Selama satu bulan ini Ezhar selalu menyampaikan laporan semua kegiatan Maira ,dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Dengan siapa ia pergi termasuk dengan selingkuhannya yang tak lain adalah dirinya. Dengan apa yang ia lakukan Ezhar kini menjadi orang kepercayaan Dion. Ia juga mengerti apa yang sebenarnya di rasakan Dion. Meski dalam selalu berbuat kasar kepada Maira, akan tetapi rasa cintanya masih ada untuk sang istri. Semua dapat Ezhar lihat dari bagaimana cara lelaki itu sangat marah dengan kelakuan istrinya.
Namun ia tak pernah bisa melihat betapa kesepiannya Maira, ia selalu sibuk mencurahkan semua cintanya hanya untuk istri keduanya.Toko sembako kecil-kecilan Ibu Maira kini di rubah menjadi sebuah minimarket, yang menyediakan segala kebutuhan masyarakat dari bahan sembako dan yang lainnya. Tadinya Ibu Maira menolak, tetapi dengan segala cara Ezhar berhasil meyakinkan Ibu Maira mau bekerjasama dengan mantan bosnya yang tak lain adalah dirinya dengan memberitahu jika sistem bagi hasil yang di terapkan sang bos dalam kerjasama ini. Bahkan ia juga membuatkan toko kue baru untuk Maira, dengan akal pintarnya ia juga mampu meyakinkan wanita itu agar mau bekerjasama. Dan tak lupa pengobatan Ayah Maira juga di tanggung olehnya dengan mengatasnamakan mantan bosnya. Ezhar juga sudah menyiapkan seseorang yang akan berperan sebagai mantan bosnya. Ia harus lebih menyakinkan Maira dan keluarganya agar mau menerima bantuannya.
💋💋💋
Ezhar meminta izin untuk pergi karena ada urusan sebentar, dan Maira pun mengizinkan. Ia mengendarai mobil pribadi Maira untuk menuju apartemen Roy. Ia juga menghubungi asistenya, Dani untuk datang ke sana. Sesampainya di sana Ezhar seperti biasa masuk tanpa permisi, dan seperti biasa pula Ezhar harus menyaksikan kegilaan sahabatnya itu dengan koleksi wanitanya.
"Sudah pagi bro, masih kurang," ucap Ezhar santai sambil mendaratkan bokongnya di kursi yang ada di dalam ruangan itu.
Roy menghentikan aktifitasnya, ia menoleh ke arah sumber suara. Wajahnya pun langsung masam ketika melihat siapa yang datang. Ezhar memang selalu menggagalkan kencannya yang belum selesai.
"Sial! Kau suka sekali menggangguku di saat yang tidak tepat!" umpat Roy sambil mengenakan bajunya.
Roy lalu mengajak Ezhar menuju ruang santai, dan membiarkan wanitanya mengenakan pakaiannya juga. Roy mengambil dua minuman dingin dari kulkas, dan melemparkan satu pada Ezhar.
"Ada apa?" Roy langsung bertanya.
"Aku butuh bantuanmu," ujar Ezhar.
"Hei bro ... kau mempunyai segalanya, wajah tampan, uang yang banyak. Apalagi yang kau butuhkan?"
"Aku ingin membantu majikanku," tutur Ezhar lirih.
Roy mengernyitkan kening,"Majikan? Apa aku tak salah dengar?"
"Iya, dia majikanku. Di korban dari kebidaban suaminya, aku tak tega melihat semua penderitaannya. Aku ingin membantunya bebas dari penderitaan itu."
"Dia?"
Roy mencoba menggali apa yang sebenarnya terjadi. Karena ia mencium ada hal yang janggal. Ia sangat mengenal sahabatnya itu, tak mungkin ia bersimpatik pada seseorang seserius ini?
"Maira, dia wanita yang malang," ucap Ezhar penuh arti.
Roy tersenyum lebar mendengar jawaban Ezhar. Sekarang ia tahu apa yang membuat lelaki itu bersemangat membantu majikannya, "Maira ... pasti dia wanita yang sangat cantik," ujar Roy menggoda
Ezhar yang menyadari kejahilan sahabatnya menoleh, dan melemparkan minuman yang masih utuh itu ke arahnya. Dengan sigap Roy menangkapnya, "Gila lo bro, bisa ancur nih aset," ucapnya mengelus wajah yang menjadi aset untuk mendapatkan wanita.
Tok ... Tok ... Tok ... .
Ezhar bangkit dan membukakan pintu apartemen Roy. Ia tahu jika yang datang adalah asistennya. Dani sang asisten pun masuk dengan membawa sebuah koper yang berukuran besar ke dalam kamar Roy. Sedang Roy hanya terpaku melihat apa yang di lakukan sahabatnya itu. Ia juga bingung kenapa koper itu di bawa ke kamarnya.
"Sudah bosan menjadi supir?" tanya Roy asal.
"Ini perlengkapanmu untuk membantuku!" ujar Ezhar sambil membuak koper itu.
"Apa maksudmu?" Roy masih tak mengerti dengan maksud Ezhar
"Kau akan menjadi bos selama aku membantu majikanku?" terang Ezhar.
"Kau gila bro! mana bisa aku jadi bos?" protes Roy.
"Gajimu dua kali dari gaji sebagai bartender, dan kau bekerja tidak setiap hari hanya saat aku membutuhkanmu saja. Dan ingat tidak ada kata penolakan!" ujar Ezhar penuh perintah.
Roy mengangguk karena gaji yang di berikan Ezhar menggiurkan baginya. Selama menuruti keinginan sang bos besar itu tidak akan membuatnya rugi. Ia hanya ingin tahu seeberapa besar gaji yang di tawarkan sahabatnya itu.
"Baiklah semua akan di jelaskan Dani. Aku harus kembali, ingat kau harus selalu ada saat aku butuhkan. Kau tahu konsekuensinya jika kau macam-macam!" acam Ezhar sebelum meninggalkan apartemen Roy.
"Siap bos!" ucap Roy sambil memberi hormat.
💋💋💋💋
Maira nampak gelisah karena supirnya itu pergi lebih dari waktu yang ia berikan. Entah mengapa saat Ezhar menjauh, ia merasa ada sesuatu yang kurang. Padahal kedekatannya baru terjalin saat ia menjadikan supir baru itu menjadi selingkuhannya. Sebuah rasa yang sulit untuk di jelaskan pun selalu mengisi ruang di hatinya. Di dekat Ezhar ia merasa menjadi wanita yang paling bahagia. Meski semua perhatian yang di tunjukan Ezhar hanyalah akting, tetapi semua itu mampu membuat Maira bahagia. Nyaman ... mungkin itu kata pas untuk menggambarkan perasaan yang ia rasa untuk saat ini bersama selingkuhan pura-puranya. Maira terus mengembangkan senyumnya saat mengingat setiap dia di dekat Ezhar.
"Nyonya ... di cari nak Ezhar," beritahu mbok Rati yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Si mbok ... ngagetin aja," ucap Maira yang terkejut dengan kedatangan mbom Rati.
"Lagian si nyonya melamum terus, ngelamunin siapa, nya?" mbok Rati mulai iseng dengan majikannya.
"Akh ... si mbok, dah akh aku mau nemuin Ezhar dulu," Maira segera menghindar, ia takut apa yang ia pikirkan bisa di ketahui pembantunya itu.
Ia melangkah menuju halaman belakang rumahnya, di mana Ezhar sedang duduk di sebuah saung di tengah kolam ikan, beberapa buku koleksi Maira terlihat tertata rapi di rak buku di pojok saung itu. Tempat itu memang di buat karena permintaan Maira, yang menginginkan sebuah perpustakaan kecil di tengah kolam. Terlihat Ezhat sedang memenikmati secangkir kopi buatan mbok Rati.
"Kau mencariku, ada apa?" tanya Maira yang mendaratkan bokongnya di sofa samping Ezhar.
"Aku sudah menemui mantan bosku. Dia mau bertemu untuk membahas kerja sama denganmu," terang Ezhar sambil menyeruput kopinya.
"Benarkah! Baik atur saja waktunya. Aku sudah tak sabar terbebas dari Dion," ujar Maira antusias.
"Oke, apa aku boleh bertanya?"
"Apa?" Maira memutar badannya agar menghadap Ezhar.
"Apa kau masih mencintai Dion? Apa kau mrnginginkan rencana ini agar suamimu kembali?" Ezhar menghujani pertanyaan pada Maira.
Maira menutup mulutnya, ia tak menjawab pertanyaan Ezhar yang menurutnya sulit untuk ia jawab. Entah apa tujuan Maira merencanakan perselingkuhannya itu. Awalnya ia hanya ingin Dion merasakan betapa sakitnya di khianati, dan berharap masih ada cinta di hati suaminya itu. Tetapi ... apa yang ia rasakan untuk saat ini tak bisa ia ungkapkan. Rasa cinta untuk sang suami mulai terkikis dengan sendirinya. Sedangkan sebuah rasa muncul tanpa permisi, rasa yang masih samar dan tak berani Maira artikan.
"Kenapa diam? Masih mencintainya?" goda Ezhar.
"Aku tidak tahu. Rasa ini seperti sudah mati dengan sendirinya,"jawab Maira dengan menyenderkan kepalanya ke pundak Ezhar.
Ezhar memang harus terbiasa dengan sikap manja Maira. Meski hubungan palsu mereka baru seumur jagung, tetapi Maira selalu bersikap layaknya pasangan selingkuh yang sebenarnya. Dan semua itu membuat Ezhar semakin yakin dengan apa yang di rasakannya.
Bersambung.....
Ezhar dan Maira masih asik bercengkerama di perpustakaan kecil itu. Mereka juga terlihat seperti pasangan kekasih yang sebenarnya. Terlihat dari begitu manjanya Maira dipelukan Ezhar dan cara Ezhar yang terus menggoda majikannya dengan ulah jahilnya yang berbuat nakal di tengkuk Maira. Dari kejauhan mbok Rati memperhatikan mereka, meski semua itu salah tapi menurutnya tak ada salahnya untuk Maira dapat merasakan kebahagiaan. Dan semuanya dapat di rasakan bersama Ezhar. Ia hanya berdoa jika Tuhan segera memberikan halan yang terbaik kepada mereka agar tak salah jalan. Tak mau mengganggu moment mereka mbok Rati berlalu kembali ke dapur.💋💋💋💋Dion masih tak puas dengan laporan yang di berikan Ezhar, sampai detik ini identitas selingkuhan istrinya masih belum terungkap. Ia hanya mendapat laporan kegiatan Maira saja dan kemesraan yang mereka lakukan, ia juga sedikit merasa jika wajah selingkuhan
Semenjak malam itu Ezhar tak membiarkan Maira sendiri. Sebelum wanita pujaanya tidur ia masih akan tetap berjaga. Ia tak mau kecolongan lagi seperti malam itu, membiarkan Maira menerima kekejaman Dion.Maira dengan senang hati menerima perlakuan istimewa Ezhar. Namun, terkadang ia suka jahil kepada supirnya itu.Angin malam mulai menelusup masuk melalui celah jendela kamar Maira. Membelai lembut permukaan kulit wanita yang sedang berbaring di ranjang, matanya terpejam tetapi masih terjaga. Ia sedang memutar semua moment terbaik saat bersama sang supir yang merangkap menjadi bodyguard, dan juga selingkuhan pura-puranya. Senyum manis pun menghiasai wajah cantiknya, yang menandakan kebahagiaan yang ia rasakan. Namun, ia langsung membuka matanya ketika menyadari jika perasaan yang ia rasa adalah salah."Tidak maira ... ini salah! Ini pasti bukan Cinta ... bukan!" Mai
Sebuah mobil mewah berwarna hitam terparkir di halaman toko kue Maira. Seorang lelaki dengan setelan jas yang membalut tubuhnya berjalan masuk dengan di ikuti seorang wanita yang tak lain adalah sekertarisnya. Ezhar mulai berakting di depan Maira, ia menyambut kedatangan bos palsu yang memang di rencanakannya. Roy begitu sangat puas karena dengan ini ia bisa mengerjai sahabatnya itu."Selamat siang Tuan, perkenalkan saya, Maira" sapa Maira dengan mengulurkan tangannya."Selamat siang, cantik," Roy balik menyapa dan menyambut uluran tangan Maira dengan sedikit menggodanya."Pantas saja Ezhar tertarik. Wanita yang cantik, cerdas dan anggun," batin Roy berucap.Ezhar mengepalkan telapak tangannya melihat ulah jahil Roy. "Brengsek! Kau cari mati Roy!" ucapnya dalam hati."Hei ... nona cantik, katakan pada supirmu jangan memasang w
Setelah kepergian Dion Ezhar langsung menghubungi asistenya."Dani, cepat blokir semua data tentangku. Anak buah Dion sudah melangkah di depan kita, jangan sampai kita kecolongan lagi," perintah Ezhar pada asistennya."Baik Tuan, akan segera saya urus," jawab Dani tegas.Ezhar lalu kembali berbaring di samping Maira. Wanita itu pun membuka mata sejenak dan memutar badan agar berhadapan dengan kekasihnya."Bagaimana, apa dia sudah pergi?" tanya Maira tanpa membuka matanya."Dia sudah pergi, tapi ...," Ezhar menghentikan kalimatanya, dan membuat Maira membuka matanya."Ada apa? Kau jangan menakutiku sayang ..., " ucap Maira panik."Ternyata dia melangkah jauh di depan kita. Dia mengirim beberapa orang untuk mengintai kita, di depan ada dua orang. Di toko juga ada dua orang, dan satu orang bertugas mencari
Mobil mewah itu berlalu meninggalkan kediaman Maira, menerobos anak buah Dion yang sedang sibuk melaporkan hasil penyelidikan mereka. Sehingga tak menyadari sebuah mobil melintas di belakang mereka. Ezhar tersenyum puas akan kinerja asistennya yang sangat pandai mengatur semua rencananya dengan sangat rapi. Bahkan bisa melangkah lebih cepat di depan Dion.Maira duduk di samping mbok Rati, sedang Ezhar duduk di samping supir. Selama di perjalanan mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun, Maira lebih memilih memejamkan matanya.Mobil berhenti di sebuah bangunan megah dan mewah, bangunan yang terlalu mewah untuk sebuah rumah. Bangunan itu lebih tepat sebagai istana. Seorang lelaki dengan balutan seragam layaknya Bodyguard membukakan pintu mobil, Maira membuka matanya saat mbok Rati menepuk lembut pundaknya, dan memberitahukan jika mereka sudah sampai. Maira pun keluar dari mobil bersama mbok Rati dan Ezhar, ia masih tak menyadari
Sepeninggal Ezhar, Maira merenungi semua yang telah ia alami. Dari pernikahannya yang hancur karena kedatangan Karina, keadilan yang tak pernah ia dapat dari Dion. Bahkan kehangatan ranjangnya pun hilang, hidupnya seakan tak berarti lagi. Hari-harinya ia lalui dengan air mata, bahkan tak ada orang yang tahu akan kesedihannya.Namun, semua berubah saat sang supir itu datang. Ezhar memberi warna baru dalam hidupnya, dunianya seakan tak lagi gelap. Karena lelaki itu bagikan matahari yang datang menyinari hidupnya.Memberi kehangatan yang sudah lama tak Maira rasakan. Perhatian dan kasih sayang yang wanita itu rindukan. Semua kebahagiaan Maira datang kembali meski jalannya harus seperti ini. Hubungan yang tak seharunya terjalin di antara mereka."Semua berbeda saat kau datang, tapi ... Dion. Tuhan ... Salahkah jika aku ingin bahagia?" lirih Maira."Apapun keputusanku kali ini, semoga semua yang terbaik untukku, Tuhan." Maira pun berdiri dari duduknya dan segera b
Maira memang sudah memutuskan untuk memilih Ezhar, akan tetapi ia masih tak terima dengan alasan kekasihnya itu. Sesampainya di kediaman Ezhar, Maira memilih masuk ke kamar dan menguncinya. Ia lupa jika istana mewah itu milik lelaki yang beberapa bulan ini menjadi selingkuhannya. Dengan sangat mudah Ezhar sudah ada di dalam kamar, Maira menghela nafas karena kebodohannya."Masih marah?" Ezhar sengaja duduk di samping wanitanya yang masih terlihat malas bertemu dengannya."Kau pikir?" jawab Maira malas."Aku pikir kau sudah memaafkanku," ujar Ezhar sambil membelai lembut leher Maira dengan bibirnya.Maira mendorong tubuh Ezhar, "Lepas!" Ia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Namun lagi-lagi ia merutuki kebodohannya, sebelum ia menutup pintu kamar mandi dengan sigap Ezhar menahannya. Dan tanpa persetujuan Maira ia ikut masuk ke sana. Maira tak lagi bisa berkutik saat Ezhar mend
Tania pulang ke rumahnya dengan wajah yang muram, apa yang ia harapkan nyatanya tak sesuai. Lelaki yang dulu sangat mencintai dan memujanya kini telah melupakannya."Kenapa tuh wajah? Lecek amat," ledek Hani yang masih ada di rumah Tania.Tania melempar tas selempang miliknya ke sembarang tempat, dan ia duduk di samping Hani yang sedang menikmati cemilan. Hani pun meletakan toples di tangannya ke atas meja, ia sungguh penasaran kenapa wajah sahabatnya berubah setelah bertemu dengan Ezhar."Apa yang terjadi?" tanya Hani lagi.Tak ada jawaban, Tania hanya cemberut. Membuat Hani semakin penasaran. "Dia sudah melupakanku." Tania menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Apa maksudmu?" tanya Hani, semakin penasaran."Dia memintaku untuk membantunya.""Terus? Apa hubungannya membantunya dengan melupakanmu?" "Hani ... Ka