Seorang laki-laki nampak begitu bahagia saat memilih cincin untuk melamar sang kekasih. Siang itu ia mempersiapkan semua acara lamarannya agar berjalan dengan lancar. Sebuah suprise untuk melamar sang kekasih ia rencanakan dengan sangat matang.
Malam ini ia sudah bersiap dengan segala persiapannya. Dengan penuh semangat ia melangkahkan kakinya menuju kediaman sang kekasih tanpa memberitahukan kedatangannya. Namun, sesampainya di sana, ia harus melihat kekasihnya sedang asyik bercerita dengan sahabatanya. Ia mengendap-endap memasuki rumah berlantai dua itu. Ia merapikan penampilannya di depan pintu kamar kekasihnya. Ia sangat yakin jika rencananya kali ini akan berhasil. Lelaki itu baru saja akan meraih gagang pintu. Tetapi suara di dalam menghentikan niatnya.
"Kau tahu, apa alasanku menerima cinta Ezhar?" tanya seorang wanita sambil memainkan ponselnya.
"Aku tahu, kau hanya menginginkan uangnya saja kan? Cintamu hanyalah milik Dio," jawab wanita di sebelahnya.
Wanita itu tersenyum, menandakan jika jawaban sahabatnya itu seratus persen benar. "Kau sudah tahu juga jawabannya. Kenapa bertanya lagi?"
"Ya kali saja jawaban ku salah," timpal sahabatnya lagi.
ππππ
Ezhar Adisatya, lelaki yang sekarang genap berumur 30 tahun. Usia yang memang sudah tak muda lagi. Namun, pesonanya tak kalah dengan mereka yang masih muda. Dia adalah putra semata wayang Robi Adisatya, pemilik perusahaan ekspor impor. Setelah Ayah Ezhar memutuskan untuk menghabiskan masa tuanya bersama sang istri dan hidup menjauh dari kota, ia menyerahkan semua tanggung jawab kepada putranya.
Wajah tampan, dan harta yang ia miliki membuat semua wanita berlomba-lomba mendapatkan cintanya. Namun, tak pernah ada yang berhasil menaklukan hatinya. Hingga akhirnya Ezhar melabuhkan hatinya pada seorang wanita bernama Tania. Dia adalah wanita yang berhasil merebut hati sang CEO itu. Ezhar sama sekali tak mencurigai niat Tania mendekatinya, yang ia tahu wanita itu tulus mencintainya. Namun, saat ini ia mendengar langsung kebenaran tentang Tania.
ππππ
Tangannya terkepal, bahkan amarahnya sudah memuncak. Ia tak menyangka jika wanita yang selama ini terlihat tulus mencintainya ternyata hanya menginginkan hartanya saja.
"Jadi benar kata semua orang," ujar Ezhar lirih.
Tania dan sahabatnya langsung menoleh ke arah pintu, di mana terdengar suara yang tak asing bagi mereka. Mata Tania membulat sempurna, saat melihat sosok di balik pintu besar bercat putih itu. Nafas Tania seakan terhenti di tenggorokan, mulutnya pun menganga. Bahkan tanganya tak mampu lagi menahan ponsel yang di pegangnya.
"Ezhar ...," ucapnya dengan terbata.
"Ya, ini aku. Kenapa, kau kaget? Semua orang sering mengingatkanku akan ketulusanmu. Tetapi aku selalu menampiknya, aku percaya jika kau tak seperti yang mereka katakan. Tapi ... hari ini Tuhan sangatlah baik kepadaku. Karena memperlihatkan semua kebusukanmu!" jelas Ezhar panjang lebar.
"Sayang ... tolong jangan percaya dengan ucapannya. Aku mencintaimu dengan tulus sayang, percayalah ...," Tania mulai ketakutan, ia tak mau pohon uangnya melayang.
"Ck ... apa semua yang ku dengar masih kurang? Sudahlah ... jangan banyak bicara lagi. Mulai sekarang kita putus! Dan tenang saja, aku akan memberimu imbalan atas pelayananmu selama bersamaku," ucap Ezhar sambil melempar cek ke wajah Tania.
Tania berlari mengejar Ezhar yang melangkah meninggalkan kamar wanita yang selama ini telah menipunya. Wanita yang berpura-pura mencintai Ezhar dengan tulus, yang pada akhirnya wajah aslinya dapat Ezhar ketahui sebelum lelaki itu melangkah jauh dengan hubungannya.
"Sayang ... jangan tinggalkan aku ...," Tania mencoba menghentikan kekasihnya. Namun, Ezhar yang sudah sangat kecewa dengan kebenaran tentang kekasihnya itu terus berlalu dan tak menghiraukan tangisan Tania.
Tania menghapus air matanya. Senyum pun tergambar di wajahnya, ia pun melihat secarik kertas yang baru saja Ezhar lempar ke wajahnya. Sebuah cek yang sangat bernilai baginya. Tak apa jika hari ini hubungannya kandas. Yang terpenting baginya adalah harta, dan Ezhar telah memberinya sejumlah uang yang lebih dari cukup baginya. Di tambah sebuah apartemen, mobil, dan beberapa set perhiasan yang sudah ia dapat selama menjadi kekasih Ezhar.
Tania selalu bisa membuat Ezhar percaya dengan cinta palsunya. Ia rela mengorbankan tubuhnya agar lelaki itu lebih percaya, bahkan tunduk dengannya. Apapun yang ia inginkan pasti akan Ezhar berikan.
"Dasar ... ratu drama!" ujar sahabatnya, saat melihat Tania tersenyum puas memandangi cek di tangannya.
"Hahaha ... kau tahu sendiri, aku tak bisa hidup tanpa uang, Hani. Jadi tak masalah dia memutuskanku, lihatlah berapa nominal yang ia tulis di cek ini?" Tania memperlihatkan cek yang di berikan Ezhar.
"Gila Ezhar! Ini tak seimbang dengan apa yang kau berikan," ucap Hani seenaknya.
"Apa maksudmu?" Tania nampak bingung dengan ucapan Hani.
"Ya barang bekas dihargai semahal ini," ledeknya pada Tania.
"Brengsek, kau!" ucap Tania kesal.
"Emang bekas kan? Dio lah yang pertama membuka segelmu. Jadi aku tak salah kan?" Hani masih meledek sahabatnya itu.
"Terserah kau mau bilang apa. Yang terpenting aku sudah mendapatkan banyak dari Ezhar," ujar Tania dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
Kedua sahabat itu terus tertawa saat membicarakan kebodohan Ezhar. Yang tertipu dengan cinta palsu Tania. Mereka tak memikirkan perasaan Ezhar yang hancur.
ππππ
Ezhar memarkirkan mobilnya di depan sebuah klub malam. Ia turun dan melempar kunci mobil kepada salah satu penjaga di sana. Ezhar berjalan masuk menuju meja di mana sang bartender sedng meracarik minuman.
"Wah ... tumben tuh muka kaya cucian kotor, lecek!" ledek Roy, sang bartender.
"Cepat buatkan aku minuman yang paling istimewa. Agar aku bisa melupakan jalang itu!" ujar Ezhar yang sudah tak bisa menahan emosinya.
"Akhirnya kau tahu juga. Sudah ku bilang dia wanita ular, yang hanya menginginkan uangmu saja. Tapi kau tetap kekeh memuji cinta tulusnya," oceh Roy, yang tak di dengar sama sekli oleh Ezhar.
"Hei ... kau, kemarilah," panggil Ezhar pada wanita yang sedang memperhatikannya dari kejauhan.
Wanita itu pun kegirangan saat lelaki yang sedari tadi sangat menggoda dirinya. Ia bangkit dari kursinya dan menghampiri Ezhar di mejanya.
"Hai ... sayang, ada apa kau memanggilku?" sapanya dengan suara yang manja.
"Ini, ambillah dan cepat pergi menjauh dariku!" ucap Ezhar acuh, sambil memberikan kotak yang berisi cincin, yang tadinya akan di berikan untuk sang kekasih.
"Wah ... kau baik sekali, sayang. Kau memberiku tanpa mengharapkan imbalan?"
"Aku bilang pergi!"
Tanpa di suruh lagi wanita itu pergi meninggalkan Ezhar yang sedang menikmati minumannya.
"Apa wanita di dunia ini sama? Mereka lebih mencintai harta? Apakah di dunia ini tak ada cinta yang tulus?" oceh Ezhar sambil meminum minuman yang di racik Roy.
"Tentu saja ada. Tapi, mungkin seribu satu di dunia ini. Aku ada ide Zhar," beritahu Roy.
"Apa! Jangan memberiku ide gila seperti dulu. Kau menyuruhku melamar gadis yang baru saja aku kenal, dan pada akhirnya tamparan yang aku terima," gerutu Ezhar.
"Hahaha ... kau masih ingat bro, aduh perutku sakit jika mengingat seorang CEO keren sepertimu kena semprot abg," Roy masih saja meledek Ezhar.
Ezhar lebih memilih menenggak minuman daripada meladeni ocehan Roy. Ia tersenyum kecut, mengingat semua kenanganya bersama Tania, yang ternyata hanya sebuah tipuan
"Oke ... oke. Gini Zhar, temanku bilang bosnya sedang mencari seorang supir, untuk istrinya. Saranku cobalah hidup menjadi lelaki tanpa harta. Di sana kau akan menemukan wanita yang mempunyai ketulusan cinta untukmu. Apa kau berminat?"
"Ide bagus. Baiklah berikan nomor telepon agar aku bisa menghubunginya," ucap Erzha antusias.
"Oke, nanti aku tanyakan pada temanku."
Ezhar kembali meminum minumannya sampai kesadarannya semakin menipis.
"Zhar ...," panggil Roy yang memastikan kesadaran Ezhar.
"Hmm ... ."
Ezhar mendongakkan kepalanya, matanya menatap Roy. Namun, karena kesadarannya yang semakin menurun, ia tak mampu lagi menanggapi ocehan Roy.
"Zhar, bangun! Yaelah ini orang tumben, baru segini aja sudah mabuk," gerutu Roy.
Roy pun seperti biasa menghubungi asisten pribadi Ezhar. Tak lama sang asisten pun segera membawa pulang bosnya yang sudah tak sadarkan diri. Untuk malam ini mungkin inilah cara Ezhar melupakan rasa kecewanya kepada wanita yang ia cintai. Entah untuk esok hari. Ia berharap, hari esok akan lebih baik lagi.
Bersambung....
Malam kawan ... .ππππBang Ezhar hadir nih nemenin malam kalianπππππππEzhar terbangun sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit, efek dari minuman yang semalam menemaninya dalam kekecewaan. Ia duduk di tepi ranjang, pandangannya menerawang jauh entah kemana. Ia teringat ucapan Roy semalam, yang menyuruhnya hidup tanpa harta yang ia miliki. Ezhar meraih ponselnya di atas nakas, di ketiknya nama Roy dalam kontak yang ada di ponselnya."Halo," suara khas bangun tidur Roy, dari seberang sana."Roy, mana nomor orang yang kau bicarakan semalam?" tanya Ezhar tak sabar."Oke, nanti aku kirim. Sekarang izinkan aku tidur dulu bro," pinta Roy."Cepat kirim sekarang! Atau kau akan ku
Tak terasa sudah satu bulan Ezhar bekerja di sana, niat awalnya tak lagi di pikirkannya. Otaknya malah memikirkan nasib sang majikan. Seperti biasa Maira pulang dalam keadaan mabuk, dan seperti bias Ezhar menggendongnya ke kamar. Mbok Rati menutup pintu kamar Maira dengan pelan. Ia lalu berlalu menuju dapur, tetapi ia melihat Ezhar sedang duduk di meja makan. Mbok Rati pun menghampiri supir baru itu, ia menarik kursi di sebelah Ezhar dan duduk di sana."Sudah di ganti mbok, pakaian nyonya?" tanya Ezhar saat wanita paruh baya itu duduk di sampingnya."Sudah, oh ... ya, kamu tadi bertanya tentang nyonya kan?" mbok Rati balik bertanya.Ezhar membalikan posisi duduknya menghadap mbok Rati. Ia sangat penasaran dengan apa yang membuat majikannya itu memiliki kebiasaan yang buruk. Mbok Rati menghela nafas panjang, matanya berkaca-kaca saat mengingat semua penderitaan Ma
Siang kawan aku up nihπYuk di bacaππ"Kau lupa semenjak aku menikahi Karina, semenjak itu juga kau tak penting lagi bagiku. Dan dengar baik-baik tawarkan saja tubuhmu itu pada lelaki lain, aku yakin kau akan laku," Dion berkata seolah tak mempunyai hati."Oh ... baik. Akan ku tunjukan, tanpamu aku pasti bisa! Aku bisa hidup dan membantu kedua orang tuaku tanpa bantuanmu! Dan ingat, kau jangan pernah menyesal jika suatu saat aku mempunyai lelaki lain, mas!" ujar Maira penuh amarah.PLAK!Tubuh Maira kembali menyentuh tembok, akibat tamparan Dion yang membuatnya kehilangan keseimbangan. Air mata Maira pun tak mampu lagi di bendung rasa sakit yang kian hari menyiksanya tak bisa lagi ia tahan. Tamparan sang suami sudah tak asing lagi baginya. Ia hanya menangisi kisah cintanya yang harus berakhir seperti itu."Kau boleh b
Selamat membacaMaira nampak sibuk dengan kegiatan belanjanya, ia memilih beberapa pakaian untuk penyamaran supirnya itu. Ezhar hanya tersenyum melihat raut bahagia yang tergambar di wajah yang sebentar lagi menjadi selingkuhannya itu. Meski kedua tangannya terisi penuh belanjaan majikannya, tidak membuatnya lelah. Selesai membayar semua, Maira mengajak Ezhar menuju salon langganannya."Siang Beb," sapa Maira pada seorang lelaki lemah gemulai, yang sedang sibuk dengan rambut pelanggannya itu."Siang juga ... Beb," sapa lelaki itu. "Eh siapa tuh? Ganteng banget ... nggak mau di kenalin nih?" goda seorang lelaki dengan genit. Ia pun menghenyika kegiatannya."Kepo! Dia simpananku, cepat rubah penampilannya. Buat dia layaknya bos!" ujar Maira asal."What! Mulutmu itu ya Beb," lelaki yang sering di panggil Boby itu menoel bibir Maira.
PRANG!Dion melempar ponsel Karina dan ponselnya dengan sangat keras, saat melihat Maira sedang bermesraan dengan lelaki lain di belakangnya. Ia sama sekali tak mengira jika istri pertamanya itu akan melakukan hal gila itu. Ia pikir wanita itu sudah di bawah kendalinya, karena ia sudah memiliki kelemahannya. Namun, ia bingung dari mana wanita itu bisa mempunyai nyali untuk melawannya?"Apa-apaan kamu, mas! Kenapa kau melempar ponselku!" ujar Karina emosi."Dari mana kau mendapatkan gambar itu!" tanya Dion masih dalam keadaan emosi."Aku melihatnya dengan kepalaku sendiri. Mereka sedang bermesraaan di sebuah resto," jelas Karina datar."Brengsek!" Dion meninju meja yang ada di hadapannya.Rasanya ia tak percaya jika Maira berani bertindak di luar kendalinya. Sebelum pergi Dion melempar sejumlah uang kepada istri keduanya sebagai
Selama satu bulan ini Ezhar selalu menyampaikan laporan semua kegiatan Maira ,dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Dengan siapa ia pergi termasuk dengan selingkuhannya yang tak lain adalah dirinya. Dengan apa yang ia lakukan Ezhar kini menjadi orang kepercayaan Dion. Ia juga mengerti apa yang sebenarnya di rasakan Dion. Meski dalam selalu berbuat kasar kepada Maira, akan tetapi rasa cintanya masih ada untuk sang istri. Semua dapat Ezhar lihat dari bagaimana cara lelaki itu sangat marah dengan kelakuan istrinya.Namun ia tak pernah bisa melihat betapa kesepiannya Maira, ia selalu sibuk mencurahkan semua cintanya hanya untuk istri keduanya.Hampir setiap hari Ezhar harus beradu akting dengan Maira. Akting yang sangat sulit baginya, karena ada kalanya ia hanyut akan peran yang ia mainkan. Maira bahkan sudah menganggapnya seperti selingkuhannya yang nyata, setiap hari ia
Ezhar dan Maira masih asik bercengkerama di perpustakaan kecil itu. Mereka juga terlihat seperti pasangan kekasih yang sebenarnya. Terlihat dari begitu manjanya Maira dipelukan Ezhar dan cara Ezhar yang terus menggoda majikannya dengan ulah jahilnya yang berbuat nakal di tengkuk Maira. Dari kejauhan mbok Rati memperhatikan mereka, meski semua itu salah tapi menurutnya tak ada salahnya untuk Maira dapat merasakan kebahagiaan. Dan semuanya dapat di rasakan bersama Ezhar. Ia hanya berdoa jika Tuhan segera memberikan halan yang terbaik kepada mereka agar tak salah jalan. Tak mau mengganggu moment mereka mbok Rati berlalu kembali ke dapur.ππππDion masih tak puas dengan laporan yang di berikan Ezhar, sampai detik ini identitas selingkuhan istrinya masih belum terungkap. Ia hanya mendapat laporan kegiatan Maira saja dan kemesraan yang mereka lakukan, ia juga sedikit merasa jika wajah selingkuhan
Semenjak malam itu Ezhar tak membiarkan Maira sendiri. Sebelum wanita pujaanya tidur ia masih akan tetap berjaga. Ia tak mau kecolongan lagi seperti malam itu, membiarkan Maira menerima kekejaman Dion.Maira dengan senang hati menerima perlakuan istimewa Ezhar. Namun, terkadang ia suka jahil kepada supirnya itu.Angin malam mulai menelusup masuk melalui celah jendela kamar Maira. Membelai lembut permukaan kulit wanita yang sedang berbaring di ranjang, matanya terpejam tetapi masih terjaga. Ia sedang memutar semua moment terbaik saat bersama sang supir yang merangkap menjadi bodyguard, dan juga selingkuhan pura-puranya. Senyum manis pun menghiasai wajah cantiknya, yang menandakan kebahagiaan yang ia rasakan. Namun, ia langsung membuka matanya ketika menyadari jika perasaan yang ia rasa adalah salah."Tidak maira ... ini salah! Ini pasti bukan Cinta ... bukan!" Mai