Mata Saka membulat sempurna.
Saka tak menyangka, jika dosennya ini masih mau menemuinya setelah penolakan dirinya terhadap ajakan tidur dari dosen cantiknya itu.Tak hanya itu, bahkan sebelumnya pun, bu Laura telah membayarkan tunggakan uang kuliahnya, tanpa sepengetahuannya.Seribu tanya bersarang di benak Saka.Sementara, Laura langsung terbelalak saat melihat keadaan Saka yang babak belur dengan luka lebam di wajahnya."Siapa yang membuat kamu seperti ini, Saka!" teriak Laura sambil mendekati jeruji besi seraya menatap setiap lebam di wajah tampan Saka.Terlihat wajah penuh khawatir di mata indah Laura yang bergetar dan berkaca-kaca di balik kacamata beningnya."Apa para polisi itu yang menghajarmu hingga kamu seperti ini?" terka Laura dengan suara serak dan bergetar penuh amarah."Tega sekali mereka, keterlaluan!" rutuk Laura sambil menatap keadaan Saka yang memprihatinkan.Saka menunduk seakan menyembunyikan luka di wajahnya dari Laura -dosennya itu."Aku akan menghubungi pengacaraku untuk keadilan kasus ini," lanjut Laura dengan menggebu-gebu."Ta -tapi, Bu- ""Kamu tenang aja," potong Laura dengan cepat, "biaya pengacara, bahkan seluruh biaya untuk kasusmu ini aku yang tanggung," lanjutnya dengan menggebu-gebu.Saka menghela napasnya sambil menatap wajah Laura yang terlihat begitu terlihat bersemangat dan tulus dalam upayanya ini.Tapi, Saka tak ingin menyeret Laura dalam kasusnya yang sebenarnya bisa ia selesaikan sendiri.Saat ini Saka hanya butuh ponsel untuk menghubungi keluarganya, atau mungkin orang kepercayaan di keluarganya.Saat Saka bisa menghubungi keluarganya, maka semua urusan ini akan selesai dengan mudah."Tapi, Bu. Kasus ini berhubungan dengan Damian, ibu tahu sendiri kan jika orang tua Damian adalah pemilik saham terbesar kampus, karier ibu sebagai Dosen bisa terancam," jelas Damian sambil menatap wajah Laura yang ternyata jauh lebih cantik saat berada di luar kampus."Aku menjadi dosen bukan karena uang, tapi hanya untuk mengisi waktu senggangku saja, jadi aku gak peduli jika aku harus dipecat sekali pun, demi kamu!" timpal Laura dengan tegas.Saka terhenyak, matanya menatap lekat wajah Laura."Demi aku?" tanya Saka dengan terkejut."Ma -maksudku, demi kebenaran," jawab Laura kikuk sambil menelan salivanya dan mengalihkan pandangannya ke dalam sel yang nampak pengap.Saka menghela napasnya, ia melihat ada hal aneh pada diri Laura, dari mulai kejadian saat dirinya diajak tidur, hingga ucapannya saat ini, merupakan sebuah keanehan yang terasa ganjil untuk Saka, penuh misteri.Akan tetapi, Saka merasaakn jika apa yang diucapkan oleh Laura merupakan sebuah kejujuran.Kecemasan dan kekhawatiran yang terpancar dari mata Laura nampak bagai sebuah ketulusan.Namun kendati demikian, Saka masih ragu jika itu adalah 'cinta'."Kenapa ibu mau repot-repot menolong pemerkosa sepertiku?" tanya Saka sambil menatap betis serta lutut Laura yang putih dan bersih bagai kapas."Karena aku tahu jika kamu bukan pelakunya," jawab Laura."Kenapa ibu bisa seyakin itu?" Saka sambil mengangkat wajahnya hingga tatapan mereka kini beradu."Kamu menolakku saat aku mengajakmu tidur, maka sangat tidak mungkin jika kamu melakukan hal tidak senonoh dan tak berperasaan seperti itu," jawab Laura dengan sorot mata yang penuh keyakinan.Saka pun kembali terdiam, ia menghela napasnya.Ia tak tahu, harus merasa bersalah atau menyesali atas penolakannya tempo hari itu. Tapi meski demikian ... kini ada sedikit rasa lega, karena ternyata masih ada orang yang percaya terhadapnya."Boleh aku pinjam ponselnya, Bu?" lanjut Saka memberanikan dirinya.Laura pun menatap Saka dengan lekat, kemudian perlahan menggenggam tangan Saka yang tengah mengepal jeruji besi yang menjadi pembatas itu.Saka sedikit terkejut, namun ia membiarkan saja tangan halus itu mengepal pada tangannya.Ada rasa aneh yang ia rasakan, seperti sebuah rasa nyaman yang sulit untuk dimengerti."Bukannya aku gak mau ngasih pinjam ponselku, Saka. Tapi saat ini kamu jangan dulu banyak pikiran, jangan dulu berhubungan dengan siapa pun, biar aku yang selesaikan urusanmu ini. Kamu tenanglah! kamu akan segera keluar dari sini," jawab Laura dengan yakin.Laura tak memberikan ponselnya, ia berharap Saka menenangkan dirinya tanpa berhubungan dulu dengan siapa pun yang mungkin akan membuat pikirannya semakin kacau.Laura tentu tidak tahu jika Saka ingin menghubungi keluarga Sadewa yang merupakan orang paling berpengaruh di negeri ini.Karena yang ia tahu, Saka hanyalah pria miskin yang banting tulang hingga menjadi driver ojek online untuk bisa memenuhi kebutuhannya.Tapi di saat bersamaan dan tanpa mereka sadari, telah datang tiga mobil super mewah, di parkiran kantor polisi itu.Dari mobil yang paling mewah dan yang mengkilat turun seorang pria paruh baya dengan jas hitam elegan.Aura lelaki itu terlihat begitu sangat kuat dan tajam, ia berjalan memasuki kantor polisi dan dikawal oleh lima orang bodyguard yang berbadan tinggi besar mengenakan jas, dasi, serta kacamata serba hitam.Keadaan di kantor polisi ini pun seketika menjadi penuh dengan kepanikan.Sementara di ruang tahanan..."Kamu tenang aja, aku akan segera menghubungi pengacaraku untuk membebaskanmu, aku sangat yakin jika kamu bukan pelakunya," ucap Laura."Dan apa pun itu, para polisi di sini harus memperlakukanmu dengan layak! aku tak akan membiarkan mereka memukulimu lagi seperti ini!" lanjut Laura menjelang kepergiannya dari hadapan Saka.Saka hanya terdiam, ia tak mampu mencegah keinginan Bu Laura yang ingin berupaya untuk membebaskannya. Saka hanya menatap tubuh bagian belakang Laura yang tercetak indah hingga sosoknya itu benar-benar hilang dari pandangan.Sebuah tubuh yang nyatanya terlihat segar dan menarik hasrat, meski usia Laura sudah menginjak kepala tiga, terpaut sekitar sepuluh tahun dari Saka, tapi ia nampak bagai perawan tingting yang belum dibelah.Saka kembali duduk, di sudut ruangan lembab itu ia membayangkan wajah cantik Laura yang terlihat begitu peduli terhadapnya.Namun sejatinya ... Saka tak sebodoh itu, tentu ia bisa melihat adanya perasaan lain y
"Apa kamu mau memperkosanya juga?" Ucapan Pak Harto itu membuat Saka -Sang Pewaris Sadewa merasa tersinggung.Ia benar-benar ingin menyudahi sikap-sikap seperti ini terhadapnya."Beliau adalah dosen waliku, Pak. Aku ingin menemuinya untuk urusan sidang skripsiku!" tegas Saka dengan tatapan tajam sambil mencondongkan wajahnya ke wajah Pak Harto.Saka nampak mencoba menahan sedikit amarahnya meskipun kemarahan itu sudah bergejolak di dalam dadanya.Namun, Pak Harto malah terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.Ia menganggap kemarahan Saka ini bukanlah sebuah ancaman baginya.Ia meragukan keberanian seorang gembel seperti Saka."Alibi, mana ada orang yang percaya sama gembel dan pemerkosa sepertimu," ucap Pak Harto dengan renyahnya.Saka mengepalkan tangannya, kesabarannya benar-benar telah habis."Apa? mau marah, hah? Ayo, kalau kamu ingin dikeluarkan dari kampus ini, ayo pukul aku!" sungut Pak Harto seakan menggertak Saka yang sudah nampak mengepalkan tangannya kuat-kuat.Saka lantas
Tanpa sengaja, dan seketika saja ... tubuh Saka telah berada di atas tubuh Laura -dosennya yang sungguh cantik meski dalam jarak sedekat itu.Kulitnya putih halus tanpa noda, wangi shampo semakin kuat menelusup ke rongga hidung Saka.Tubuh Laura yang terpahat indah itu terasa hangat dan empuk.Jantung Saka berdegup kencang tak beraturan.Tatapan mata mereka beradu, semakin dekat dan semakin dekat.Hingga akhirnya ... Saka tersadar bahwa hal itu tak selayaknya terjadi.Saka pun segera bangkit, coba mematikan hasratnya yang bergejolak dengan tiba-tiba."I -ibu gak apa-apa, Bu?" tanya Saka sambil bangkit seraya coba membangunkan Bu Laura yang hanya melongo seraya mengatur napasnya.Wajah Laura terlihat memerah, nampaknya ia shock juga, sekaligus merasakan sesuatu yang aneh saat tubuhnya ditindih oleh tubuh kekar Saka."Aku tidak apa-apa, hanya kepalaku yang sedikit sakit," jawab Laura sambil menggosok-gosok kepala bagian belakangnya yang memang membentur keramik."Maaf, Bu. Aku tadi- ""
"Aku masih perawan, Saka!" Laura tertunduk dengan air mata yang mulai berjatuhan.Saka sontak tersentak, ia menatap dosennya itu seakan tak percaya.'Dua tahun menikah tapi belum tersentuh dan masih perawan?' gumam Saka di dalam hatinya sambil menatap Laura antara percaya dan tidak.Kendati demikian Saka kebingungan sekaligus merasa iba dan kasihan namun ia tak mampu untuk berbuat apa pun.Saka kini benar-benar merasa bersalah, mungkin karenanya, Laura yang selalu tampil tenang di kampus ini pun kini enjadi menangis dan seakan seperti wanita yang rapuh."Apa ini alasan ibu hingga kemarin ibu mengajakku tidur?" tanya Saka memberanikan dirinya.Laura pun mengangkat wajahnya, menatap Saka dengan matanya yang basah."Bukan karena itu, tapi ... "Suara Laura terhenti, dilanjutkan dengan tangisnya yang semakin menjadi.Saka semakin keheranan melihat dosen cantiknya ini."Maaf, Bu. Aku- ""Sudahlah, lupakan itu!" potong Laura sambil mengangkat wajahnya dan menyeka air matanya dengan pungung
Kedatangan Smith, suaminya Laura membuat Saka dan Laura yang tengah berpelukan sontak terkejut.Smith yang sudah tua dengan kumis tebal serta rambut putihnya nampak sangat murka.Tongkat yang ia pegang di tangannya terlihat bergetar seiring dengan getaran di dadanya.Laura langsung bangkit dengan sangat panik dan gugup, ia menghapus air matanya kemudian menghampiri suaminya itu."Maaf, Mas. I - ini tidak seperti yang kamu lihat, dia -dia mahasiswaku, datang ke sini untuk bimbingan sidang skripsinya, Mas," jelas Laura kepada Smith dengan gugup.Saka menelan salivanya, ia yang selalu menjauh dan menghindari urusan pribadi dosennya ini, kini malah terlibat secara langsung."Iya, Tuan. Saya hanya ingin- ""DIAM KAU!" sentak Smith sambil menunjuk Saka dengan tongkatnya.Saka langsung terdiam, sementara Smith kembali menatap Laura kemudian melangkah satu langkah ke hadapan Laura yang langsung tertunduk."Aku sudah datang ke negeri ini dari tiga hari yang lalu, aku memata-mataimu terlebih da
Saka mencengkram tangan Smith yang hendak menampar Laura.Ia tak ingin melihat kekerasan terhadap seorang wanita, terlebih dosennya."Owh, mau jadi pahlawan rupanya si miskin ini!" celetuk Smith sambil menatap Saka seraya berusaha untuk melepaskan cengkraman tangannya dari Saka.Namun, Saka malah makin mengencangkan cengkramannya saat ia mendengar ucapan Smith yang mengatakan dirinya sebagai pria miskin.Sebuah hinaan yang sudah tak ingin ia dengar lagi."Lepaskan! beraninya sampah sepertimu menyentuhku, hah!" sentak Smith dengan sedikit meringis.Saka memelintirnya sedikit keras lagi hingga wajah Smith memerah.Para bodyguard Smith yang berbadan besar langsung bergerak namun Laura lantas berteriak."Pergilah, Saka! Ini urusan keluargaku, kamu jangan ikut campur!" teriak Saka.Saka paham jika maksud Laura adalah agar Saka tidak terlibat masalah dengan Smith yang punya pengaruh serta kekuatan yang besar.Tapi Laura salah duga, ia tidak tahu, jika pengaruh serta kekuatan Saka sebagai pe
Wooow! Tubuh Laura nampak putih bersih, lekuk-lekuk serta tonjolan terpahat dengan sempurna, terpampang jelas di hadapan Smith.Smith langsung menekan salivanya, tubuh yang ia harapkan selama ini akhirnya bisa ia nikmati.Namun, seketika saja wajah Smith tiba-tiba berubah menjadi panik. Ia menunduk sambil meraba sesuatu di bawah pusarnya.Entah apa yang terjadi, Smith langsung bangkit kemudian merogoh ponsel dari atas meja dan menelpon seseorang."Gimana ini, Dok! Punyaku gak berekasi, padahal kemarin udah gerak!" ucap Smith dengan penuh kemarahan serta rasa paniknya.Smith terlihat marah-marah terhadap seseorang di telpon itu."Aku akan minum obatnya, tapi kalau sampai besok punyaku masih gak berfungsi, akan kubunuh kau!" pungkas Smith sambil mengakhiri sambungan telponnya kemudian meletakkan ponselnya itu di atas meja dengan kasar.Sepertinya, Smith menelpon dokternya dikarenakan perkakasnya kembali tidak berfungsi.Sungguh kesal hati Smith karena perkakasnya itu sedang sangat ia bu
"Mbak tolong tunjukkan mobil yang paling bagus dan paling mahal di showroom ini!"Saka sengaja mengucapkan itu dengan suara yang sedikit keras sehingga hampir semua orang di sana menatap ke arah Saka.Namun, pada akhirnya ucapan Saka itu dibalas dengan gelak tawa saat mereka melihat penampilan Saka."Maaf, Mas. Sebaiknya kamu pergi! Kami sedang sibuk di sini," ucap Ethan -lelaki berkemeja putih yang merupakan supervisor pemasaran di showroom ini."Bukankah sudah aku bilang, aku mau beli mobil di sini!" timpal Saka sambil menatap lelaki itu dengan tajam.Lelaki itu langsung tertawa, sementara wanita cantik yang merupakan marketing baru hanya tertunduk di sampingnya."Oke, oke, silahkan dipilih mobilnya, aku mau tahu, apa kamu bisa bayar! Kalau kamu gak bisa bayar, jangan salahkan aku kalau kami menyeretmu keluar dari sini," celetuk lelaki itu dengan tegas.Ethan pun menyuruh para marketing senior di sana untuk melayani Saka."Maaf, Pak. Aku sedang menunggu costemer lain, suruh Selly aj