan Amarise berpakaian lengkap hanya untuk menikmati momen bersama.“Dia belum kembali setelah izin satu jam lalu menemui anak buahnya?” Amarise mencebik kesal setelah menutup koper.Ia baru saja memeriksa barang setelah mandi di sore hari. Pikirannya mulai resah karena Nic belum pulang. “Ponselnya tidak aktif!”Amarise melempar ponsel ke atas ranjang dan bergegas mencari dress pantai di bawah lutut. Ia mencari sebentar kebera
“Kalian bisa melanjutkan makanannya. Aku harus pergi lebih awal,” cetus Nic memundurkan kursi.Mereka bertiga makan dalam satu meja. Amarise dan Olivia saling berhadapan dan hanya sesekali suara di ruang makan ditimpali Olivia karena Amarise masih enggan menerima kehadiran Olivia. Begitupula Nic yang membalas sekadarnya saja demi menghargai tamu di mansion. Ia sadar untuk tetap menghargai perasaan Amarise.Pria itu berdiri seraya menatap arloji. “Satu jam lagi pegawai SPA akan datang untuk memanjakan kalian berdua.”Mata Olivia berbinar mendengar hal tersebut. “Terimakasih, Nic! Kamu tahu saja jika aku membutuhkan perawatan,” cetusnya melirik puas Amarise yang mendekati Nic dengan wajah kesal.Ia merapikan jas suaminya, meskipun pasangan suami istri itu saling bersitatap sejenak. Nic mengulum senyum meraih pinggang sang istri. Di depan Olivia ia mengecup sekilas bibir ranum Amarise. “Rishi-ku sudah lama tidak melakukan perawatan lagi setelah memutuskan meninggalkanku sendirian di sini