"Sudah di ganti mbok, pakaian nyonya?" tanya Ezhar saat wanita paruh baya itu duduk di sampingnya.
"Sudah, oh ... ya, kamu tadi bertanya tentang nyonya kan?" mbok Rati balik bertanya.
Ezhar membalikan posisi duduknya menghadap mbok Rati. Ia sangat penasaran dengan apa yang membuat majikannya itu memiliki kebiasaan yang buruk. Mbok Rati menghela nafas panjang, matanya berkaca-kaca saat mengingat semua penderitaan Maira. Ia ingin suatu saat majikan yang sudah dianggapnya seperti putrinya itu, akan terlepas dari semua penderitaan yang selalu membelenggunya.
"Dulu ... Tuan Dion sangat mencintainya, dia tidak mempermasalahkan status sosial nyonya. Namun, semuanya berubah setelah mereka menikah." Mbok Rati mengusap air matanya yang memaksa keluar. "Nyonya tak pernah mau berbagi masalahnya dengan siapapun, ia selalu menyimpan rasa sakitnya, agar tak ada orang yang tahu akan kebenaran dalam rumah tangganya."
"Apa yang terjadi, mbok?" tanya Ezhar yang semakin penasaran.
"Malam itu, di hari dimana Tuan menikahi istri keduanya. Nyonya menipu semua orang dengan senyumnya, tapi tidak dengan saya. Meski bibirnya bungkam, tetapi, saya tahu jika ada sesuatu yang tidak beres."
Ezhar terdiam saat mendengar penjelsan mbok Rati. Entah mengapa hatinya ikut sakit mendengarnya. "Lalu ... dari mana mbok tahu alasan yang sebenarnya?"
"Mbok tidak sengaja melihat nyonya sedang menangis di kamarnya. Dan mbok memberanikan diri bertanya kenapa dia menangis. Mungkin ia sudah tak mampu lagi menahan beban yang di pikulnya, nyonya menceritakan semuanya."
"Apa alasan Tuan menikah lagi?" lagi-lagi Ezhar bertanya.
"Satu bulan sebelum pernikahan, dia bertemu dengan mantan kekasihnya. Dan sejak saat itu mereka menjalin hubungan di belakang nyonya. Dengan lidahnya yang tajam selingkuhan Tuan membuat nyonya di benci Tuan. Dan demi keluarganya nyonya mau menandatangani surat pernyataan bahwa ia mengijinkan Tuan menikah lagi," mbok Rati tak kuasa menahan tangisnya.
Ezhar terdiam sesaat mendengar penuturan mbok Rati. Hatinya pun ikut terenyuh mengetahui kebenaran tentang majikannya itu. Ia tak bisa membayangkan betapa menderitanya wanita itu. Demi keluarga ia menerima perlakuan yang tidak baik dari suaminya.
"Kita harus menolong nyonya, mbok," ucap Ezhar lirih.
"Bagaiamana caranya, den?"
"Aku akan atur semua. Mbok harus memberitahukan semua ini pada keluarga nyonya, dan tentang masalah ekonomi keluarganya aku akan meminta bantuan mantan bosku," jelas Ezhar penuh keyakinan.
"Apa kamu yakin, cara ini bisa mengeluarkan nyonya dari penderitaannya? Kamu hanyalah seorang supir, dan saya hanyalah pembantu. Jadi ... bagaimana kita bisa membantu," mbok Rati nampak tak yakin dengan ide Ezhar.
Ezhar memutar otak, untuk menyakinkan mbok Rati. Ia tak mungkin memberitahu siapa dia sebenanya. Ia bangkit dari duduknya, mencoba mencari kata-kata yang bisa membuat mbok Rati mengikuti rencananya. Ezhar tersenyum saat otaknya bisa menemukan kata-kata yang ia pikir bisa membuat wanita paruh baya itu mau bekerjasama dengannya.
"Mbok, mau ya? Kalau bukan kita siapa lagi?" Ezhar berdoa agar mbok Rati mau membantu rencananya.
"Baiklah ... asal semua ini bisa membebaskan nyonya."
Ezhar melebarkan senyumnya, karena semua rencana yang ia buat tinggal menunngu dilaksanakn saja. Ezhar lalu berlalu menuju kamar, dengan segera ia menghubungi orang-orangnya.
"Laksanakan semua!" perintahnya pada orang di seberang sana.
ππππ
Pagi ini mbok Rati dan Ezhar mendatangike kediaman keluarga Maira. Ezhar berbohong pada sang nyonya agar bisa pergi, tanpa rasa curiga sedikitpun Maira memberi ijin pda supirnya itu.
"Nak, itu tempatnya," beritahu mbok Rati pada Ezha, saat sampai di depan gang rumah Maira.
Ezhar pun menghentikan laju kendarannya. Mbok Ratibdan Ezhar turun dari mobil. Mereka terlihat memasuki sebuah gang sempit untuk menuju rumah keluarga Maira. Sesampainya di sana mbok Rati mengetuk pintu rumah yang tak begitu besar.
"Asalamualikum."
"Walaikum salam, mbok Rati ... silahkan masuk mbok!" seorang wanita dengan balutan pakaian yang sederhana membukakan pintu untuk mereka. Dengan sopan ia mempersilahkan mereka masuk.
"Silahkan duduk!" wanita yang tak lain adalah Ibu Maira memersilshkan mereka duduk di sebuah kursi.
"Ada apa mbok, apakan Maira baik-baik saja?" tanya Ibu Maira cemas.
"Bu, kedatangan saya kemari ingin memberitahu semua yang di alami nyonya Maira," terang mbok Rati.
Dengan sangat hati-hati mbok Rati menceritan semuanya. Ibu Maira hanya termenung mendengar kenyataan yang di alami putrinya. Tak terasa sebulir air menerobos dari ujung matanya. Hatinya tetasa teriris membayangkan betapa menderitnya Maira.
"Kenapa kamu melakukan ini, nak," ucap Ibu Maira yang tak kuas menahan tangisnya.
"Bu ... tenanglah, sekarang kita harus memberikan nyonya kekuatan, agar bisa melawan suaminya yang tak mempunyai hati itu. Yakinkan dia, jika Anda sekeluarga bisa hidup tanpa uang lelaki brengsek itu! Dan tentang masalah keuangan Anda. Saya akan membantu dengan bantuan mantan bos saya," jelas Ezhar.
"Pasti, tapi ... bagaiaman cara mantan bosmu membantu kami, nak?" tanya Ibu Maira penasaran.
"Bukankah Ibu mempunyai usaha? Dengan usaha itu,Ibu bisa memulai hidup tanpa bantuan dia. Dan nyonya Maira bisa terbebas dari tekanan Tuan Dion," jelas Ezhar kembali.
"Baiklah ... ."
Ezhar san mbok Rati pun pamit. Hati Ezhar terasa lega, bisa membantu Maira.
ππππ
Malam ini Maira memilih berdiam diri di rumah, ia mendengar kabar dari asisten suaminya jika malam ini Dion akan ke rumahnya. Maira memoles wajah cantiknya dengan make up sederhana, tetapi menambah kecantikannya. Maira tersenyum melihat penampilannya di cermin. Ia sangat berharap malam ini sang suami menginap bersamanya. Maira berlari menujunruabg tamu, ketika mendengar suara mesin mobil Dion. Rasa bahagianya saat ini tak bisa ua ungkapkan. Hampir tiga tahun sang suami tak hidup serumah dengannya, Dion hanya menafkahi Maira dengan materi saja. Sedangkah nafkah batin tak lagi ia berikan, itulah alasan Maira tak pernah absen dari klub malam. Baginya minuman itu membuat hatinya sedikit tenang, melupakan beban yang ia pikul. Meski saat ia terbangun semua masih sama.
Dion memasuki rumah dengan sambutan senyum manis sang istri. Namun, itu semua tak membuat Dion luluh, cinta yang ia miliki sudah terkuras habis untuk selingkuhan yang kini menjadi istri keduanya. Bagaimabaun penampilan Maira tak lagi bisa membuatnya tergoda. Malam ini ia karena ada pekerjaan di dekat sana. Dion berlalu melewati Maira yang sudah menanyinya sedari tadi. Maira hanya tersenyum kecut melihat perlakuan Dion. Namun, tak ada kata memyerah bagi wanita itu, ia melenggang masuk ke kamar mereka. Di lihatnya sang suami yang sedang melepas jas dan kemeja dari tubuhnya, tubuhnya seperti tersengat aliran listrik saat melihat pandangan yang sudah lama ia rindukan. Maira melangkah mendekati sang suami. Ia membelai lembut punggung Dion, menyalurkan rasa rindunya melalui sentuhan itu.
Di lihatnya sang suami masih diam, ia pun melngkah lebih dekat lagi. Maira memeluk tubuh kekar Dion dari belakang sambil memejamkan matanya. Rasanya sangat luar biasa bagi wanita yang memang merindukan belaian dari suaminya itu. Dion masih diam, Maira semakin bahagia karena tak ada penolakan dari suaminya. Ia semakin bersemangat untuk menggoda Dion, ia berjalan ke depan menghadap wajah tampan yang selalu mengisi hatinya. Bibirnya tak berhenti mengumbar senyumnya. Perlahan ia mendekatkan wajahya merasakan deru nafas sang suami, ia memandangi bibir manis yang menjadi candunya. Maira mengecup lembut bibir itu, dan masih tak ada penolakan dari Dion. Ia berpikir jika ini adalah lampu hijau untuknya.
Namun, semua tak sesuai dengan harapan Maira. Dion tiba-tiba melepas ciuman istrinya, ia juga mendorong tubuh Maira sampai menyentuh tembok.
"Dasar jalang! Aku sudah bilang, jangan menyentuhku jika aku tak menginginkannya!" bentak Dion.
"Apa salahku! Aku masih istri sahmu, Mas!" ujar Maira dengan isak tangis.
Bersambung...
Siang kawan aku up nihπYuk di bacaππ"Kau lupa semenjak aku menikahi Karina, semenjak itu juga kau tak penting lagi bagiku. Dan dengar baik-baik tawarkan saja tubuhmu itu pada lelaki lain, aku yakin kau akan laku," Dion berkata seolah tak mempunyai hati."Oh ... baik. Akan ku tunjukan, tanpamu aku pasti bisa! Aku bisa hidup dan membantu kedua orang tuaku tanpa bantuanmu! Dan ingat, kau jangan pernah menyesal jika suatu saat aku mempunyai lelaki lain, mas!" ujar Maira penuh amarah.PLAK!Tubuh Maira kembali menyentuh tembok, akibat tamparan Dion yang membuatnya kehilangan keseimbangan. Air mata Maira pun tak mampu lagi di bendung rasa sakit yang kian hari menyiksanya tak bisa lagi ia tahan. Tamparan sang suami sudah tak asing lagi baginya. Ia hanya menangisi kisah cintanya yang harus berakhir seperti itu."Kau boleh b
Selamat membacaMaira nampak sibuk dengan kegiatan belanjanya, ia memilih beberapa pakaian untuk penyamaran supirnya itu. Ezhar hanya tersenyum melihat raut bahagia yang tergambar di wajah yang sebentar lagi menjadi selingkuhannya itu. Meski kedua tangannya terisi penuh belanjaan majikannya, tidak membuatnya lelah. Selesai membayar semua, Maira mengajak Ezhar menuju salon langganannya."Siang Beb," sapa Maira pada seorang lelaki lemah gemulai, yang sedang sibuk dengan rambut pelanggannya itu."Siang juga ... Beb," sapa lelaki itu. "Eh siapa tuh? Ganteng banget ... nggak mau di kenalin nih?" goda seorang lelaki dengan genit. Ia pun menghenyika kegiatannya."Kepo! Dia simpananku, cepat rubah penampilannya. Buat dia layaknya bos!" ujar Maira asal."What! Mulutmu itu ya Beb," lelaki yang sering di panggil Boby itu menoel bibir Maira.
PRANG!Dion melempar ponsel Karina dan ponselnya dengan sangat keras, saat melihat Maira sedang bermesraan dengan lelaki lain di belakangnya. Ia sama sekali tak mengira jika istri pertamanya itu akan melakukan hal gila itu. Ia pikir wanita itu sudah di bawah kendalinya, karena ia sudah memiliki kelemahannya. Namun, ia bingung dari mana wanita itu bisa mempunyai nyali untuk melawannya?"Apa-apaan kamu, mas! Kenapa kau melempar ponselku!" ujar Karina emosi."Dari mana kau mendapatkan gambar itu!" tanya Dion masih dalam keadaan emosi."Aku melihatnya dengan kepalaku sendiri. Mereka sedang bermesraaan di sebuah resto," jelas Karina datar."Brengsek!" Dion meninju meja yang ada di hadapannya.Rasanya ia tak percaya jika Maira berani bertindak di luar kendalinya. Sebelum pergi Dion melempar sejumlah uang kepada istri keduanya sebagai
Selama satu bulan ini Ezhar selalu menyampaikan laporan semua kegiatan Maira ,dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Dengan siapa ia pergi termasuk dengan selingkuhannya yang tak lain adalah dirinya. Dengan apa yang ia lakukan Ezhar kini menjadi orang kepercayaan Dion. Ia juga mengerti apa yang sebenarnya di rasakan Dion. Meski dalam selalu berbuat kasar kepada Maira, akan tetapi rasa cintanya masih ada untuk sang istri. Semua dapat Ezhar lihat dari bagaimana cara lelaki itu sangat marah dengan kelakuan istrinya.Namun ia tak pernah bisa melihat betapa kesepiannya Maira, ia selalu sibuk mencurahkan semua cintanya hanya untuk istri keduanya.Hampir setiap hari Ezhar harus beradu akting dengan Maira. Akting yang sangat sulit baginya, karena ada kalanya ia hanyut akan peran yang ia mainkan. Maira bahkan sudah menganggapnya seperti selingkuhannya yang nyata, setiap hari ia
Ezhar dan Maira masih asik bercengkerama di perpustakaan kecil itu. Mereka juga terlihat seperti pasangan kekasih yang sebenarnya. Terlihat dari begitu manjanya Maira dipelukan Ezhar dan cara Ezhar yang terus menggoda majikannya dengan ulah jahilnya yang berbuat nakal di tengkuk Maira. Dari kejauhan mbok Rati memperhatikan mereka, meski semua itu salah tapi menurutnya tak ada salahnya untuk Maira dapat merasakan kebahagiaan. Dan semuanya dapat di rasakan bersama Ezhar. Ia hanya berdoa jika Tuhan segera memberikan halan yang terbaik kepada mereka agar tak salah jalan. Tak mau mengganggu moment mereka mbok Rati berlalu kembali ke dapur.ππππDion masih tak puas dengan laporan yang di berikan Ezhar, sampai detik ini identitas selingkuhan istrinya masih belum terungkap. Ia hanya mendapat laporan kegiatan Maira saja dan kemesraan yang mereka lakukan, ia juga sedikit merasa jika wajah selingkuhan
Semenjak malam itu Ezhar tak membiarkan Maira sendiri. Sebelum wanita pujaanya tidur ia masih akan tetap berjaga. Ia tak mau kecolongan lagi seperti malam itu, membiarkan Maira menerima kekejaman Dion.Maira dengan senang hati menerima perlakuan istimewa Ezhar. Namun, terkadang ia suka jahil kepada supirnya itu.Angin malam mulai menelusup masuk melalui celah jendela kamar Maira. Membelai lembut permukaan kulit wanita yang sedang berbaring di ranjang, matanya terpejam tetapi masih terjaga. Ia sedang memutar semua moment terbaik saat bersama sang supir yang merangkap menjadi bodyguard, dan juga selingkuhan pura-puranya. Senyum manis pun menghiasai wajah cantiknya, yang menandakan kebahagiaan yang ia rasakan. Namun, ia langsung membuka matanya ketika menyadari jika perasaan yang ia rasa adalah salah."Tidak maira ... ini salah! Ini pasti bukan Cinta ... bukan!" Mai
Sebuah mobil mewah berwarna hitam terparkir di halaman toko kue Maira. Seorang lelaki dengan setelan jas yang membalut tubuhnya berjalan masuk dengan di ikuti seorang wanita yang tak lain adalah sekertarisnya. Ezhar mulai berakting di depan Maira, ia menyambut kedatangan bos palsu yang memang di rencanakannya. Roy begitu sangat puas karena dengan ini ia bisa mengerjai sahabatnya itu."Selamat siang Tuan, perkenalkan saya, Maira" sapa Maira dengan mengulurkan tangannya."Selamat siang, cantik," Roy balik menyapa dan menyambut uluran tangan Maira dengan sedikit menggodanya."Pantas saja Ezhar tertarik. Wanita yang cantik, cerdas dan anggun," batin Roy berucap.Ezhar mengepalkan telapak tangannya melihat ulah jahil Roy. "Brengsek! Kau cari mati Roy!" ucapnya dalam hati."Hei ... nona cantik, katakan pada supirmu jangan memasang w
Setelah kepergian Dion Ezhar langsung menghubungi asistenya."Dani, cepat blokir semua data tentangku. Anak buah Dion sudah melangkah di depan kita, jangan sampai kita kecolongan lagi," perintah Ezhar pada asistennya."Baik Tuan, akan segera saya urus," jawab Dani tegas.Ezhar lalu kembali berbaring di samping Maira. Wanita itu pun membuka mata sejenak dan memutar badan agar berhadapan dengan kekasihnya."Bagaimana, apa dia sudah pergi?" tanya Maira tanpa membuka matanya."Dia sudah pergi, tapi ...," Ezhar menghentikan kalimatanya, dan membuat Maira membuka matanya."Ada apa? Kau jangan menakutiku sayang ..., " ucap Maira panik."Ternyata dia melangkah jauh di depan kita. Dia mengirim beberapa orang untuk mengintai kita, di depan ada dua orang. Di toko juga ada dua orang, dan satu orang bertugas mencari