Beranda / Romansa / Hasrat Terlarang / Kekecewaan Ezhar

Share

Hasrat Terlarang
Hasrat Terlarang
Penulis: Asih Leta

Kekecewaan Ezhar

Seorang laki-laki nampak begitu bahagia saat memilih cincin untuk melamar sang kekasih. Siang itu ia mempersiapkan semua acara lamarannya agar berjalan dengan lancar. Sebuah suprise untuk melamar sang kekasih ia rencanakan dengan sangat matang.

Malam ini ia sudah bersiap dengan segala persiapannya. Dengan penuh semangat ia melangkahkan kakinya menuju kediaman sang kekasih tanpa memberitahukan kedatangannya. Namun, sesampainya di sana, ia harus melihat kekasihnya sedang asyik bercerita dengan sahabatanya. Ia mengendap-endap memasuki rumah berlantai dua itu. Ia merapikan penampilannya di depan pintu kamar kekasihnya. Ia sangat yakin jika rencananya kali ini akan berhasil. Lelaki itu baru saja akan meraih gagang pintu. Tetapi suara di dalam menghentikan niatnya.

"Kau tahu, apa alasanku menerima cinta Ezhar?" tanya seorang wanita sambil memainkan ponselnya.

"Aku tahu, kau hanya menginginkan uangnya saja kan? Cintamu hanyalah milik Dio," jawab wanita di sebelahnya.

Wanita itu tersenyum, menandakan jika jawaban sahabatnya itu seratus persen benar. "Kau sudah tahu juga jawabannya. Kenapa bertanya lagi?"

"Ya kali saja jawaban ku salah," timpal sahabatnya lagi.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Ezhar Adisatya, lelaki yang sekarang genap berumur 30 tahun. Usia yang memang sudah tak muda lagi. Namun, pesonanya tak kalah dengan mereka yang masih muda. Dia adalah putra semata wayang Robi Adisatya, pemilik perusahaan ekspor impor. Setelah Ayah Ezhar memutuskan untuk menghabiskan masa tuanya bersama sang istri dan hidup menjauh dari kota, ia menyerahkan semua tanggung jawab kepada putranya.

Wajah tampan, dan harta yang ia miliki membuat semua wanita berlomba-lomba mendapatkan cintanya. Namun, tak pernah ada yang berhasil menaklukan hatinya. Hingga akhirnya Ezhar melabuhkan hatinya pada seorang wanita bernama Tania. Dia adalah wanita yang berhasil merebut hati sang CEO itu. Ezhar sama sekali tak mencurigai niat Tania mendekatinya, yang ia tahu wanita itu tulus mencintainya. Namun, saat ini ia mendengar langsung kebenaran tentang Tania.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Tangannya terkepal, bahkan amarahnya sudah memuncak. Ia tak menyangka jika wanita yang selama ini terlihat tulus mencintainya ternyata hanya menginginkan hartanya saja.

"Jadi benar kata semua orang," ujar Ezhar lirih.

Tania dan sahabatnya langsung menoleh ke arah pintu, di mana terdengar suara yang tak asing bagi mereka. Mata Tania membulat sempurna, saat melihat sosok di balik pintu besar bercat putih itu. Nafas Tania seakan terhenti di tenggorokan, mulutnya pun menganga. Bahkan tanganya tak mampu lagi menahan ponsel yang di pegangnya.

"Ezhar ...," ucapnya dengan terbata.

"Ya, ini aku. Kenapa, kau kaget? Semua orang sering mengingatkanku akan ketulusanmu. Tetapi aku selalu menampiknya, aku percaya jika kau tak seperti yang mereka katakan. Tapi ... hari ini Tuhan sangatlah baik kepadaku. Karena memperlihatkan semua kebusukanmu!" jelas Ezhar panjang lebar.

"Sayang ... tolong jangan percaya dengan ucapannya. Aku mencintaimu dengan tulus sayang, percayalah ...," Tania mulai ketakutan, ia tak mau pohon uangnya melayang.

"Ck ... apa semua yang ku dengar masih kurang? Sudahlah ... jangan banyak bicara lagi. Mulai sekarang kita putus! Dan tenang saja, aku akan memberimu imbalan atas pelayananmu selama bersamaku," ucap Ezhar sambil melempar cek ke wajah Tania.

Tania berlari mengejar Ezhar yang melangkah meninggalkan kamar wanita yang selama ini telah menipunya. Wanita yang berpura-pura mencintai Ezhar dengan tulus, yang pada akhirnya wajah aslinya dapat Ezhar ketahui sebelum lelaki itu melangkah jauh dengan hubungannya.

"Sayang ... jangan tinggalkan aku ...," Tania mencoba menghentikan kekasihnya. Namun, Ezhar yang sudah sangat kecewa dengan kebenaran tentang kekasihnya itu terus berlalu dan tak menghiraukan tangisan Tania.

Tania menghapus air matanya. Senyum pun tergambar di wajahnya, ia pun melihat secarik kertas yang baru saja Ezhar lempar ke wajahnya. Sebuah cek yang sangat bernilai baginya. Tak apa jika hari ini hubungannya kandas. Yang terpenting baginya adalah harta, dan Ezhar telah memberinya sejumlah uang yang lebih dari cukup baginya. Di tambah sebuah apartemen, mobil, dan beberapa set perhiasan yang sudah ia dapat selama menjadi kekasih Ezhar.

Tania selalu bisa membuat Ezhar percaya dengan cinta palsunya. Ia rela mengorbankan tubuhnya agar lelaki itu lebih percaya, bahkan tunduk dengannya. Apapun yang ia inginkan pasti akan Ezhar berikan.

"Dasar ... ratu drama!" ujar sahabatnya, saat melihat Tania tersenyum puas memandangi cek di tangannya.

"Hahaha ... kau tahu sendiri, aku tak bisa hidup tanpa uang, Hani. Jadi tak masalah dia memutuskanku, lihatlah berapa nominal yang ia tulis di cek ini?" Tania memperlihatkan cek yang di berikan Ezhar.

"Gila Ezhar! Ini tak seimbang dengan apa yang kau berikan," ucap Hani seenaknya.

"Apa maksudmu?" Tania nampak bingung dengan ucapan Hani.

"Ya barang bekas dihargai semahal ini," ledeknya pada Tania.

"Brengsek, kau!" ucap Tania kesal.

"Emang bekas kan? Dio lah yang pertama membuka segelmu. Jadi aku tak salah kan?" Hani masih meledek sahabatnya itu.

"Terserah kau mau bilang apa. Yang terpenting aku sudah mendapatkan banyak dari Ezhar," ujar Tania dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Kedua sahabat itu terus tertawa saat membicarakan kebodohan Ezhar. Yang tertipu dengan cinta palsu Tania. Mereka tak memikirkan perasaan Ezhar yang hancur.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Ezhar memarkirkan mobilnya di depan sebuah klub malam. Ia turun dan melempar kunci mobil kepada salah satu penjaga di sana. Ezhar berjalan masuk menuju meja di mana sang bartender sedng meracarik minuman.

"Wah ... tumben tuh muka kaya cucian kotor, lecek!" ledek Roy, sang bartender.

"Cepat buatkan aku minuman yang paling istimewa. Agar aku bisa melupakan jalang itu!" ujar Ezhar yang sudah tak bisa menahan emosinya.

"Akhirnya kau tahu juga. Sudah ku bilang dia wanita ular, yang hanya menginginkan uangmu saja. Tapi kau tetap kekeh memuji cinta tulusnya," oceh Roy, yang tak di dengar sama sekli oleh Ezhar.

"Hei ... kau, kemarilah," panggil Ezhar pada wanita yang sedang memperhatikannya dari kejauhan.

Wanita itu pun kegirangan saat lelaki yang sedari tadi sangat menggoda dirinya. Ia bangkit dari kursinya dan menghampiri Ezhar di mejanya.

"Hai ... sayang, ada apa kau memanggilku?" sapanya dengan suara yang manja.

"Ini, ambillah dan cepat pergi menjauh dariku!" ucap Ezhar acuh, sambil memberikan kotak yang berisi cincin, yang tadinya akan di berikan untuk sang kekasih.

"Wah ... kau baik sekali, sayang. Kau memberiku tanpa mengharapkan imbalan?"

"Aku bilang pergi!"

Tanpa di suruh lagi wanita itu pergi meninggalkan Ezhar yang sedang menikmati minumannya.

"Apa wanita di dunia ini sama? Mereka lebih mencintai harta? Apakah di dunia ini tak ada cinta yang tulus?" oceh Ezhar sambil meminum minuman yang di racik Roy.

"Tentu saja ada. Tapi, mungkin seribu satu di dunia ini. Aku ada ide Zhar," beritahu Roy.

"Apa! Jangan memberiku ide gila seperti dulu. Kau menyuruhku melamar gadis yang baru saja aku kenal, dan pada akhirnya tamparan yang aku terima," gerutu Ezhar.

"Hahaha ... kau masih ingat bro, aduh perutku sakit jika mengingat seorang CEO keren sepertimu kena semprot abg," Roy masih saja meledek Ezhar.

Ezhar lebih memilih menenggak minuman daripada meladeni ocehan Roy. Ia tersenyum kecut, mengingat semua kenanganya bersama Tania, yang ternyata hanya sebuah tipuan

"Oke ... oke. Gini Zhar, temanku bilang bosnya sedang mencari seorang supir, untuk istrinya. Saranku cobalah hidup menjadi lelaki tanpa harta. Di sana kau akan menemukan wanita yang mempunyai ketulusan cinta untukmu. Apa kau berminat?"

"Ide bagus. Baiklah berikan nomor telepon agar aku bisa menghubunginya," ucap Erzha antusias.

"Oke, nanti aku tanyakan pada temanku."

Ezhar kembali meminum minumannya sampai kesadarannya semakin menipis.

"Zhar ...," panggil Roy yang memastikan kesadaran Ezhar.

"Hmm ... ."

Ezhar mendongakkan kepalanya, matanya menatap Roy. Namun, karena kesadarannya yang semakin menurun, ia tak mampu lagi menanggapi ocehan Roy.

"Zhar, bangun! Yaelah ini orang tumben, baru segini aja sudah mabuk," gerutu Roy.

Roy pun seperti biasa menghubungi asisten pribadi Ezhar. Tak lama sang asisten pun segera membawa pulang bosnya yang sudah tak sadarkan diri. Untuk malam ini mungkin inilah cara Ezhar melupakan rasa kecewanya kepada wanita yang ia cintai. Entah untuk esok hari. Ia berharap, hari esok akan lebih baik lagi.

Bersambung....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ndaee
Sedih banget alur ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status