"Ti -tidur dengan Anda, Bu?" tanya Saka sambil melebarkan matanya, ia terkejut dengan syarat yang diajukan oleh dosen pembimbinnya. Pagi ini, Saka datang ke ruangan Laura sebenarnya untuk bimbingan skripsi, eh malah diajak untuk tidur ena. "Ya, skripsimu ini mau aku ACC, kan?" timpal Laura sambil menutup skripsi milik Saka yang beberapa menit lalu ia terima. Tatapan mata Laura nampak penuh rayu dan harap. Saka pun menunduk dengan jantung yang berdebar hebat. Ia tak mengerti dengan syarat yang diajukan oleh Laura. pagi ini pun tingkah Laura tiba-tiba nampak berubah. Sebelumnya, pernah beberapa kali Saka menemui Laura untuk bimbingan seperti ini namun, semua berjalan baik-baik saja, tak ada yang aneh. Meski harus diakui, jika beberapa kali Saka hilang konsentrasi karena melihat belahan pada dada Laura yang terlihat mempesona. Bagai mana tidak, Laura ini adalah dosen termuda dengan paras cantik yang diidolakan oleh banyak lelaki termasuk dosen dan mahasiswa di sana. Bahkan,
Saka memandangi pesan di ponselnya.Empat tahun lamanya ia telah berpura-pura hidup miskin dan harus menerima berbagai hinaan yang menyakitkan.Sangat menyakitkan, tapi semua itu dilakukan keluarga Sadewa agar membuat Saka tahu tentang kerasnya kehidupan. Agar Saka Sadewa mampu mengemban tanggung jawab besar sebagai satu-satunya pewaris keluarga Sadewa.Sementara Sadewa ... adalah keluarga terkaya nomor satu di negeri ini sekaligus masuk dalam 20 jajaran orang terkaya di dunia.Ting!Tak lama waktu berselang, ponsel Saka kembali berdenting.Sebuah pesan singkat kembali masuk ke ponselnya.[Kami sudah mentransfer uang ke rekening Anda]Saka menarik napas panjang sambil memasukkan ponselnya ke saku celananya.Kini Saka bisa sedikit bernapas lega karena dengan uang ia bisa menyelesaikan beberapa masalahnya, bahkan ia menjadi punya kesempatan untuk membalas balik semua orang yang telah merendahkan dan menyakitinya.Dengan cepat Saka lantas memakai jaket ojolnya untuk segera pergi ke Bank
Anggia terperangah, matanya tak berkedip menatap wajah Saka. Angia benar-benar keheranan, hari ini ia tersentak berkali-kali oleh berbagai keanehan yang ditunjukkan oleh Saka -teman kampusnya yang dikenal miskin hingga mendapat gelar GEMBEL KAMPUS. "Ini bank elite, Saka! Orang miskin seperti kita mana mungkin punya tabungan di bank ini!" jelas Anggia yang terlihat semakin resah.Saka tersenyum menatap wajah Anggia yang ternyata sangat cantik jika dilihat dengan lekat. Jika ditambah sedikit make-up, mungkin Anggia bisa menjelma menjadi mahasiswi kampus yang paling cantik, mungkin.Saka hanya membalas keresahan Anggia itu dengan tersenyum saja."Aku pulang, sudah cukup masalah tadi, aku gak mau terbawa masalah lagi!" pungkas Anggia sambil berjalan meninggalkan Saka."Tunggu, Anggia!" Saka mengejar Anggia."Aku antar pulang, tapi nanti setelah aku selesaikan urusanku di sini, kalau kamu tidak mau ikut ke dalam, kamu tunggu saja di cafe itu," ucap Saka sambil menunjuk sebuah cafe di se
"Kartu ini adalah kartu ATM spesial, kartu yang hanya dimiliki oleh keluarga pemilik saham bank ini," jelas Smith dengan lantang.Sang security langsung terbelalak, begitu pun dengan Vanessa yang langsung menganggkat wajahnya sambil menatap Saka.Siapa yang percaya jika ojol seperti Saka merupakan keluarga pemilik saham bank sebesar ini.Smith langsung menghampiri Saka dengan lutut yang bergetar."Apa benar kartu ini punya Anda?" tanya Smith dengan gugup.Vanessa dan sang security masih tak percaya, mereka masih mematung dengan pikirannya sendiri yang menjelajah entah ke mana."Benar, itu punyaku," jawab Saka dengan tenang, sebuah ketenangan yang tentu hanya dimiliki oleh keluarga seseorang yang punya kedudukan tinggi.Smith langsung membungkukkan badannya hingga membuat Vanessa dan sang security keheranan karena baru kali ini ia melihat orang sebesar smith membungkukkan badannya kepada seseorang.Seketika itu pula, firasat buruk mulai terasa oleh mereka, mereka mulai sadar jika merek
"Anggia?"Saka tak percaya jika dirinya dituduh sudah memperkosa Anggia, wanita cantik nan lugu yang kemarin bersamanya, wanita yang peduli terhadapnya, bahkan wanita yang baru saja sudah ia bayarkan uang kuliahnya."Ya, kamu tega sekali, temanmu sendiri kamu perkosa, sungguh tak punya hati!" ucap Damian sambil menggelengkan kepalanya.Saka mendengus sambil menatap Damian, tangannya yang terborgol kini mengepal kuat."Kamu bisa memfitnahku semaumu, tapi jika sampai terjadi apa-apa dengan Anggia, kamu akan menyesal seumur hidupmu," tegas Saka dengan wajah yang merah penuh amarah.Damian hanya tersenyum santai, sebagai anak orang terkaya nomor satu di kota ini, tentu hal yang mudah untuk menjebloskan Saka ke penjara.Sementara, para mahasiswa sudah berkerumun, ia melihat Saka yang tengah dibekuk oleh polisi."Sudah gembel, pemerkosa pula, memalukan!""Orang seperti dia harusnya dipotong perkakasnya!""Iya, biar kapok.""Cih, memalukan!"Sayup-sayup terdengar celaan dan kutukan untuk Sak
"Aku adalah Saka Sadewa, pewaris tunggal keluarga Sadewa!" Orang yang dikenal sebagai gembel kampus itu mengatakan sebuah pengakuan yang tak terduga dan sangat mencengangkan.Siapa yang bisa percaya, saat seorang 'gembel kampus' yang nunggak biaya kuliah, yang setiap hari menggunakan motor butut, mengakui dirinya sebagai pewaris tunggal orang terkaya di negeri ini?Rasanya tak akan ada, tapi Saka mengakuinya dengan penuh keyakinan."Kalian tentu tahu seberapa besar pengaruh keluarga Sadewa di negeri ini, kan? Jadi lepaskan aku kemudian tangkap dan lakukan penyelidikan untuk Damian Delangga! Aku yakin dia pelakunya," lanjut Saka dengan aura yang jauh dari kesan seorang gembel.Saka benar-benar ingin menunjukkan kekuatan dirinya di hadapan ketiga oknum polisi yang sudah bertindak sewenang-wenang terhadapnya.Ketiga oknum polisi itu pun jelas tersentak, mereka langsung mematung, saling tatap satu sama lain kemudian berakhir menatap Saka penuh selidik."Kamu ... pewaris tunggal keluarga S
Mata Saka membulat sempurna.Saka tak menyangka, jika dosennya ini masih mau menemuinya setelah penolakan dirinya terhadap ajakan tidur dari dosen cantiknya itu.Tak hanya itu, bahkan sebelumnya pun, bu Laura telah membayarkan tunggakan uang kuliahnya, tanpa sepengetahuannya.Seribu tanya bersarang di benak Saka.Sementara, Laura langsung terbelalak saat melihat keadaan Saka yang babak belur dengan luka lebam di wajahnya."Siapa yang membuat kamu seperti ini, Saka!" teriak Laura sambil mendekati jeruji besi seraya menatap setiap lebam di wajah tampan Saka.Terlihat wajah penuh khawatir di mata indah Laura yang bergetar dan berkaca-kaca di balik kacamata beningnya."Apa para polisi itu yang menghajarmu hingga kamu seperti ini?" terka Laura dengan suara serak dan bergetar penuh amarah."Tega sekali mereka, keterlaluan!" rutuk Laura sambil menatap keadaan Saka yang memprihatinkan.Saka menunduk seakan menyembunyikan luka di wajahnya dari Laura -dosennya itu."Aku akan menghubungi pengaca
Sementara di ruang tahanan..."Kamu tenang aja, aku akan segera menghubungi pengacaraku untuk membebaskanmu, aku sangat yakin jika kamu bukan pelakunya," ucap Laura."Dan apa pun itu, para polisi di sini harus memperlakukanmu dengan layak! aku tak akan membiarkan mereka memukulimu lagi seperti ini!" lanjut Laura menjelang kepergiannya dari hadapan Saka.Saka hanya terdiam, ia tak mampu mencegah keinginan Bu Laura yang ingin berupaya untuk membebaskannya. Saka hanya menatap tubuh bagian belakang Laura yang tercetak indah hingga sosoknya itu benar-benar hilang dari pandangan.Sebuah tubuh yang nyatanya terlihat segar dan menarik hasrat, meski usia Laura sudah menginjak kepala tiga, terpaut sekitar sepuluh tahun dari Saka, tapi ia nampak bagai perawan tingting yang belum dibelah.Saka kembali duduk, di sudut ruangan lembab itu ia membayangkan wajah cantik Laura yang terlihat begitu peduli terhadapnya.Namun sejatinya ... Saka tak sebodoh itu, tentu ia bisa melihat adanya perasaan lain y