Malam kawan ... .
ππππBang Ezhar hadir nih nemenin malam kalianπππππππ
"Halo," suara khas bangun tidur Roy, dari seberang sana.
"Roy, mana nomor orang yang kau bicarakan semalam?" tanya Ezhar tak sabar.
"Oke, nanti aku kirim. Sekarang izinkan aku tidur dulu bro," pinta Roy.
"Cepat kirim sekarang! Atau kau akan ku buat tidur selamanya!" ujar Ezhar memaksa.
"Baik ... baik bro, aku kirim sekarang. Jangan lupa nomor rekeningku, yang menanti uangmu," ucap Roy meningatakan.
"Bagus, tenang saja ..., akan ku pastikan kau tak akan kesusahan selama menurut padaku."
Percakapan mereka memang terdengar aneh. Saling mengancam dan ucapan yang tidak enak di dengar. Tetapi itulah cara mereka untuk mengungkapkan rasa saling peduli. Dengan cara itu mereka bisa menjalin persahabatan selama tujuh tahun lamanya. Jadi bagi Ezhar maupun Roy sudah sangat paham dengan sikap masing-masing.
ππππ
"Apa yang kau katakan, nak?" tanya Papah Ezhar terlihat bingung dengan ucapan putranya.
"Pah, aku ingin mencari wanita yang bisa mencintaiku tanpa melihat latar belakangku. Dan itu akan ku temukan saat aku menjadi orang yang hidup tanpa harta," beritahu Ezhar pada Papanya.
"Tapi ... nak," Tuan Robi seakan tak setuju dengan ide yang tak masuk akal baginya.
"Untuk sementara aku akan menyamar sebagai supir di sebuah keluarga, dan aku harap Papah mau mengurus perusahaan sebentar saja. Aku janji akan mengurusnya dari jauh, dan yang pasti aku akan mengabulkan keinginnan kalian dengan segera mendapatkan calon istri," Ezhar masih berusaha membujuk Papanya.
"Baiklah ...," ucap Papahnya pasrah.
Tak ada pilihan lain lagi bagi Tuan Robi, ia pasrah. Ia mengiyakan keinginan sang putra yang tak maksud akal. Ezhar melebarkan senyumnya dengan jawaban sang Papah. Ezhar langsung bergegas pergi meninggalkan kediaman kedua orang tuanya. Selama ini Ezhar memang memilih tinggal sendiri, alasannya karena ia ingin hidup mandiri.
ππππ
Setelah menghubungi nomor yang di kirim Roy, ia merubah penampilannya. Kini rambut yang biasanya tertata rapi sengaja ia buat sedikit berbeda. Kacamata pun melengkapi penampilannya, ia mengenakan kaos oblong yang di padukan dengan celana jeans. Ezhar berkali-kali memastikan penampilannya di depan cermin. Ia tak mau penyamarannya gagal. Ia benar-benar ingin mendapatkan cinta yang tulus dari wanita di luar sana. Wanita yang mau menerimanya apa adanya.
Ezhar sengaja menaiki taksi untuk menuju kediaman Dion Sanjaya, calon bosnya. Setelah sampai di alamat yang di kirim oleh Dion, ia mengetuk pintu rumah yang cukup besar itu, meski tak sebesar kediamannya.Tak lama seorang wanita berparas cantik dengan balutan dress selutut dengan warna biru muda, membukakan pintu untuk Ezhar. Wanita itu pun memamerkan deretan giginya yang putih dan bersih.
"Siang ..., nyonya," sapa Ezhar dengan sopan.
"Siang ..., maaf kalau boleh saya tahu, Anda mencari siapa?" tanya wanita itu.
"Oh ... ya nyonya, perkenalkan nama saya, Ezhar. Supir baru Anda," beritahu Ezhar.
"Oh ... jadi kamu supir baruku? Kalau begitu mari masuk!" wanita itu mempersilahkan Ezhar untuk masuk.
"Duduklah, oh ya ..., perkenalkan namaku Maira," ucapnya sambil menyodorkan tangannya.
Ezhar pun menyambut uluran tangan wanita yang bernama Maira itu, yang mulai detik itu telah mejadi bosnya. Cantik, itu yang terlintas di benak Ezhar. Namun, ia menepisnya karena ia tahu jika wanita yang ada di depannya adalah istri dari bosnya. Maira lalu mengantar Ezhar menuju kamarnya yang berada di ruang bagian belakang ruang dalam rumahnya.
"Ini kamarmu dan ya, kau harus selalu siap kapanpun saat aku butuhkan, meski tengah malam sekalipun. Aku tak mau mendengar alasanmu, apa kau mengerti!" terang Maira.
"Saya mengerti, Nyonya. Dan saya siap melayani Anda kapanpun di butuhkan," jawab Ezhar dengan tegas.
"Baiklah, sekarang simpan barang-barangmu dan mulailah bekerja. Ini kunci mobilnya, ku tungu di depan!" Maira memberikan kunci mobilnya dan berlalu meninggalkan kamar Ezhar.
Dengan segera Ezhar meletakan ranselnya. Ia berlari ke arah mobil yang sudah berada di halaman rumah Maira. Tanpa di suruh Ezhar sudah tahu apa yang harus di lakukan seorang supir. Ia yang biasanya di layani kini harus melayani. Namun, itu tak membuat CEO tampan itu mengurungkan niatnya melanjutkan perjalanan mencari cinta sejati.
Ezhar memgemudikan mobil sang Nyonya dengan kecepatan sedang. Sesekali ia melihat wajah cantik majikannya itu dari kaca spion. Namun, ada yang aneh baginya, mata wanita cantik itu terlihat sendu. Dari matanya Ezhar melihat ada beban yang di pikul wanita cantik itu.
Maira melamun selama di perjalanannya menuju toko kue kesayangannya. Tempat dimana ia bisa melepas semua beban di hidupnya. Pandangannya menerawang jauh ke luar mobil, ia masih ingat saat sang suami memintanya menandatangani surat pernyataan bahwa ia menyetujui pernikahan kedua Dion dengan wanita simpanannya. Hatinya hancur, saat ia juga harus menyaksikan suaminya mengucapkan ijab qobul dengan mata kepalanya sendiri. Tak ada yang tahu isi hatinya, yang semua tahu, Maira sudah ikhlas mengijinkan Dion menikah lagi.
Tak ada yang bisa Maira lakukan, keluarga yang menjadi alasannya menerima perlakuan Dion yang sangat menyayat hati. Ia terpaksa bungkam atas kebenaran yang terjadi, karena suaminya itu mengancam akan menghentikan biaya hidup keluarganya. Keadaan sang Ayah yang sakit keras, dan tak bisa lagi menafkahi keluarganya. Ibunya hanya bisa mendapatkan uang untuk makan sehari-hari. Jadi Maira memilih menyimpan semua kesakitannya demi keluarganya.
Ia sadar, ia bukanlah seorang yang memiliki harta yang berlimpah. Maira lahir dari keluarga yang tak berkecukupan, tetapi dengan perjuangan yang amat sangat sulit ia bisa melanjutkan pendidikannya sampai ke SMA. Setelah lulus, Maira memilih mencari pekerjaan di kota. Ia bekerja sebagai pelayan di salah satu kafe langganan Dion. Dari sanalah mereka mulai saling mengenal, sampai pada suatu hari cinta pun mengantarkan mereka menuju ikatan pernikahan.
Namun, cinta yang di kumandangkan Dion sirna saat usia penikahan mereka menginjak satu tahun. Semua sikap manis Dion musnah, Maira sendiri bingung, apa yang membuat suaminya berubah? Tetapi ia selalu berpikir positif akan semua ujian yang Tuhan berikan.
Dion memberikan Maira sebuah toko kue, agar dia bisa terus mengirimi uang kepada keluarganya. Dion mengancam jika Maira tak menyetujuinya menikah lagi, maka ia akan mengambil toko kue itu. Maira terpaksa mengikuti keinginan gila suaminya itu.
"Nyonya ..., kita sudah sampai," Ezhar membuyarkan lamunan Maira.
"Oh ... ya?" Maira keluar dari mobilnya dan melangkah menuju tokonya.
Ezhar hanya menatap Maira dengan banyak pertanyaan di hatinya. Ezhar memilih memarkirkan mobil sesuai instruksi majikannya.
ππππ
Ezhar merebahkan tubuhnya yang sedari pagi terus mengantar Maira kesana kemari. Saat matanya hampir terlelap terdengar Maira memanggilnya. Mata itu kembali terbuka lebar, ia segera bangkit dari kasur malasnya. Ezhar mengelus dadanya saat mendengar perintah dari bosnya, Ezhar kembali mengemudikan mobil sang nyonya, menuju ke sebuah klub malam.
Maira melenggang masuk ke tempat itu dengan menggunakan pakaian yang membuat mata lelaki tak akan berpaling darinya. Ezhar pun mengikuti bosnya dari belakang tanpa sepengetahuan Maira. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada bosnya itu. Pakaian yang kekurangan bahan, di tambah suasana klub yang di penuhi mata-mata nakal lelaki hidung belang.
Maira terlihat menikmati dentuman musik yang membuatnya terbuai, di tambah minuman yang sudah membuatnya setengah mabuk. Ia terus meliuk-liukan tubuhnya tanpa menghiraukan situasi di sekitarnya. Yang penuh dengan tatapan lapar dari lelaki yang ada di sana.
"Hai manis, aku bisa membuatmu terbang melayang. Maukah kau menemaniku malam ini?" ucap lelaki itu dengan meraih pinggul Maira.
"Maaf, aku tidak mau. Lepaskan aku!" Maira mencoba melepaskan diri dengan sisa-sisa kesadarannya.
Namun, lelaki itu malah semakin erat memeluk tubuh seksi Maira. Wanita itu nampak berjuang untuk melepaskan pelukan lelaki hidung belang itu. Meski ia sedang mabuk, tetapi ia tidak sudi melayani nafsu lelaki itu. Ezhar melangkah menerobos lautan manusia yang tengah menikmati alunan musik itu. Ia segera meraih tubuh Maira ke dekapannya. Lelaki itu merasa sangat marah, ia pun berusaha melawan Ezhar.
Sangat mudah bagi Ezhar melumpuhkan lelaki kurang ajar itu. Dengan hadiah spesial dari Ezhar berupa pukulan yang tepat mengenai pipinya, lelaki itu langsung ambruk seketika. Ezhar membawa Maira meninggalkan klub itu dengan menggendongnya, karena kondisi Maira yang sudah tak sadarkan diri.
ππππ
Mbok rati berlari membukakan pintu utama kediaman Maira. Di lihatnya sang nyonya terlelap dalam gendongan Ezhar.
"Mbok, bisa kasih aku jalan," Ezhar membuyarkan lamunan si mbok yang entah sedang memikirkan apa?
"Eh ... iya, Den. Ayo kita bawa nyonya ke kamarnya!" Mbok cepat-cepat mengunci pintu dan berlari mengikuti Ezhar.
"Mbok, apa yang sebenarnya terjadi pada nyonya?" Ezhar memberanikan bertanya. Setelah merebahkan tubuh Maira di ranjang.
"Maaf, den ..., ceritanya panjang. Dan jujur saya sangat kasihan pada nyonya," ucap si Mbok dengan air mata.
Bersambung.....
Tak terasa sudah satu bulan Ezhar bekerja di sana, niat awalnya tak lagi di pikirkannya. Otaknya malah memikirkan nasib sang majikan. Seperti biasa Maira pulang dalam keadaan mabuk, dan seperti bias Ezhar menggendongnya ke kamar. Mbok Rati menutup pintu kamar Maira dengan pelan. Ia lalu berlalu menuju dapur, tetapi ia melihat Ezhar sedang duduk di meja makan. Mbok Rati pun menghampiri supir baru itu, ia menarik kursi di sebelah Ezhar dan duduk di sana."Sudah di ganti mbok, pakaian nyonya?" tanya Ezhar saat wanita paruh baya itu duduk di sampingnya."Sudah, oh ... ya, kamu tadi bertanya tentang nyonya kan?" mbok Rati balik bertanya.Ezhar membalikan posisi duduknya menghadap mbok Rati. Ia sangat penasaran dengan apa yang membuat majikannya itu memiliki kebiasaan yang buruk. Mbok Rati menghela nafas panjang, matanya berkaca-kaca saat mengingat semua penderitaan Ma
Siang kawan aku up nihπYuk di bacaππ"Kau lupa semenjak aku menikahi Karina, semenjak itu juga kau tak penting lagi bagiku. Dan dengar baik-baik tawarkan saja tubuhmu itu pada lelaki lain, aku yakin kau akan laku," Dion berkata seolah tak mempunyai hati."Oh ... baik. Akan ku tunjukan, tanpamu aku pasti bisa! Aku bisa hidup dan membantu kedua orang tuaku tanpa bantuanmu! Dan ingat, kau jangan pernah menyesal jika suatu saat aku mempunyai lelaki lain, mas!" ujar Maira penuh amarah.PLAK!Tubuh Maira kembali menyentuh tembok, akibat tamparan Dion yang membuatnya kehilangan keseimbangan. Air mata Maira pun tak mampu lagi di bendung rasa sakit yang kian hari menyiksanya tak bisa lagi ia tahan. Tamparan sang suami sudah tak asing lagi baginya. Ia hanya menangisi kisah cintanya yang harus berakhir seperti itu."Kau boleh b
Selamat membacaMaira nampak sibuk dengan kegiatan belanjanya, ia memilih beberapa pakaian untuk penyamaran supirnya itu. Ezhar hanya tersenyum melihat raut bahagia yang tergambar di wajah yang sebentar lagi menjadi selingkuhannya itu. Meski kedua tangannya terisi penuh belanjaan majikannya, tidak membuatnya lelah. Selesai membayar semua, Maira mengajak Ezhar menuju salon langganannya."Siang Beb," sapa Maira pada seorang lelaki lemah gemulai, yang sedang sibuk dengan rambut pelanggannya itu."Siang juga ... Beb," sapa lelaki itu. "Eh siapa tuh? Ganteng banget ... nggak mau di kenalin nih?" goda seorang lelaki dengan genit. Ia pun menghenyika kegiatannya."Kepo! Dia simpananku, cepat rubah penampilannya. Buat dia layaknya bos!" ujar Maira asal."What! Mulutmu itu ya Beb," lelaki yang sering di panggil Boby itu menoel bibir Maira.
PRANG!Dion melempar ponsel Karina dan ponselnya dengan sangat keras, saat melihat Maira sedang bermesraan dengan lelaki lain di belakangnya. Ia sama sekali tak mengira jika istri pertamanya itu akan melakukan hal gila itu. Ia pikir wanita itu sudah di bawah kendalinya, karena ia sudah memiliki kelemahannya. Namun, ia bingung dari mana wanita itu bisa mempunyai nyali untuk melawannya?"Apa-apaan kamu, mas! Kenapa kau melempar ponselku!" ujar Karina emosi."Dari mana kau mendapatkan gambar itu!" tanya Dion masih dalam keadaan emosi."Aku melihatnya dengan kepalaku sendiri. Mereka sedang bermesraaan di sebuah resto," jelas Karina datar."Brengsek!" Dion meninju meja yang ada di hadapannya.Rasanya ia tak percaya jika Maira berani bertindak di luar kendalinya. Sebelum pergi Dion melempar sejumlah uang kepada istri keduanya sebagai
Selama satu bulan ini Ezhar selalu menyampaikan laporan semua kegiatan Maira ,dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Dengan siapa ia pergi termasuk dengan selingkuhannya yang tak lain adalah dirinya. Dengan apa yang ia lakukan Ezhar kini menjadi orang kepercayaan Dion. Ia juga mengerti apa yang sebenarnya di rasakan Dion. Meski dalam selalu berbuat kasar kepada Maira, akan tetapi rasa cintanya masih ada untuk sang istri. Semua dapat Ezhar lihat dari bagaimana cara lelaki itu sangat marah dengan kelakuan istrinya.Namun ia tak pernah bisa melihat betapa kesepiannya Maira, ia selalu sibuk mencurahkan semua cintanya hanya untuk istri keduanya.Hampir setiap hari Ezhar harus beradu akting dengan Maira. Akting yang sangat sulit baginya, karena ada kalanya ia hanyut akan peran yang ia mainkan. Maira bahkan sudah menganggapnya seperti selingkuhannya yang nyata, setiap hari ia
Ezhar dan Maira masih asik bercengkerama di perpustakaan kecil itu. Mereka juga terlihat seperti pasangan kekasih yang sebenarnya. Terlihat dari begitu manjanya Maira dipelukan Ezhar dan cara Ezhar yang terus menggoda majikannya dengan ulah jahilnya yang berbuat nakal di tengkuk Maira. Dari kejauhan mbok Rati memperhatikan mereka, meski semua itu salah tapi menurutnya tak ada salahnya untuk Maira dapat merasakan kebahagiaan. Dan semuanya dapat di rasakan bersama Ezhar. Ia hanya berdoa jika Tuhan segera memberikan halan yang terbaik kepada mereka agar tak salah jalan. Tak mau mengganggu moment mereka mbok Rati berlalu kembali ke dapur.ππππDion masih tak puas dengan laporan yang di berikan Ezhar, sampai detik ini identitas selingkuhan istrinya masih belum terungkap. Ia hanya mendapat laporan kegiatan Maira saja dan kemesraan yang mereka lakukan, ia juga sedikit merasa jika wajah selingkuhan
Semenjak malam itu Ezhar tak membiarkan Maira sendiri. Sebelum wanita pujaanya tidur ia masih akan tetap berjaga. Ia tak mau kecolongan lagi seperti malam itu, membiarkan Maira menerima kekejaman Dion.Maira dengan senang hati menerima perlakuan istimewa Ezhar. Namun, terkadang ia suka jahil kepada supirnya itu.Angin malam mulai menelusup masuk melalui celah jendela kamar Maira. Membelai lembut permukaan kulit wanita yang sedang berbaring di ranjang, matanya terpejam tetapi masih terjaga. Ia sedang memutar semua moment terbaik saat bersama sang supir yang merangkap menjadi bodyguard, dan juga selingkuhan pura-puranya. Senyum manis pun menghiasai wajah cantiknya, yang menandakan kebahagiaan yang ia rasakan. Namun, ia langsung membuka matanya ketika menyadari jika perasaan yang ia rasa adalah salah."Tidak maira ... ini salah! Ini pasti bukan Cinta ... bukan!" Mai
Sebuah mobil mewah berwarna hitam terparkir di halaman toko kue Maira. Seorang lelaki dengan setelan jas yang membalut tubuhnya berjalan masuk dengan di ikuti seorang wanita yang tak lain adalah sekertarisnya. Ezhar mulai berakting di depan Maira, ia menyambut kedatangan bos palsu yang memang di rencanakannya. Roy begitu sangat puas karena dengan ini ia bisa mengerjai sahabatnya itu."Selamat siang Tuan, perkenalkan saya, Maira" sapa Maira dengan mengulurkan tangannya."Selamat siang, cantik," Roy balik menyapa dan menyambut uluran tangan Maira dengan sedikit menggodanya."Pantas saja Ezhar tertarik. Wanita yang cantik, cerdas dan anggun," batin Roy berucap.Ezhar mengepalkan telapak tangannya melihat ulah jahil Roy. "Brengsek! Kau cari mati Roy!" ucapnya dalam hati."Hei ... nona cantik, katakan pada supirmu jangan memasang w