"Ti -tidur dengan Anda, Bu?" tanya Saka sambil melebarkan matanya, ia terkejut dengan syarat yang diajukan oleh dosen pembimbinnya.
Pagi ini, Saka datang ke ruangan Laura sebenarnya untuk bimbingan skripsi, eh malah diajak untuk tidur ena. "Ya, skripsimu ini mau aku ACC, kan?" timpal Laura sambil menutup skripsi milik Saka yang beberapa menit lalu ia terima. Tatapan mata Laura nampak penuh rayu dan harap. Saka pun menunduk dengan jantung yang berdebar hebat. Ia tak mengerti dengan syarat yang diajukan oleh Laura. pagi ini pun tingkah Laura tiba-tiba nampak berubah. Sebelumnya, pernah beberapa kali Saka menemui Laura untuk bimbingan seperti ini namun, semua berjalan baik-baik saja, tak ada yang aneh. Meski harus diakui, jika beberapa kali Saka hilang konsentrasi karena melihat belahan pada dada Laura yang terlihat mempesona. Bagai mana tidak, Laura ini adalah dosen termuda dengan paras cantik yang diidolakan oleh banyak lelaki termasuk dosen dan mahasiswa di sana. Bahkan, Saka sendiri pun sejatinya mengagumi kecantikan Laura -dosen pembimbingnya itu, yang kini mengajaknya untuk tidur dan tengah menunggu jawaban dari Saka. Saka menelan salivanya berkali-kali. Sementara Laura tersenyum tipis, ia menatap dan menjelajahi setiap jengkal tubuh Saka yang kokoh dan bugar, berbeda jauh dengan tubuh suaminya yang buncit, yang bekerja di luar negeri dan hanya pulang setahun dua kali saja. "Aku akan menjamin nilai A untuk sidang skripsimu nanti, aku juga akan melunasi tunggakan kuliahmu," lanjut Laura sambil bangkit kemudian berjalan menghampiri Saka dengan langkah gemulai. Seketika saja, wangi farpum tipis yang khas menguar dan menelusup ke rongga hidung Saka yang lancip sempurna. Jantung Saka semakin berdegup kencang, tak beraturan oleh suhu aneh yang tiba-tiba terasa di ruangan itu. Keimanan Saka sudah pasti runtuh jika saja ia tidak ingat bahwa Laura sudah bersuami. "Maaf, a -aku tidak bisa, Bu?" jawab Saka terbata sambil mengatasi detak jantungnya yang tak beraturan. Laura terlihat kecewa, ia lantas duduk kembali di kursinya seraya bersedekap dan menatap Saka dengan lekat. "Apa aku kurang cantik? apa aku tidak menarik bagimu?" tanya Laura dengan lirih. Saka langsung mengerjap, pertanyaan seperti itu terasa menghantam hatinya, karena ia selalu tak tega jika melihat wanita manapun bersedih. "Bu -bukan begitu, Bu. Tapi- " Saka menghentikan ucapannya saat melihat mata Laura yang perlahan mulai menitikkan air matanya. Saka merasa, jika ada masalah di dalam hidup Laura, atau mungkin dalam keluarganya hingga Laura menjadi seperti ini. Bahkan hingga Laura berani mengajaknya tidur. "Ibu sangat cantik, ibu menarik kok," kata-kata itu spontan keluar dari mulut Saka. Laura langsung mengangkat wajahnya sambil menatap Saka. "Kalau begitu, lakukanlah, Saka!" sambar Laura. Saka kembali mengerjap. "Aku tahu kamu udah bekerja keras untuk menyelesaikan kuliah ini, pikirkan baik-baik! Gak ada ruginya tidur denganku, gak akan berbekas untukmu, bukan!" rayu Laura. "Kita saling menguntungkan. Cobalah berpikir logis, dengan ngojek mana mungkin kamu bisa melunasi tunggakan kuliahmu yang besar!" lanjut Laura mencoba untuk mempengaruhi Saka. Sementara, Saka berkali-kali menelan salivanya sambil berpikir. Tawaran yang menggiurkan, apalagi Laura adalah satu-satunya dosen yang ia idolakan di kampus ini. Kecantikan serta tubuh indahnya layak untuk didambakan lelaki manapun. Tapi ... "Maaf, Bu. Aku tidak bisa melakukannya," tegas Saka mencoba teguh. Mendengar jawaban itu, wajah Laura kini terlihat merah padam. Ia menatap Saka dengan wajahnya yang memerah, mungkin malu bercampur marah. "Baiklah! Tapi mulai sekarang aku tidak bisa membantumu lagi, semoga kamu bisa lulus kuliah tanpa bantuanku. Sekarang ... KELUAR DARI RUANGANKU!" Laura sambil menunjukkan jarinya yang bergetar ke arah pintu. "Ta -tapi, Bu- " Saka mulai panik, karena tanpa acc atau tandatangan dari Laura, maka mustahil ia bisa menyelesaikan kuliahnya. "Keluar!" sentak Laura, "kamu hanya boleh kembali ke ruangan ini jika kamu berubah pikiran," lanjutnya murka. Saka pun akhirnya keluar dari ruangan itu dengan membawa kekecewaan, kesedihan, serta kebingungan di hatinya. Saka tak mengerti kenapa dosennya itu bisa berubah seperti ini. Apa sedang ada masalah dengan suaminya? Atau ... Aaaaargh! Saka benar-benar tak mengerti. Saka berjalan meninggalkan gedung dosen itu dengan lunglai. Masalah yang ia alami terasa membebani pikirannya. Saka berniat untuk menemui kekasihnya untuk berkeluh kesah padanya, namun tiba-tiba saja ... mata Saka terbelalak saat ia melihat sosok Wilma -kekasihnya yang turun dari mobil Porsche hitam. Tatapan Saka semakin nanar saat ia melihat kekasihnya itu di gandeng oleh Damian -pemilik mobil mewah itu yang merupakan anak orang terkaya nomor satu di kota ini. Di kampus ini tak ada yang tak kenal Damian, semua Mahasiswa hingga Dosen tak berani macam-macam terhadapnya. Damian bagai pangeran kampus sementara Saka hanyalah gembel kampus. Jika Damian datang ke kampus dengan Porsche mewahnya, Saka hanya datang dengan motor murahannya. Pakaian Damian serba branded, sementara pakaian Saka seluruhnya bernilai tak lebih dari 100 ribu saja. Keduanya bagai langit dan bumi. Akan tetapi, Saka tak terima saat ia melihat kekasihnya digandeng oleh Damian. Sebagai lelaki, meski pun miskin, tapi ia harus punya harga diri. Dada Saka bergemuruh, ial berjalan menghampiri Damian dan langsung menghadangnya. Mata Damian langsung membulat menyambut Saka. "Beraninya kamu menghadang langkahku, dasar gembel kampus!" hardik Damian yang malah semakin mengeratkan gandengan tangannya kepada Wilma. "Lepaskan tanganmu, dia pacarku," sentak Saka dengan suara bergetar sambil menunjuk Wilma yang hanya diam. "Hahaha, pacarmu? Benarkah?" celetuk Damian sambil terkekeh. Wajah Damian terlihat songong dan sangat menyebalkan. Saka mendengus kemudian tangannya merogoh tangan Wilma. Namun tanpa di duga, Wilma tiba-tiba menghempaskan tangan Saka dengan kasar. "Aku bukan pacarmu lagi!" sentak Wilma sambil membulatkan matanya kepada Saka dengan tatapan jijik. "Apa maksudmu, Wilma? Kapan kita putus?" Saka terhenyak seiring dada yang kini terasa sesak. Namun, Wilma malah tersenyum sambil bergelayutan di tangan Damian. "Apa kamu gak sadar, aku jadi pacarmu hanya agar kamu mau untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahku saja," celetuk Wilma sambil menatap nyinyir wajah Saka. "Harusnya kamu mikir, wanita secantik aku mana mau pacaran sama pria miskin seperti kamu, aku hanya memanfaatkanmu saja," lanjut Wilma dengan terang-terangan sambil tersenyum puas. Tak nampak sedikit pun rasa bersalah atau penyesalan yang nampak dari wajah cantik Wilma. "Hahahaaha dasar gembel!" "Miskin aja sok jago, Damian dilawan!" Para Mahasiwa yang menyaksikan di sana turut menghujat Saka, tentunya agar mereka mendapatkan simpati dari Damian. "Pintar urusan akademik tapi ternyata bodoh dan bego urusan cinta, memalukan!" ledek Damian sambil mendorong tubuh Saka hingga Saka terdorong beberapa meter ke belakang. "Kamu itu miskin, uang kuliah aja nunggak, harusnya kamu sadar diri, gak pantas kamu bersanding dengan wanita secantik Wilma," lanjut Damian sambil mengelus kulit pipi Wilma yang terlihat putih dan lembut. "Wanita cantik ini akan bekerja di RS Delangga milik papaku, hidupnya akan lebih baik, sementara kamu ... kamu gak akan pernah lulus dari kampus ini, kamu akan jadi gembel selamanya, hahaha!" lanjut Damian dengan jumawa. Wilma diam saja, ia nampak bangga saat pipinya dielus oleh anak pengusaha terkaya nomor satu dan sangat berpengaruh di kota ini. Saka pun berjalan mendekati Wilma, "Wilma, dengarkan aku! Aku mencintaimu, aku bisa mem-" CUUUUH! Tiba-tiba saja Wilma mengeluarkan cairan lengket dan menjijikan dari mulutnya hingga mengenai kain kemeja yang Saka kenakan. Saka terhenyak, meski telah akrab dengan hinaan dan ejekan, tapi seumur hidupnya, ini kali pertama dirinya diludahi. Saka mematung, tubuhnya bergetar menahan amarah serta rasa malu yang bergemuruh di dadanya. "Minggir kau, gembel!" sentak Damian sambil mendorong tubuh Saka dengan keras hingga Saka terjatuh dan bibirnya terasa sakit mencium lantai. Damian pun menginjak punggung Saka, melangkahinya seraya berjalan sambil menggandeng Wilma dengan jumawa. "Pacaran tuh sama tembok!" Gelak tawa pun kembali pecah membuat Saka benar-benar sangat tak berharga di sana, bahkan tidak lebih berharga dari sampah-sampah yang berserakan. Perlahan Saka bangkit sambil meringis, ia berjalan menuju motor tuanya di parkiran dengan perasaan yang porak-poranda. 'Lihat saja nanti, aku akan membuat kalian berlutut dan menjilati kakiku!' rutuk Saka di dalam hatinya. Hatinya sungguh terasa tercabik-cabik. Namun ... baru saja ia tiba di area parkiran, ponselnya tiba-tiba berdering, sebuah nama berakhiran Sadewa di layar ponselnya membuatnya terbelalak. Dengan gesit Saka menekan layar ponselnya, nampaklah sebuah pesan yang telah ia tunggu selama empat tahun lamanya. [Tuan Muda Saka Sadewa, empat tahun sudah berlalu, tes pertama sudah selesai, sesuai perjanjian ... Anda akan melanjutkan tes selanjutnya sebelum mewarisi semua harta kekayaan keluarga Sadewa.]Saka memandangi pesan di ponselnya.Empat tahun lamanya ia telah berpura-pura hidup miskin dan harus menerima berbagai hinaan yang menyakitkan.Sangat menyakitkan, tapi semua itu dilakukan keluarga Sadewa agar membuat Saka tahu tentang kerasnya kehidupan. Agar Saka Sadewa mampu mengemban tanggung jawab besar sebagai satu-satunya pewaris keluarga Sadewa.Sementara Sadewa ... adalah keluarga terkaya nomor satu di negeri ini sekaligus masuk dalam 20 jajaran orang terkaya di dunia.Ting!Tak lama waktu berselang, ponsel Saka kembali berdenting.Sebuah pesan singkat kembali masuk ke ponselnya.[Kami sudah mentransfer uang ke rekening Anda]Saka menarik napas panjang sambil memasukkan ponselnya ke saku celananya.Kini Saka bisa sedikit bernapas lega karena dengan uang ia bisa menyelesaikan beberapa masalahnya, bahkan ia menjadi punya kesempatan untuk membalas balik semua orang yang telah merendahkan dan menyakitinya.Dengan cepat Saka lantas memakai jaket ojolnya untuk segera pergi ke Bank
Anggia terperangah, matanya tak berkedip menatap wajah Saka. Angia benar-benar keheranan, hari ini ia tersentak berkali-kali oleh berbagai keanehan yang ditunjukkan oleh Saka -teman kampusnya yang dikenal miskin hingga mendapat gelar GEMBEL KAMPUS. "Ini bank elite, Saka! Orang miskin seperti kita mana mungkin punya tabungan di bank ini!" jelas Anggia yang terlihat semakin resah.Saka tersenyum menatap wajah Anggia yang ternyata sangat cantik jika dilihat dengan lekat. Jika ditambah sedikit make-up, mungkin Anggia bisa menjelma menjadi mahasiswi kampus yang paling cantik, mungkin.Saka hanya membalas keresahan Anggia itu dengan tersenyum saja."Aku pulang, sudah cukup masalah tadi, aku gak mau terbawa masalah lagi!" pungkas Anggia sambil berjalan meninggalkan Saka."Tunggu, Anggia!" Saka mengejar Anggia."Aku antar pulang, tapi nanti setelah aku selesaikan urusanku di sini, kalau kamu tidak mau ikut ke dalam, kamu tunggu saja di cafe itu," ucap Saka sambil menunjuk sebuah cafe di se
"Kartu ini adalah kartu ATM spesial, kartu yang hanya dimiliki oleh keluarga pemilik saham bank ini," jelas Smith dengan lantang.Sang security langsung terbelalak, begitu pun dengan Vanessa yang langsung menganggkat wajahnya sambil menatap Saka.Siapa yang percaya jika ojol seperti Saka merupakan keluarga pemilik saham bank sebesar ini.Smith langsung menghampiri Saka dengan lutut yang bergetar."Apa benar kartu ini punya Anda?" tanya Smith dengan gugup.Vanessa dan sang security masih tak percaya, mereka masih mematung dengan pikirannya sendiri yang menjelajah entah ke mana."Benar, itu punyaku," jawab Saka dengan tenang, sebuah ketenangan yang tentu hanya dimiliki oleh keluarga seseorang yang punya kedudukan tinggi.Smith langsung membungkukkan badannya hingga membuat Vanessa dan sang security keheranan karena baru kali ini ia melihat orang sebesar smith membungkukkan badannya kepada seseorang.Seketika itu pula, firasat buruk mulai terasa oleh mereka, mereka mulai sadar jika merek
"Anggia?"Saka tak percaya jika dirinya dituduh sudah memperkosa Anggia, wanita cantik nan lugu yang kemarin bersamanya, wanita yang peduli terhadapnya, bahkan wanita yang baru saja sudah ia bayarkan uang kuliahnya."Ya, kamu tega sekali, temanmu sendiri kamu perkosa, sungguh tak punya hati!" ucap Damian sambil menggelengkan kepalanya.Saka mendengus sambil menatap Damian, tangannya yang terborgol kini mengepal kuat."Kamu bisa memfitnahku semaumu, tapi jika sampai terjadi apa-apa dengan Anggia, kamu akan menyesal seumur hidupmu," tegas Saka dengan wajah yang merah penuh amarah.Damian hanya tersenyum santai, sebagai anak orang terkaya nomor satu di kota ini, tentu hal yang mudah untuk menjebloskan Saka ke penjara.Sementara, para mahasiswa sudah berkerumun, ia melihat Saka yang tengah dibekuk oleh polisi."Sudah gembel, pemerkosa pula, memalukan!""Orang seperti dia harusnya dipotong perkakasnya!""Iya, biar kapok.""Cih, memalukan!"Sayup-sayup terdengar celaan dan kutukan untuk Sak
"Aku adalah Saka Sadewa, pewaris tunggal keluarga Sadewa!" Orang yang dikenal sebagai gembel kampus itu mengatakan sebuah pengakuan yang tak terduga dan sangat mencengangkan.Siapa yang bisa percaya, saat seorang 'gembel kampus' yang nunggak biaya kuliah, yang setiap hari menggunakan motor butut, mengakui dirinya sebagai pewaris tunggal orang terkaya di negeri ini?Rasanya tak akan ada, tapi Saka mengakuinya dengan penuh keyakinan."Kalian tentu tahu seberapa besar pengaruh keluarga Sadewa di negeri ini, kan? Jadi lepaskan aku kemudian tangkap dan lakukan penyelidikan untuk Damian Delangga! Aku yakin dia pelakunya," lanjut Saka dengan aura yang jauh dari kesan seorang gembel.Saka benar-benar ingin menunjukkan kekuatan dirinya di hadapan ketiga oknum polisi yang sudah bertindak sewenang-wenang terhadapnya.Ketiga oknum polisi itu pun jelas tersentak, mereka langsung mematung, saling tatap satu sama lain kemudian berakhir menatap Saka penuh selidik."Kamu ... pewaris tunggal keluarga S
Mata Saka membulat sempurna.Saka tak menyangka, jika dosennya ini masih mau menemuinya setelah penolakan dirinya terhadap ajakan tidur dari dosen cantiknya itu.Tak hanya itu, bahkan sebelumnya pun, bu Laura telah membayarkan tunggakan uang kuliahnya, tanpa sepengetahuannya.Seribu tanya bersarang di benak Saka.Sementara, Laura langsung terbelalak saat melihat keadaan Saka yang babak belur dengan luka lebam di wajahnya."Siapa yang membuat kamu seperti ini, Saka!" teriak Laura sambil mendekati jeruji besi seraya menatap setiap lebam di wajah tampan Saka.Terlihat wajah penuh khawatir di mata indah Laura yang bergetar dan berkaca-kaca di balik kacamata beningnya."Apa para polisi itu yang menghajarmu hingga kamu seperti ini?" terka Laura dengan suara serak dan bergetar penuh amarah."Tega sekali mereka, keterlaluan!" rutuk Laura sambil menatap keadaan Saka yang memprihatinkan.Saka menunduk seakan menyembunyikan luka di wajahnya dari Laura -dosennya itu."Aku akan menghubungi pengaca
Sementara di ruang tahanan..."Kamu tenang aja, aku akan segera menghubungi pengacaraku untuk membebaskanmu, aku sangat yakin jika kamu bukan pelakunya," ucap Laura."Dan apa pun itu, para polisi di sini harus memperlakukanmu dengan layak! aku tak akan membiarkan mereka memukulimu lagi seperti ini!" lanjut Laura menjelang kepergiannya dari hadapan Saka.Saka hanya terdiam, ia tak mampu mencegah keinginan Bu Laura yang ingin berupaya untuk membebaskannya. Saka hanya menatap tubuh bagian belakang Laura yang tercetak indah hingga sosoknya itu benar-benar hilang dari pandangan.Sebuah tubuh yang nyatanya terlihat segar dan menarik hasrat, meski usia Laura sudah menginjak kepala tiga, terpaut sekitar sepuluh tahun dari Saka, tapi ia nampak bagai perawan tingting yang belum dibelah.Saka kembali duduk, di sudut ruangan lembab itu ia membayangkan wajah cantik Laura yang terlihat begitu peduli terhadapnya.Namun sejatinya ... Saka tak sebodoh itu, tentu ia bisa melihat adanya perasaan lain y
"Apa kamu mau memperkosanya juga?" Ucapan Pak Harto itu membuat Saka -Sang Pewaris Sadewa merasa tersinggung.Ia benar-benar ingin menyudahi sikap-sikap seperti ini terhadapnya."Beliau adalah dosen waliku, Pak. Aku ingin menemuinya untuk urusan sidang skripsiku!" tegas Saka dengan tatapan tajam sambil mencondongkan wajahnya ke wajah Pak Harto.Saka nampak mencoba menahan sedikit amarahnya meskipun kemarahan itu sudah bergejolak di dalam dadanya.Namun, Pak Harto malah terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.Ia menganggap kemarahan Saka ini bukanlah sebuah ancaman baginya.Ia meragukan keberanian seorang gembel seperti Saka."Alibi, mana ada orang yang percaya sama gembel dan pemerkosa sepertimu," ucap Pak Harto dengan renyahnya.Saka mengepalkan tangannya, kesabarannya benar-benar telah habis."Apa? mau marah, hah? Ayo, kalau kamu ingin dikeluarkan dari kampus ini, ayo pukul aku!" sungut Pak Harto seakan menggertak Saka yang sudah nampak mengepalkan tangannya kuat-kuat.Saka lantas