Waktu pun berjalan begitu cepat, hari ini adalah H-1 menuju pernikahan Maira dan Ezhar. Sudah seminggu mereka tidak bertemu, kedua orang tua mereka melarang keduanya bertemu dengan alasan di pingit. Jangankan bertemu, menyapa melalui ponsel pun tak di perbolehkan. Dengan penuh keterpaksaan demi bisa menuju hari yang bahagia, keduanya setuju. Meski Ezhar dan Maira sangat tersiksa, tetapi kadang kala perlu sebuah pengorbanan demi sebuah kebahagiaan.
Mereka menjalani semua proses itu untuk kebaikan hubungan yang akan di jalani. Mau tak mau aturan yang diterapkan oleh kedua orang tua harus di patuhi. Hari yang sulit itu pun mereka jalani sampai hari pernikahan tiba.
°°°°
Birunya langit dan putihnya awan menghiasi pagi yang cerah ini. Kicau burung semakin melengkapi pagi untuk menyambut hari bahagia Ezhar dan Maira. Sang mentari pun seperti tersenyum untuk mereka yang dalam hitungan jam akan segera bersatu dalam ikatan suci pernikahan.
Maira ya
Babak baru kehidupan Maira pun di mulai, akan tetapi semua berbeda dengan kehidupannya di masa lalu. Jika dulu setelah menikah Dion memperlakukannya dengan buruk, tidak dengan Ezhar. Lelaki itu membanjiri Maira dengan cinta dan kasih sayang.Bagi Maira, Ezhar adalah malaikat dalam hidupnya. Dulu ia tak pernah bermimpi apalagi membayangkan jika kehidupannya akan berubah seperti ini. Maira pikir akan terus berada di lembah penderitaan. Tapi kini ia percaya, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Ezhar adalah bukti jika banyak kemungkinan di dunia ini.°°°°“Aku pamit, Sayang,” ucap Dion pada istrinya, Karina.“Iya, hati-hati di jalan ya, Sayang.” Karina memeluk suaminya.Dion pun pergi menuju bandara karena penerbangannya sebentar lagi. Namun sesampainya di bandara ada pengumuman jika penerbangan Dion di undur sampai besok pagi. Jadi, ia memutuskan untuk mencari hotel terdekat. Karena tak mungkin
Dion menghentikan taksi, ia berniat akan mendatangi kediaman Ezhar untuk meminta maaf kepada Maira. Namun, sebelumnya ia kembali ke rumah untuk mengambil mobil. Dion juga membawa beberapa map di tangannya. Penyesalan, ya kata itu yang sangat tepat untuk mengungkapkan isi hati Dion saat ini. Ia meninggalkan wanita yang benar-benar mencintainya demi wanita yang sebenarnya tak mencintainya. Namun, apalah dayanya saat ini. Nasi tak bisa lagi berubah menjadi bubur. Tak membutuhkan waktu yang lama, Dion sudah sampai di kediaman mantan istri bersama suami barunya. Dion menarik napas sedalam mungkin. Dia mencoba menguatkan hatinya yang sedang di penuhi rasa penyesalan. Jika saja waktu dapat ia putar kembali, ia tak ingin melepaskan Maira dan memilih Karina. Akan tetapi semua tak bisa berubah. Ia harus menerima kenyataan buruk yang baru saja ia ketahui. °°°° Seorang pelayan datang menemui Ezhar dan Maira yang sedang bersantai di ruang keluarga. “Tuan,
Seorang laki-laki nampak begitu bahagia saat memilih cincin untuk melamar sang kekasih. Siang itu ia mempersiapkan semua acara lamarannya agar berjalan dengan lancar. Sebuah suprise untuk melamar sang kekasih ia rencanakan dengan sangat matang.Malam ini ia sudah bersiap dengan segala persiapannya. Dengan penuh semangat ia melangkahkan kakinya menuju kediaman sang kekasih tanpa memberitahukan kedatangannya. Namun, sesampainya di sana, ia harus melihat kekasihnya sedang asyik bercerita dengan sahabatanya. Ia mengendap-endap memasuki rumah berlantai dua itu. Ia merapikan penampilannya di depan pintu kamar kekasihnya. Ia sangat yakin jika rencananya kali ini akan berhasil. Lelaki itu baru saja akan meraih gagang pintu. Tetapi suara di dalam menghentikan niatnya."Kau tahu, apa alasanku menerima cinta Ezhar?" tanya seorang wanita sambil memainkan ponselnya."Aku tahu, kau hanya menginginkan uangnya saja kan? Cintamu hanyalah mili
Malam kawan ... .😉😉😉😉Bang Ezhar hadir nih nemenin malam kalian😁😁😁💋💋💋💋Ezhar terbangun sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit, efek dari minuman yang semalam menemaninya dalam kekecewaan. Ia duduk di tepi ranjang, pandangannya menerawang jauh entah kemana. Ia teringat ucapan Roy semalam, yang menyuruhnya hidup tanpa harta yang ia miliki. Ezhar meraih ponselnya di atas nakas, di ketiknya nama Roy dalam kontak yang ada di ponselnya."Halo," suara khas bangun tidur Roy, dari seberang sana."Roy, mana nomor orang yang kau bicarakan semalam?" tanya Ezhar tak sabar."Oke, nanti aku kirim. Sekarang izinkan aku tidur dulu bro," pinta Roy."Cepat kirim sekarang! Atau kau akan ku
Tak terasa sudah satu bulan Ezhar bekerja di sana, niat awalnya tak lagi di pikirkannya. Otaknya malah memikirkan nasib sang majikan. Seperti biasa Maira pulang dalam keadaan mabuk, dan seperti bias Ezhar menggendongnya ke kamar. Mbok Rati menutup pintu kamar Maira dengan pelan. Ia lalu berlalu menuju dapur, tetapi ia melihat Ezhar sedang duduk di meja makan. Mbok Rati pun menghampiri supir baru itu, ia menarik kursi di sebelah Ezhar dan duduk di sana."Sudah di ganti mbok, pakaian nyonya?" tanya Ezhar saat wanita paruh baya itu duduk di sampingnya."Sudah, oh ... ya, kamu tadi bertanya tentang nyonya kan?" mbok Rati balik bertanya.Ezhar membalikan posisi duduknya menghadap mbok Rati. Ia sangat penasaran dengan apa yang membuat majikannya itu memiliki kebiasaan yang buruk. Mbok Rati menghela nafas panjang, matanya berkaca-kaca saat mengingat semua penderitaan Ma
Siang kawan aku up nih😁Yuk di baca😉😉"Kau lupa semenjak aku menikahi Karina, semenjak itu juga kau tak penting lagi bagiku. Dan dengar baik-baik tawarkan saja tubuhmu itu pada lelaki lain, aku yakin kau akan laku," Dion berkata seolah tak mempunyai hati."Oh ... baik. Akan ku tunjukan, tanpamu aku pasti bisa! Aku bisa hidup dan membantu kedua orang tuaku tanpa bantuanmu! Dan ingat, kau jangan pernah menyesal jika suatu saat aku mempunyai lelaki lain, mas!" ujar Maira penuh amarah.PLAK!Tubuh Maira kembali menyentuh tembok, akibat tamparan Dion yang membuatnya kehilangan keseimbangan. Air mata Maira pun tak mampu lagi di bendung rasa sakit yang kian hari menyiksanya tak bisa lagi ia tahan. Tamparan sang suami sudah tak asing lagi baginya. Ia hanya menangisi kisah cintanya yang harus berakhir seperti itu."Kau boleh b
Selamat membacaMaira nampak sibuk dengan kegiatan belanjanya, ia memilih beberapa pakaian untuk penyamaran supirnya itu. Ezhar hanya tersenyum melihat raut bahagia yang tergambar di wajah yang sebentar lagi menjadi selingkuhannya itu. Meski kedua tangannya terisi penuh belanjaan majikannya, tidak membuatnya lelah. Selesai membayar semua, Maira mengajak Ezhar menuju salon langganannya."Siang Beb," sapa Maira pada seorang lelaki lemah gemulai, yang sedang sibuk dengan rambut pelanggannya itu."Siang juga ... Beb," sapa lelaki itu. "Eh siapa tuh? Ganteng banget ... nggak mau di kenalin nih?" goda seorang lelaki dengan genit. Ia pun menghenyika kegiatannya."Kepo! Dia simpananku, cepat rubah penampilannya. Buat dia layaknya bos!" ujar Maira asal."What! Mulutmu itu ya Beb," lelaki yang sering di panggil Boby itu menoel bibir Maira.
PRANG!Dion melempar ponsel Karina dan ponselnya dengan sangat keras, saat melihat Maira sedang bermesraan dengan lelaki lain di belakangnya. Ia sama sekali tak mengira jika istri pertamanya itu akan melakukan hal gila itu. Ia pikir wanita itu sudah di bawah kendalinya, karena ia sudah memiliki kelemahannya. Namun, ia bingung dari mana wanita itu bisa mempunyai nyali untuk melawannya?"Apa-apaan kamu, mas! Kenapa kau melempar ponselku!" ujar Karina emosi."Dari mana kau mendapatkan gambar itu!" tanya Dion masih dalam keadaan emosi."Aku melihatnya dengan kepalaku sendiri. Mereka sedang bermesraaan di sebuah resto," jelas Karina datar."Brengsek!" Dion meninju meja yang ada di hadapannya.Rasanya ia tak percaya jika Maira berani bertindak di luar kendalinya. Sebelum pergi Dion melempar sejumlah uang kepada istri keduanya sebagai