"Apa kamu mau memperkosanya juga?" Ucapan Pak Harto itu membuat Saka -Sang Pewaris Sadewa merasa tersinggung.Ia benar-benar ingin menyudahi sikap-sikap seperti ini terhadapnya."Beliau adalah dosen waliku, Pak. Aku ingin menemuinya untuk urusan sidang skripsiku!" tegas Saka dengan tatapan tajam sambil mencondongkan wajahnya ke wajah Pak Harto.Saka nampak mencoba menahan sedikit amarahnya meskipun kemarahan itu sudah bergejolak di dalam dadanya.Namun, Pak Harto malah terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.Ia menganggap kemarahan Saka ini bukanlah sebuah ancaman baginya.Ia meragukan keberanian seorang gembel seperti Saka."Alibi, mana ada orang yang percaya sama gembel dan pemerkosa sepertimu," ucap Pak Harto dengan renyahnya.Saka mengepalkan tangannya, kesabarannya benar-benar telah habis."Apa? mau marah, hah? Ayo, kalau kamu ingin dikeluarkan dari kampus ini, ayo pukul aku!" sungut Pak Harto seakan menggertak Saka yang sudah nampak mengepalkan tangannya kuat-kuat.Saka lantas
Tanpa sengaja, dan seketika saja ... tubuh Saka telah berada di atas tubuh Laura -dosennya yang sungguh cantik meski dalam jarak sedekat itu.Kulitnya putih halus tanpa noda, wangi shampo semakin kuat menelusup ke rongga hidung Saka.Tubuh Laura yang terpahat indah itu terasa hangat dan empuk.Jantung Saka berdegup kencang tak beraturan.Tatapan mata mereka beradu, semakin dekat dan semakin dekat.Hingga akhirnya ... Saka tersadar bahwa hal itu tak selayaknya terjadi.Saka pun segera bangkit, coba mematikan hasratnya yang bergejolak dengan tiba-tiba."I -ibu gak apa-apa, Bu?" tanya Saka sambil bangkit seraya coba membangunkan Bu Laura yang hanya melongo seraya mengatur napasnya.Wajah Laura terlihat memerah, nampaknya ia shock juga, sekaligus merasakan sesuatu yang aneh saat tubuhnya ditindih oleh tubuh kekar Saka."Aku tidak apa-apa, hanya kepalaku yang sedikit sakit," jawab Laura sambil menggosok-gosok kepala bagian belakangnya yang memang membentur keramik."Maaf, Bu. Aku tadi- ""
"Aku masih perawan, Saka!" Laura tertunduk dengan air mata yang mulai berjatuhan.Saka sontak tersentak, ia menatap dosennya itu seakan tak percaya.'Dua tahun menikah tapi belum tersentuh dan masih perawan?' gumam Saka di dalam hatinya sambil menatap Laura antara percaya dan tidak.Kendati demikian Saka kebingungan sekaligus merasa iba dan kasihan namun ia tak mampu untuk berbuat apa pun.Saka kini benar-benar merasa bersalah, mungkin karenanya, Laura yang selalu tampil tenang di kampus ini pun kini enjadi menangis dan seakan seperti wanita yang rapuh."Apa ini alasan ibu hingga kemarin ibu mengajakku tidur?" tanya Saka memberanikan dirinya.Laura pun mengangkat wajahnya, menatap Saka dengan matanya yang basah."Bukan karena itu, tapi ... "Suara Laura terhenti, dilanjutkan dengan tangisnya yang semakin menjadi.Saka semakin keheranan melihat dosen cantiknya ini."Maaf, Bu. Aku- ""Sudahlah, lupakan itu!" potong Laura sambil mengangkat wajahnya dan menyeka air matanya dengan pungung
Kedatangan Smith, suaminya Laura membuat Saka dan Laura yang tengah berpelukan sontak terkejut.Smith yang sudah tua dengan kumis tebal serta rambut putihnya nampak sangat murka.Tongkat yang ia pegang di tangannya terlihat bergetar seiring dengan getaran di dadanya.Laura langsung bangkit dengan sangat panik dan gugup, ia menghapus air matanya kemudian menghampiri suaminya itu."Maaf, Mas. I - ini tidak seperti yang kamu lihat, dia -dia mahasiswaku, datang ke sini untuk bimbingan sidang skripsinya, Mas," jelas Laura kepada Smith dengan gugup.Saka menelan salivanya, ia yang selalu menjauh dan menghindari urusan pribadi dosennya ini, kini malah terlibat secara langsung."Iya, Tuan. Saya hanya ingin- ""DIAM KAU!" sentak Smith sambil menunjuk Saka dengan tongkatnya.Saka langsung terdiam, sementara Smith kembali menatap Laura kemudian melangkah satu langkah ke hadapan Laura yang langsung tertunduk."Aku sudah datang ke negeri ini dari tiga hari yang lalu, aku memata-mataimu terlebih da
Saka mencengkram tangan Smith yang hendak menampar Laura.Ia tak ingin melihat kekerasan terhadap seorang wanita, terlebih dosennya."Owh, mau jadi pahlawan rupanya si miskin ini!" celetuk Smith sambil menatap Saka seraya berusaha untuk melepaskan cengkraman tangannya dari Saka.Namun, Saka malah makin mengencangkan cengkramannya saat ia mendengar ucapan Smith yang mengatakan dirinya sebagai pria miskin.Sebuah hinaan yang sudah tak ingin ia dengar lagi."Lepaskan! beraninya sampah sepertimu menyentuhku, hah!" sentak Smith dengan sedikit meringis.Saka memelintirnya sedikit keras lagi hingga wajah Smith memerah.Para bodyguard Smith yang berbadan besar langsung bergerak namun Laura lantas berteriak."Pergilah, Saka! Ini urusan keluargaku, kamu jangan ikut campur!" teriak Saka.Saka paham jika maksud Laura adalah agar Saka tidak terlibat masalah dengan Smith yang punya pengaruh serta kekuatan yang besar.Tapi Laura salah duga, ia tidak tahu, jika pengaruh serta kekuatan Saka sebagai pe
Wooow! Tubuh Laura nampak putih bersih, lekuk-lekuk serta tonjolan terpahat dengan sempurna, terpampang jelas di hadapan Smith.Smith langsung menekan salivanya, tubuh yang ia harapkan selama ini akhirnya bisa ia nikmati.Namun, seketika saja wajah Smith tiba-tiba berubah menjadi panik. Ia menunduk sambil meraba sesuatu di bawah pusarnya.Entah apa yang terjadi, Smith langsung bangkit kemudian merogoh ponsel dari atas meja dan menelpon seseorang."Gimana ini, Dok! Punyaku gak berekasi, padahal kemarin udah gerak!" ucap Smith dengan penuh kemarahan serta rasa paniknya.Smith terlihat marah-marah terhadap seseorang di telpon itu."Aku akan minum obatnya, tapi kalau sampai besok punyaku masih gak berfungsi, akan kubunuh kau!" pungkas Smith sambil mengakhiri sambungan telponnya kemudian meletakkan ponselnya itu di atas meja dengan kasar.Sepertinya, Smith menelpon dokternya dikarenakan perkakasnya kembali tidak berfungsi.Sungguh kesal hati Smith karena perkakasnya itu sedang sangat ia bu
"Mbak tolong tunjukkan mobil yang paling bagus dan paling mahal di showroom ini!"Saka sengaja mengucapkan itu dengan suara yang sedikit keras sehingga hampir semua orang di sana menatap ke arah Saka.Namun, pada akhirnya ucapan Saka itu dibalas dengan gelak tawa saat mereka melihat penampilan Saka."Maaf, Mas. Sebaiknya kamu pergi! Kami sedang sibuk di sini," ucap Ethan -lelaki berkemeja putih yang merupakan supervisor pemasaran di showroom ini."Bukankah sudah aku bilang, aku mau beli mobil di sini!" timpal Saka sambil menatap lelaki itu dengan tajam.Lelaki itu langsung tertawa, sementara wanita cantik yang merupakan marketing baru hanya tertunduk di sampingnya."Oke, oke, silahkan dipilih mobilnya, aku mau tahu, apa kamu bisa bayar! Kalau kamu gak bisa bayar, jangan salahkan aku kalau kami menyeretmu keluar dari sini," celetuk lelaki itu dengan tegas.Ethan pun menyuruh para marketing senior di sana untuk melayani Saka."Maaf, Pak. Aku sedang menunggu costemer lain, suruh Selly aj
Hansen langsung menoleh kepada Ethan dengan tatapan yang sangat tajam."Tadi kamu bilang dia apa? gembel katamu?" ucap Hansen dengan wajah merah dan rahang yang gemurutuk."I -iya, Tuan. Dia gembel yang mengacau di sini dengan belagak mau beli.""Liat aja penampilannya, Tuan. Gak mungkin kan dia bisa beli mobil seharga 90 milliar?" lanjut Ethan sambil menunjuk Saka.Hansen semakin terlihat murka, matanya membulat sempurna dengan urat-urat leher yang nampak menyembul."Tapi tenang, Tuan. Saya bisa membereskan gembel ini," lanjut Ethan dengan jumawa.PLAAAAAAAAAAK!Hansen langsung menampar Ethan dengan sangat keras hingga membuat ruangan itu hening seketika.Suasana ketegangan mulai nampak di wajah para marketing yang jelas keheranan melihat supervisor-nya ditampar oleh Hansen."Apa selama ini kerjamu seperti ini, Ethan? Melihat costumer hanya dari penampilannya saja!" sentak Hansen sambil menunjuk Ethan yang menunduk sambil meraba pipinya yang merah."Tu -tuan, maafkan atas kejadian in