Beranda / Romansa / Hasrat Terlarang / Aku Lelah Bertahan

Share

Aku Lelah Bertahan

Ezhar dan Maira masih asik bercengkerama di perpustakaan kecil itu. Mereka juga terlihat seperti pasangan kekasih yang sebenarnya. Terlihat dari begitu manjanya Maira dipelukan Ezhar dan cara Ezhar yang terus menggoda majikannya dengan ulah jahilnya yang berbuat nakal di tengkuk Maira. Dari kejauhan mbok Rati memperhatikan mereka, meski semua itu salah tapi menurutnya tak ada salahnya untuk Maira dapat merasakan kebahagiaan. Dan semuanya dapat di rasakan bersama Ezhar. Ia hanya berdoa jika Tuhan segera memberikan halan yang terbaik kepada mereka agar tak salah jalan. Tak mau mengganggu moment mereka mbok Rati berlalu kembali ke dapur.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Dion masih tak puas dengan laporan yang di berikan Ezhar, sampai detik ini identitas selingkuhan istrinya masih belum terungkap. Ia hanya mendapat laporan kegiatan Maira saja dan kemesraan yang mereka lakukan, ia juga sedikit merasa jika wajah selingkuhan istrinya tak asing baginya. Dion pun memutuskan untuk mencari tahu sendiri siapa lelaki yang sudah lancang mencintai istrinya.

"Siapapun kau, aku pastikan hidupmu akan menderita. Karena berani mencintai wanitaku!" ucap Dion lirih, tetapi terdengar penuh amarah.

Dion memutuskan untuk pulang ke rumah Maira hari ini, ia ingin menanyakan langsung siapa selingkuhannya itu. Sebuah mobil mewah berwarna silver milik Dion terparkir di halaman kediaman Maira, ia langsung berjalan menuju kamar istrinya saat memasuki rumah. Di bukanya pintu kamar itu, kamar yang menjadi saksi kesepian Maira setiap hari. Tak lama Maira pun muncul dari kamar mandi mengenakan jubah mandi, ia sama sekali tak menyadari kedatangan suaminya. Ia berjalan menuju lemari dan mengambil salah satu gaun kesukaannya. Ia memakai gaunnya di sana, yang di saksikan oleh tatapan mata tajam Dion yang melihat semua. Maira tersentak saat sebuah lengan kekar melingkar di perut ratanya, ia tersenyum karena ia pikir itu adalah Ezhar, selingkuhannya. Namun, ia menyadari lengan itu bukanlah lengan sang supir. Maira melepaskannya, ia sangat tahu lengan siapa itu. Lengan Ezhar lebih bersih tanpa bulu-bulu yang menghiasinya, berbeda dengan suaminya.

"Lepas!" Maira mencoba melepaskan pelukan Dion.

"Biasanya kau yang meminta? Kenapa sekarang menolak?" Dion masih mengatur emosinya.

"Aku bukan jalangmu, yang akan terus menggodamu! Dan mengemis cinta darimu!" tutur Maira dengan nada menantang.

"Mulutmu harus ku beri pelajaran agar bisa menghormatiku!" hardik Dion sambil mencekeram dagu Maira dengan kasar.

Dion langsung melumat bibir istrinya dengan rakus, hingga sedikit melukainya. Darah segar menghiasi ujung bibir Maira. Sekuat tenaga Maira berusaha melepaskan diri, ia tak mau melayani sang suami dengan cara seperti itu. Ia ingin seperti wanita lain yang di perlakukan dengan istimewa oleh suaminya. Maira mengarahkan kakinya untuk menendang bagian sensitif sang suami, yang langsung membuat Dion melepaskannya.

"Cuih ... kau sudah menunjukan siapa dirimu sebenarnya. Ku tak mau melayani suamimu, tapi mau melayani lelaki lain di belakangku!"

"Aku memang jalang! Lalu apa pedulimu! Bukankah Maira sudah mati di matamu, Mas! Dan kau sendiri yang memintaku menjual tubuhku!"

"Aku lelah dengan semua ini, aku lelah terus mengharap cintamu. Berharap semua akan kembali seperti dulu. Aku tak mau lagi bertahan dengan menyandang nama Nyonya Sanjaya. Apa kau pernah sedikit saja melihat betapa besarnya cinta dan  kesetiaannku! Tidak kan? Kau hanya melihat besarnya cinta istri keduamu saja!Kau sudah tak adil padaku, aku mau bercerai darimu!" ujar Maira penuh amarah.

PLAK!

Sebuah tamparan menjadi kado terindah yang Maira dapat di hari ulang tahun pernikahannya yang ke tiga. Hari ini tepat dimana tiga tahun lalu seorang lelaki bernama Dion Sanjaya menyunting Maira sebagai istrinya. Namun, semua tak berarti apa-apa. Maira hanya bisa menahan rasa sakit di hatinya.

"Kau pikir aku akan menceraikanmu hah! Kalaupun kita akan berpisah, akulah yang akan menggugatmu bukan kau!" ucap Dion sebelum berlalu dari kamar Maira.

"Kemana cinta yang dulu kau berikan? Apa sebegitu bencinya kau padaku, mas? Apa salahku? Jika kau tak ingin aku pergi kenapa kau terus membuatku kecewa dan menderita,mas," ucap Maira lirih.

Maira berjalan ke kamar mandi, di dalam ia membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar. Setelah mengeringkannya ia mengoleskan make up untuk menutupi bekas tamparan itu.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Ezhar begitu serius menatap layar laptopnya, semua tanggung jawabnya sebagai seorang CEO tidak boleh ia tinggalkan meski keadaan tak mendukung. Ia terua mengecek semua laporan yang masuk dari sekertarisnya sampai ia tak sadar jika hari sudah malam. Ezhar mengeliat merenggangkan tubuhnya yang sedari tadi terus setia di depan laptopnya. Ia mengambil ponselnya di atas nakas, tapi aneh dari sore ini sampai malam tak ada satu chat pun dari Maira. Ezhar pun langsung bergegas keluar dari kamar. Ezhar menghentikan langkahnya saat melihat Dion yang sedang menuruni anak tangga. Dari wajahnya tergambar jelas, jika ia sedang dalam mode marah. Setelah memastikan mobil Dion pergi meninggalkan kediaman Maira, Ezhar segera berlari menuju kamar majikannya itu

Pandangannya menyapu ke segala arah, tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan Maira. Ezhar merasa lega saat Maira keluar dari kamar mandi.

"Kau membuatku cemas," ucap Ezhar penuh kecemasan.

"Kenapa kau cemas?" ucap Maira dengan manja, menutupi kesedihannya.

"Dari tadi sore kau tak menghubungiku. Ada apa hm ...," Ezhar mulai membelai rambut panjang Maira, yang membuat pemiliknya merasakan kenyamanan.

"Tadi aku melihat suamimu pulang. Apa yang dia laukan?"

Maira tak menjawab pertanyaan Ezhar, ia hanya menundukan wajahnya. Ezhar mengangkat dagu Maira dengan jarinya, kedua bola mata Ezhar membulat sempurna saat harus melihat bukti kekerasan yang di tinggalkan oleh Dion di ujung bibir Maira. Dia juga melihat bekas tamparan Dion di pipi majikannya itu, meski Maira telah menutupnya dengan make up.

"Dia melukaimu?" Ezhar bertanya dengan selembut mungkin.

Tak ada kata yang keluar dari bibir Maira, hanya sebulir air yang mulai membasahi wajah cantiknya. Melihat itu amarah Ezhar berkobar bagaikan api yang membara. Ia memeluk wanita yang setiap hari mengisi relung hatinya, ia berusaha membuat Maira tenang. Akan tetai tangis Maira malah pecah di pelukan Ezhar. Dada bidang Ezhar seakan menjadi peraduannya, tempat ternyaman baginya untuk meluapkan segala keluh kesahnya. Bahkan di yempat itu ia bisa meluapkan kesedihan yang selalu ia sembunyikan darisemua orang termasuk kedua orang tuanya.

"Sudah aku bilang, jangan sia-siakan air matamu untuk si brengsek itu! Aku berjanji akan membuatnya merasakan kesedihan lebih dari yang kau alami," ucapan yang terdengar datar tetapi mengandung dendam yang membara.

Ezhar membiarkan wanita itu puas meluapkan semua yang di rasakannya. Maira terus menangis sampai tak terasa ia tertidur di pelukan Ezhar. Dengan sangat hati-hati ia menggendong tubuh Maira dan membaringkannya di atas ranjang. Ia mengambil ponsel di saku celana yang di kenakannya. Terlihat Ezhar begitu serius menghubungi asistennya

"Baik, kerjakan semua. Aku percaya padamu," ucap Ezhar menutup percakapannya dengan asistennya.

Sebelum ia keluar dari kamar Maira, Ezhar mendekatinya lagi. Memastukan wanita pujaannya itu benar-benar sudah terlelap, tetapi saat Ezhar akan meninggalkannya Maira meraih lengan Ezhar.

"Ada apa?" tanya Ezhar lembut.

"Bisakah kau menemaniku malam ini," pinta Maira yang masih memejamkam matanya.

"Tapi ...," belum sempat ia meneruskan ucapannya Maira menarik lengan Ezhar yang membuatnya menindih tubuh seksi Maira.

Ezhar terpaku dengan keadaan ini, Maira pun membuka matanya. Dan mengecup sekilas bibir supirnya itu. "Temani aku malam ini," pintanya lagi.

Ezhar hanya mengangguk, ia pun berpindah tempat dan berbaring di belakang Maira. Mungkin ia sudah terbiasa dengan wanita di sampingnya. Namun, bersama Maira membuatnya meraksakan hal yang berbeda. Ia memeluk Maira dari belakang, menyalurkan kehangatan yang di rindukan wanita itu. Kehangatan yang sudah tak pernah di dapat dari suaminya. Maira merasa sangat nyaman dengan keadaan ini, meraka pun terlelap menuju alam mimpi mereka masing-masing.

Bersambung...

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rian Suryana
ialah Boss
goodnovel comment avatar
Lam Alif
wanita memang perlu perlakuan lembut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status