"Dani, cepat blokir semua data tentangku. Anak buah Dion sudah melangkah di depan kita, jangan sampai kita kecolongan lagi," perintah Ezhar pada asistennya.
"Baik Tuan, akan segera saya urus," jawab Dani tegas.
Ezhar lalu kembali berbaring di samping Maira. Wanita itu pun membuka mata sejenak dan memutar badan agar berhadapan dengan kekasihnya.
"Bagaimana, apa dia sudah pergi?" tanya Maira tanpa membuka matanya.
"Dia sudah pergi, tapi ...," Ezhar menghentikan kalimatanya, dan membuat Maira membuka matanya.
"Ada apa? Kau jangan menakutiku sayang ..., " ucap Maira panik.
"Ternyata dia melangkah jauh di depan kita. Dia mengirim beberapa orang untuk mengintai kita, di depan ada dua orang. Di toko juga ada dua orang, dan satu orang bertugas mencari
Mobil mewah itu berlalu meninggalkan kediaman Maira, menerobos anak buah Dion yang sedang sibuk melaporkan hasil penyelidikan mereka. Sehingga tak menyadari sebuah mobil melintas di belakang mereka. Ezhar tersenyum puas akan kinerja asistennya yang sangat pandai mengatur semua rencananya dengan sangat rapi. Bahkan bisa melangkah lebih cepat di depan Dion.Maira duduk di samping mbok Rati, sedang Ezhar duduk di samping supir. Selama di perjalanan mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun, Maira lebih memilih memejamkan matanya.Mobil berhenti di sebuah bangunan megah dan mewah, bangunan yang terlalu mewah untuk sebuah rumah. Bangunan itu lebih tepat sebagai istana. Seorang lelaki dengan balutan seragam layaknya Bodyguard membukakan pintu mobil, Maira membuka matanya saat mbok Rati menepuk lembut pundaknya, dan memberitahukan jika mereka sudah sampai. Maira pun keluar dari mobil bersama mbok Rati dan Ezhar, ia masih tak menyadari
Sepeninggal Ezhar, Maira merenungi semua yang telah ia alami. Dari pernikahannya yang hancur karena kedatangan Karina, keadilan yang tak pernah ia dapat dari Dion. Bahkan kehangatan ranjangnya pun hilang, hidupnya seakan tak berarti lagi. Hari-harinya ia lalui dengan air mata, bahkan tak ada orang yang tahu akan kesedihannya.Namun, semua berubah saat sang supir itu datang. Ezhar memberi warna baru dalam hidupnya, dunianya seakan tak lagi gelap. Karena lelaki itu bagikan matahari yang datang menyinari hidupnya.Memberi kehangatan yang sudah lama tak Maira rasakan. Perhatian dan kasih sayang yang wanita itu rindukan. Semua kebahagiaan Maira datang kembali meski jalannya harus seperti ini. Hubungan yang tak seharunya terjalin di antara mereka."Semua berbeda saat kau datang, tapi ... Dion. Tuhan ... Salahkah jika aku ingin bahagia?" lirih Maira."Apapun keputusanku kali ini, semoga semua yang terbaik untukku, Tuhan." Maira pun berdiri dari duduknya dan segera b
Maira memang sudah memutuskan untuk memilih Ezhar, akan tetapi ia masih tak terima dengan alasan kekasihnya itu. Sesampainya di kediaman Ezhar, Maira memilih masuk ke kamar dan menguncinya. Ia lupa jika istana mewah itu milik lelaki yang beberapa bulan ini menjadi selingkuhannya. Dengan sangat mudah Ezhar sudah ada di dalam kamar, Maira menghela nafas karena kebodohannya."Masih marah?" Ezhar sengaja duduk di samping wanitanya yang masih terlihat malas bertemu dengannya."Kau pikir?" jawab Maira malas."Aku pikir kau sudah memaafkanku," ujar Ezhar sambil membelai lembut leher Maira dengan bibirnya.Maira mendorong tubuh Ezhar, "Lepas!" Ia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Namun lagi-lagi ia merutuki kebodohannya, sebelum ia menutup pintu kamar mandi dengan sigap Ezhar menahannya. Dan tanpa persetujuan Maira ia ikut masuk ke sana. Maira tak lagi bisa berkutik saat Ezhar mend
Tania pulang ke rumahnya dengan wajah yang muram, apa yang ia harapkan nyatanya tak sesuai. Lelaki yang dulu sangat mencintai dan memujanya kini telah melupakannya."Kenapa tuh wajah? Lecek amat," ledek Hani yang masih ada di rumah Tania.Tania melempar tas selempang miliknya ke sembarang tempat, dan ia duduk di samping Hani yang sedang menikmati cemilan. Hani pun meletakan toples di tangannya ke atas meja, ia sungguh penasaran kenapa wajah sahabatnya berubah setelah bertemu dengan Ezhar."Apa yang terjadi?" tanya Hani lagi.Tak ada jawaban, Tania hanya cemberut. Membuat Hani semakin penasaran. "Dia sudah melupakanku." Tania menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Apa maksudmu?" tanya Hani, semakin penasaran."Dia memintaku untuk membantunya.""Terus? Apa hubungannya membantunya dengan melupakanmu?" "Hani ... Ka
Ezhar melebarkan senyumnya saat melihat salah satu mobilnya mengikuti kemana ia pergi. Ia yakin, itu adalah Maira. Sebenarnya ia tak tega, tetapi misi ini harus berhasil demi masa depan yang ia harap akan bersama Maira. Tania menoleh ke samping, hatinya terasa teriris melihat senyum penuh cinta yang tergambar di wajah Ezhar. Dalam hati ia menyesali semuanya, kebodohannya yang mempermainkan cinta yang di berikan Ezhar. Sekarang, ia hanya bisa menerima kenyataan jika cinta Ezhar hanya untuk Maira.Ia tahu kadar cinta yang dimiliki Ezhar, bagaimana cara Ezhar mencintai, dan bagaimana lelaki itu memperjuangkan cintanya. Jadi sudah sangat jelas, sekarang cinta Ezhar tak akan bisa berpaling kecuali Maira seperti dirinya."Apa tadi akting ku bagus?" Tania memulai percakapan agar suasana mobil sedikit hangat."Hmm.""Hanya hmm?" tanya Tania dalam hati. Ia sangat kecewa karena Ezhar menjawabnya seperti itu."Apa nanti aku harus lebih agresif, agar kekasihmu
Angin segar mulai menyusup di kesejukan pagi, mentari yang sudah menampakkan diri pun mulai menghangatkan bumi dengan sinarnya. Kicau burung pun menambah keindahan pagi. Namun, semuanya tidak sesuai dengan perasaan Maira pagi ini. Ia terbangun pagi sekali, bayangan Ezhar dan wanita itu pun masih sangat jelas di ingatannya. Ia bingung dengan sikap Ezhar padanya, bukankah seharusnya lelaki itu meminta maaf padanya? Tetapi kenapa ia justru melakukan ini?Mbok Rati masuk ke kamar majikannya itu, dengan perlahan ia membuka tirai di kamar Maira. Matanya pun terbelalak saat, melihat botol minuman berserakan di kamar Maira."Nyonya, apa yang terjadi?" ucap mbok Rati panik."Aku tak apa-apa, Mbok. Bukankah ini sudah biasa? Kau harusnya sudah terbiasa dengan semua ini,"ucap Maira, yang mengingat dirinya sebelum Ezhar merubah dunianya."Nyonya, ini bukan jalan untuk menyelesaikan mas
Ezhar benar-benar sangat kecewa dengan sikap Maira, kenapa ia masih mau bertemu dengan si brengsek Dion setelah semua yang sudah terjadi pada mereka.“Maira, apa kau sadar dengan sikapmu ini?” lirih Ezhar.Tania yang memperhatikan semua sedari tadi merasa puas, meski hari ini ia kecewa karena tak ada momen yang istimewa di antara dirinya dan Ezhar. Biasanya untuk membuat Maira cemburu, Ezhar akan mengajaknya berakting layaknya pasangan kekasih. Namun, hari ini Maira sudah membuat pagi mereka suram.Otak Tania pun tak mau tinggal diam, ia tak mau kehilangan kesempatan emas itu selama Ezhar masih membutuhkannya. Ia melangkah mendekati Ezhar, dan berpura-pura ikut mencari solusi agar Maira bisa kembali lagi ke pelukan mantan kekasihnya itu. Namun, tak ada orang yang tahu akan apa yang sebenarnya di pikirkan Tania.Diam-diam ia menginginkan kembali semua yang sudah ia lepaskan. Ya, itu sama saja ia menginginkan posisi Mai
Karena kebodohan Dion yang tak becus mempengaruhi Maira, Tania memutar otaknya untuk memikirkan cara agar ia bisa ke posisinya lagi. Sementara ia tahu, Ezhar sangat mencintai Maira dan Dion tak bisa ia ajak kerjasama lagi. Ia benar-benar tak mau kehilangan Ezhar lagi. Ia tak mau kesempatan ini pergi begitu saja. Otak liciknya pun menemukan sebuah ide yang menurutnya sangat bagus. Maira, ya, wanita itu yang akan menjadi sasarannya. Karena ia tahu tingkat kecemburuan wanita itu.“Maira, kau akan tahu siapa aku sebenarnya. Dan ya, Kau juga akan tahu betapa romantisnya kami dulu,” ucapnya menyeringai.Setelah kejadian kemarin pagi di rumah Ezhar yang membuatnya kecewa karena tak bisa menikmati keromantisan Ezhar. Tania sudah merancang rencana lagi, ia yakin bisa meyakinkan Ezhar untuk melakukannya. Tania pun datang ke kantor Ezhar. Dia menyarankan rencana terbarunya pada Ezhar.“
Dion menghentikan taksi, ia berniat akan mendatangi kediaman Ezhar untuk meminta maaf kepada Maira. Namun, sebelumnya ia kembali ke rumah untuk mengambil mobil. Dion juga membawa beberapa map di tangannya. Penyesalan, ya kata itu yang sangat tepat untuk mengungkapkan isi hati Dion saat ini. Ia meninggalkan wanita yang benar-benar mencintainya demi wanita yang sebenarnya tak mencintainya. Namun, apalah dayanya saat ini. Nasi tak bisa lagi berubah menjadi bubur. Tak membutuhkan waktu yang lama, Dion sudah sampai di kediaman mantan istri bersama suami barunya. Dion menarik napas sedalam mungkin. Dia mencoba menguatkan hatinya yang sedang di penuhi rasa penyesalan. Jika saja waktu dapat ia putar kembali, ia tak ingin melepaskan Maira dan memilih Karina. Akan tetapi semua tak bisa berubah. Ia harus menerima kenyataan buruk yang baru saja ia ketahui. °°°° Seorang pelayan datang menemui Ezhar dan Maira yang sedang bersantai di ruang keluarga. “Tuan,
Babak baru kehidupan Maira pun di mulai, akan tetapi semua berbeda dengan kehidupannya di masa lalu. Jika dulu setelah menikah Dion memperlakukannya dengan buruk, tidak dengan Ezhar. Lelaki itu membanjiri Maira dengan cinta dan kasih sayang.Bagi Maira, Ezhar adalah malaikat dalam hidupnya. Dulu ia tak pernah bermimpi apalagi membayangkan jika kehidupannya akan berubah seperti ini. Maira pikir akan terus berada di lembah penderitaan. Tapi kini ia percaya, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Ezhar adalah bukti jika banyak kemungkinan di dunia ini.°°°°“Aku pamit, Sayang,” ucap Dion pada istrinya, Karina.“Iya, hati-hati di jalan ya, Sayang.” Karina memeluk suaminya.Dion pun pergi menuju bandara karena penerbangannya sebentar lagi. Namun sesampainya di bandara ada pengumuman jika penerbangan Dion di undur sampai besok pagi. Jadi, ia memutuskan untuk mencari hotel terdekat. Karena tak mungkin
Waktu pun berjalan begitu cepat, hari ini adalah H-1 menuju pernikahan Maira dan Ezhar. Sudah seminggu mereka tidak bertemu, kedua orang tua mereka melarang keduanya bertemu dengan alasan di pingit. Jangankan bertemu, menyapa melalui ponsel pun tak di perbolehkan. Dengan penuh keterpaksaan demi bisa menuju hari yang bahagia, keduanya setuju. Meski Ezhar dan Maira sangat tersiksa, tetapi kadang kala perlu sebuah pengorbanan demi sebuah kebahagiaan.Mereka menjalani semua proses itu untuk kebaikan hubungan yang akan di jalani. Mau tak mau aturan yang diterapkan oleh kedua orang tua harus di patuhi. Hari yang sulit itu pun mereka jalani sampai hari pernikahan tiba.°°°°Birunya langit dan putihnya awan menghiasi pagi yang cerah ini. Kicau burung semakin melengkapi pagi untuk menyambut hari bahagia Ezhar dan Maira. Sang mentari pun seperti tersenyum untuk mereka yang dalam hitungan jam akan segera bersatu dalam ikatan suci pernikahan.Maira ya
Ezhar melepas pelukan Maira, ia juga melangkah keluar dari rumah Maira. Tentu saja wanita itu sangat terkejut. Pikiran negatif pun mulai bermunculan di kepalanya.“Ezhar ...!” teriak Maira.Namun, Ezhar tetap melanjutkan langkahnya meninggalkan Maira.“Ezhar ...!” teriak Maira, ia berharap lelaki itu menghentikan langkahnya. Akan tetapi lelaki itu sudah hilang dari penglihatannya.Ia duduk bersimpuh di lantai dapur, ia tak habis pikir dengan sikap Ezhar. Ia kira lelaki itu mencintainya dan merindukannya. Tapi kenapa Ezhar malah meninggalkannya?“Kenapa semua lelaki sama!” teriak Maira kesal.“Tidak, Maira,” ucap seorang wanita yang berjalan mendekat ke arah Maira.Maira mendongakkan kepalanya saat mendengar suara yang tak asing baginya, ia tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Perlahan ia berdiri dan berjalan menghampiri wanita itu.“Tania,” lirihnya.&
Maira benar-benar pergi dari kantor Ezhar, bukan hanya itu ia pulang ke rumah kekasihnya dan segera membereskan semua pakaiannya. Kali ini ia akan memberikan pelajaran bagi Ezhar. Ia tahu bahkan sangat tahu jika lelaki itu sangat mencintainya, akan tetapi apa yang di lakukan Ezhar salah, bahkan sangat salah.“Lho ada apa, Nyonya?” tanya mbok Rati bingung, karena Maira membereskan barang-barangnya.“Aku mau pulang ke rumah ibu. Tolong sampaikan ke, Ezhar ya, Mbok,” pamit Maira.Ia ingin membuktikan jika ancamannya bukan hanya sekedar untuk menggertak Ezhar. Tapi, ia hanya ingin menegakkan kebenaran. Nyatanya Tania tak bersalah dalam kecelakaan yang membuatnya koma. Tapi, tanpa mendengarkan alasannya, Ezhar sudah membulatkan keputusannya yang tak akan pernah membebaskan Tania. Karena ia menganggap wanita itu adalah dalang dibalik kecelakaan itu.“Nyonya!” panggil mbok Rati sambil mengejar langkah Maira.Namun, wani
Maira mengikuti Ezhar untuk beristirahat di kamarnya. Namun, ada hal yang masih mengganjal di hatinya.“Tania, kemana dia? Dan kenapa saat, Hani akan menjawab pertanyaan ku, Ezhar menghentikannya?” ucap Maira dalam hati.“Aku akan kembali ke kantor, kau istirahatlah. Jika ada apa-apa hubungi aku,” ucap Ezhar sembari mencium keningnya.Maira hanya mengangguk dan tersenyum, otaknya pun langsung bekerja setelah mobil Ezhar terdengar meninggalkan halaman rumah.“Bagus, ini kesempatan ku mencari tahu yang sebenarnya.” Maira meraih tas nya dan segera turun.“Mau ke mana, Nyonya?” tanya mbok Rati yang tiba-tiba muncul di hadapannya.“Mau jalan-jalan sebentar, Mbok.” Maira melanjutkan langkahnya tanpa memedulikan apa yang dipikirkan mbok Rati.Dengan menaiki taksi Maira mendatangi kediaman Hani. Ia berpikir jika hanya Hani yang bisa memberitahunya tentang semua kebenaran yang tak ia
Kabar baik tentang ingatan Maira yang sudah kembali, Ezhar bagikan pada semua keluarga. Baik orang tua Maira dan orang tuanya sangat bahagia mendengar kabar ini. Apalagi mbok Rati, ia sampai menitipkan air mata saat mendengar kabar itu.Siang ini dokter sudah mengizinkan Maira pulang, karena tak ada masalah dengan kesehatannya.Tanpa di perintah Roy sudah menunggu mereka di parkiran, ia ikut bahagia dengan kembalinya ingatan Maira. Ia hampir saja menjadi bahan amukan Ezhar, karena dia adalah salah satu lelaki yang diingat Maira. Ezhar menuduhnya telah melakukan sesuatu yang buruk, karena saat itu hanya kenangan buruk yang Maira ingat.Untung saja ia bisa mencari akal agar Ezhar tak terus marah padanya. Jadi untuk membuktikan semua ia langsung datang ke rumah sakit setelah mendengar kabar jika Maira akan pulang.Wajah Ezhar tampak masam saat melihat Roy dengan senyumnya. Meski Roy sudah menjelaskan semua, tetap saja ia masih curiga pada sahabatnya itu.
Maira dan mbok Rati menaiki taksi untuk menuju rumah orang tua Maira. Sepanjang perjalanan Maira memikirkan apa yang baru saja terjadi. Rasanya semua itu tak asing baginya. Ia kembali memaksa otaknya untuk mengingat semua masa lalunya. Hingga rasa sakit yang kerap ia rasakan kembali terasa, bahkan kali ini rasa sakit itu membuat kepala Maira seperti mau pecah. Ia terus memegangi kepalanya, karena rasa sakit itu tak seperti biasanya. Tetapi Maira masih memaksakan ingatannya kembali, apalagi saat satu per satu bayangan masa lalunya muncul.“Ada apa, Nyonya?” mbok Rati mulai panik saat melihat Maira memegangi kepalanya.Maira tak menjawab, ia sedang berjuang menahan rasa sakit itu karena ingin tahu akan masa lalunya. Ia masih ingin bertahan dengan rasa sakit itu asal bisa mengingat masalalu nya, akan tetapi tubuhnya tak sejalan dengan keinginannya. Tiba-tiba saja tubuh Maira lemas, matanya perlahan menutup.Membuat mbok Rati semakin panik.&ldquo
Seperti janjinya pada Ezhar, Karina mulai melancarkan rencananya, ia mengingat semua momen yang paling berkesan bagi Maira. Ia pun ingat saat ia mendatangi rumah Dion dulu, dan meminta Maira melepaskan Dion untuknya. Namun, wanita itu kekeh tak mau melepaskannya.Karena penolakan Maira, Karina pun merencanakan sesuatu yang membuat Dion membenci istri pertamanya hingga saat ini.Dengan penuh percaya diri, Karina mendatangi kediaman Dion. Marah, itu pasti saat ia harus membiarkan wanita yang ia anggap sebagai penggalang dulu dan susah payah ia singkirkan malah kembali lagi ke rumah suaminya.“Aku akan menyingkirkan mu untuk yang kedua kalinya, Maira!” gumam Karina saat sampai di depan pintu rumah itu.Pandangannya mulai menyapu ke segala arah untuk mencari keberadaan Maira. Tak lama mbok Rati pun keluar dari dapur untuk melihat siapa yang datang.Sekuat tenaga mbok Rati menahan amarahnya saat kembali melihat wanita yang sudah menghancurka