Share

Marah

PRANG!

Dion melempar ponsel Karina dan ponselnya dengan sangat keras, saat melihat Maira sedang bermesraan dengan lelaki lain di belakangnya. Ia sama sekali tak mengira jika istri pertamanya itu akan melakukan hal gila itu. Ia pikir wanita itu sudah di bawah kendalinya, karena ia sudah memiliki kelemahannya. Namun, ia bingung dari mana wanita itu bisa mempunyai nyali untuk melawannya?

"Apa-apaan kamu, mas! Kenapa kau melempar ponselku!" ujar Karina emosi.

"Dari mana kau mendapatkan gambar itu!" tanya Dion masih dalam keadaan emosi.

"Aku melihatnya dengan kepalaku sendiri. Mereka sedang bermesraaan di sebuah resto," jelas Karina datar.

"Brengsek!" Dion meninju meja yang ada di hadapannya.

Rasanya ia tak percaya jika Maira berani bertindak di luar kendalinya. Sebelum pergi Dion melempar sejumlah uang kepada istri keduanya sebagai ganti ponselnya yang rusak. Ia pun segera bergegas menuju kediamannya bersama Maira. Dion mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, ia ingin segera sampai di rumah dan menanyakan kebenaran itu pada Maira.

💋💋💋💋

Maira bangun dengan senyum yang merekah, untuk pertama kalinya selama dua tahun ini ia merasa bahagia hanya karena perlakuan sederhana Ezhar. Meski hubungan yang ia jalani hanyalah pura-pura tetapi hatinya merasa bahagia. Perhatian, perlindungan dan kasih sayang yang sudah lama ia rindukan, bisa ia dapat dari Ezhar.

Maira bangun pagi sekali, ia beranjak menuju dapur. Dengan bersenandung ria ia membuat kopi yang sering di minum Ezhar, yang baru saja ia tanyakan pada mbok Rati. Dari kejauhan mbok Rati tersenyum melihat tingkah majikannya, tetapi ia bahagia karena ini adalah pagi pertamanya penuh dengan kebahagiaan setelah pernikahan kedua Dion. Mbok Rati pun bertanya-tanya, apa yang membuat hati majikannya begitu sebahagia ini?

Maira berjalan menuju kamar supirnya itu dengan secangkir kopi di tangannya, tanpa permisi ia masuk begitu saja. Di lihatnya Ezhar masih terlelap di bawah selimut tebal. Maira mendekat dan mencoba membangunkan Ezhar, ia meletakan cangkir kopi di atas nakas. Dia menarik selimut itu perlahan. Betapa terkejutnya ia saat melihat pemandangan yang sangat luar biasa baginya, tubuh seksi Ezhar terpampang jelas di depan matanya. Lengan kekar, perut yang seperti roti sobek dibiarkan terekspos sempurna. Hati kecilnya pun bergejolak, memaksanya untuk menyentuh keindahan ciptaan Tuhan itu. Namun, akal sehatnya menolak. Maira masih diam terpaku di depan ranjang Ezhar tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya.

"Maira ... sadar, ingat dia supirmu, bukan suamimu. Ingatlah kalian hanya pura-pura berselingkuh," batin Maira berucap.

Ezhar mengeliat merenggangkan tubuhnya dan perlahan ia membuka mata, samar-samar ia melihat siluet seorang wanita membelakanginya. Berkali-kali ia mengucek matanya, memastikan jika itu bukanlah mimpi. Mungkin jika ia sedang berperan sebabagai CEO, itu pasti benar. Tetapi sekarang ia adalah seorang supir. Pertanyaan-pertanyaan pun muncul di kepalannya, siapa wanita itu? Ezhar menyibak selimut yang menutupi bagian bawahnya, ia lalu mendekati wanita yang terlihat gusar sedari tadi.

"Ehemm ... ." Ezhar berdeham untuk memberi tanda pada wanita itu.

Maira yang menyadari jika supirnya itu sudah bangun segera memutar badannya hingga menghadap Ezhar yang berdiri tepat di belakangnya. Untuk sesaat mata mereka saling beradu, keduanya tak melepaskan pandangannya.

"Maira ... ada apa? Sepagi ini kau berada di kamarku? Apa semalam kurang? Ledek Ezhar saat melihat wajah Maira. Yang membuat pipi majikannya berubah menjadi merah seperti tomat.

Ingatan Maira pun kembali pada apa yang mereka lakukan semalam. Hasrat akan bercinta membuat keduanya melupakan status mereka, Ezhar mulai lepas kendali, ia melepas pangutannya dan mulai menjelajahi leher jenjang Maira dengan bibirnya. Ia seperti pelukis profesional, dengan lihai ia melukiskan pemandangan indah di leher Maira. Seketika Maira kecewa, saat Ezhar  menghentikan aktifitasnya. Lelaki itu tersadar siapa wanita yang ada di hadapannya, ia pun meminta maaf karena telah lancang bertindak sampai sejauh itu.

"Aku ... aku mengantarkan ini," ucap Mira terbata sambil memberikan secangkir kopi pada Ezhar.

"Terimakasih," ucap Ezhar dan menerima kopi itu.

"Kalau begitu aku permisi," ujar Maira dan berlalu meninggalkan kamar Ezhar begitu saja.

Ezhar hanya tersenyum  menatap kepergian majikannya. Ia lalu meminum kopi buatan Maira,"Manis, semanis dirimu. Sayang kau sudah ada yang punya, Maira. Andai saja kau masih sendiri,"ucap Ezhar lirih.

💋💋💋💋

Sura mesin mobil terdengar memasuki halaman rumah, Maira melihat suaminya keluar dari mobil dengan raut wajah yang tak bersahabat dati balik jendela di kamarnya. Dion memasuki rumah dengan langkah cepat, ia sudah tak sabar ingin bertanya pada istrinya. Dion langsung menuju kamar, karena ia yakin Maira masih terlelap. Namun, dugaanmya salah, saat ia memasuki kamar Maira terlihat sedang sibuk dengan laptop di depannya. Ia sama sekali tak menghiraukan kedatangan suaminya.

"Apa kau sudah bosan hidup, hah!" bentak Dion tiba-tiba.

Maira masih tak menanggapi kemarahan Dion. Ia tahu pasti suminya itu sudah melihat postingannya. Tetapi ia masih berpura-pura sibuk, dan terus mengacuhkan ucapan Dion. Merasa di acuhkan Dion mendekat ke arah Maira, ia pun menarik rambut Maira yang terikat rapi."Jawab aku!"bentaknya lagi.

Maira sedikit meringis kesakitan karena Dion menarik rambutnya dengan kasar, tetapi ia berusaha tenang. "Apa masalahmu?"tanya Maira santai.

"Kau masih bertanya hah! Siapa lelaki itu!"

"Siapa dia? itu bukan urusanmu!" Maira masih bersikap tenang.

"Kau sudah berani melawanku! Kau ingin melihat Ayahnu hanya tinggal nama hah!" ancamnya pada Maira.

"Itu tidak akan mungkin terjadi, karena aku sudah menemukan orang yang mau membantu Ayahku. Jadi ... kau tidak usah repot memikirkan biaya pengobatan Ayah dan kehidupan keluargaku lagi," jelas Maira.

"Dasar jalang! Kau benar-benar menjual tubuhmu hah!" ujar Dion dengan penuh emosi.

"Bukankah itu perintahmu? Dan semua perintah suami wajib di laksanakan oleh istri. Kau yang memintaku menjual tubuhku untuk menghidupi keluargaku, dan aku sudah melakukannya."

Dion semakin geram dengan jawaban Maira, emosinya lebih meledak ketika melihat lukisan yang terpampang di leher istrinya. Darahnya mendidih seketika, jemarinya terkepal menahan amarah. Dengan kasar ia mendorong tubuh Maira hingga menyentuh lantai, matanya menatap sang istri dengan tajam. Ia pun berlalu meninggalkan Maira begitu saja.

Maira berusaha berdiri, ia membenarkan penampilannya yang berantakan. Ia juga mengikat kembali rambutnya, sehingga hasil karya Ezhar terlihat dengan jelas. Hatinya merasa puas dengan kemarahan Dion, meski dua tahun sudah Dion bersikap tidak adil, setidaknya di lubuk hatinya masih ada rasa yang tersisa yang di tunjukan dengan kemarahannya. Dion memilih keluar kamar, ia berjalan menghampiri Ezhar yang sedang membersihkan mobil di halaman.

"Pagi Ezhar," sapa Dion pada supir istrinya.

"Eh ... pagi Tuan," Ezhar balik menyapa,"

"Ada tugas tambahan untukmu, apa kau siap?"

"Apa Tuan?" tanya Ezhar penasaran.

"Cari tahu siapa lelaki yang menjadi selingkuhan istriku. Laporkam semua kegiatannya, kemana ia pergi padaku. Apa kau paham!"

Ezhar menelan salivanya, karena lelaki yang di maksud adalah dirinya. Ia mengangguk sebagai jawaban atas perintah Dion,"Iya, Tuan saya paham."

Setelah mendapat jawaban dari Ezhar, Dion pun berlalu meniggalkan supirnya. Tak lama Shaira pun datang, dengan senyum manisnya ia duduk di samping Ezhar yang sedang beristirahat setelah mencuci mobil.

"Apa yang dia katakan?" tanya Maira tanpa menoleh ke arah Ezhar.

"Dia menyuruhku mencari tahu siapa selingkuhanmu?" terang Ezhar malas.

"Lalu kau jawab apa?"

"Aku akan mencari tahu siapa lelaki itu," ucap Ezhar disertai gelak tawanya.

"Kita akan membuat rencana agar ia merasakan apa yang aku alami," ucap Maira menyerigai.

Ezhar menatap Maira yang terus tersenyum bahagia. Ia pun melihat tanda yang ia tinggalakan semalam di leher Maira, ia tak menyangka jika  lukisannya terlihat sangat indah.

"Apa ini membantumu?" ucap Ezhar menyentuh tanda itu.

"Iya, sangat membantu," jawab Maira senang.

"Ini hanya sebuah tanda, apa reaksinya saat melihat yang lebih dari ini," ujar Ezhar menyerigai.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status