Home / Romansa / Hasrat Liar Mantan Posesif / Bab 1 - Setelah 10 Tahun

Share

Hasrat Liar Mantan Posesif
Hasrat Liar Mantan Posesif
Author: R. Sheehan

Bab 1 - Setelah 10 Tahun

Author: R. Sheehan
last update Last Updated: 2025-01-07 16:42:08

Kevin mendorong tubuh Serena kasar ke sofa bewarna abu berbentuk L di ruang kamarnya.

"Mmmh!"

Erangan sakit terdengar lirih, Serena menyentuh dahinya yang memar karena benturan barusan di pegangan sofa. Kepalanya berputar dan visinya menjadi gelap sesaat. Baru saja Serena akan mengangkat tubuhnya bangun, namun terhenti saat tekanan berat dari belakangnya menekannya kembali.

Serena berontak panik, dan berusaha kabur menjauh dari jangkauan tangan Kevin yang memegangnya erat dan intim. "Berhenti... Tidak, Kevin!"

Kevin mengabaikan rengekan Serena di bawahnya, tangannya mencengkram kedua tangan Serena di atas kepala, dan menggunakan tangan satunya menarik paksa kemeja Serena, merobeknya kasar sampai meninggalkan jejak goresan dari serat kain di kulit putih pucatnya.

Serena terkesiap, merasa kedinginan dari pendingin ruangan yang kini menampar punggung telanjangnya hingga membuat dia menggigil. Kevin tidak main-main saat dia berkata ingin mengurungnya dan menyetubuhinya sampai dia tidak punya keinginan untuk meninggalkannya lagi.

Memikirkan kata-katanya yang seperti bukan candaan, Serena pun berjuang putus asa ingin mengenyahkan tubuh berat di atasnya. "Biarkan aku pergi! Biarkan aku pergi!"

Akan tetapi seolah tuli, Kevin mengabaikan segala rengekan itu. Mulut panasnya meninggalkan jejak kepemilikan di leher jenjang yang terlihat sexy dan menggoda.

Serena merasakan geli dan basah di tengkuknya. Dan rontaannya kian besar. Tidak, dia tidak menginginkan dirinya dilecehkan sampai seperti ini. Tidak setelah ia tahu bahwa Kevin akan segera menikah!

"Jangan... Kumohon jangan."

"Apa kau masih ingin meninggalkan aku, Serena?" Telapak tangannya yang besar menangkup dada yang membusung, lalu meremasnya kuat.

Dibawah tekanan yang kuat Serena terengah-engah dan sulit mengatakan satu kalimat lengkap. Tapi dia senantiasa yakin dengan keputusan yang telah diambilnya. Pergi. Pergi jauh dari lelaki iblis yang telah membuatnya menderita.

"Jawab Serena... Apa kau ingin meninggalkan aku seperti 10 tahun yang lalu?" Kevin memaksa, seakan ingin mendengar alasan wanita ini yang memiliki kebiasaan melarikan diri darinya. Entah itu sepuluh tahun yang lalu ataupun masa kini, kebiasaan Serena untuk pergi tidak pernah berubah.

Dengan sepasang mata almondnya yang basah, Serena menatap kosong pada pria di atas tubuhnya. Bagaimana bisa mereka berakhir seperti ini? Mereka pernah saling mencintai satu sama lain, namun sekarang setelah akhirnya bertemu kembali, mereka terus menerus bertengkar dan kekerasan serta pelecehan terus berulang-ulang.

***

Beberapa bulan sebelumnya.

Seorang wanita ditaksir berusia dua puluh delapan tahun, memakai pakaian kasual - celana jeans dan kemeja-- sedang berdiri dengan ragu-ragu dan bimbang, di depan gerbang yang terbuat dari besi.

Sebuah rumah mewah dan megah yang aristokrat berdiri tak jauh di depannya.

Serena meneguk ludah, dan mengulurkan tangan, di balik gerbang besi yang kokoh, sebuah bel terpasang di samping, ia menekannya. Satu kali tapi tidak ada apa pun yang menyambutnya. Serena terus menekan berulang-ulang dan suara gemerisik dari atas kepalanya membuat dia sedikit terperanjat, terkejut.

"Siapa di sana?" suara tegas seorang pria terdengar. Serena mendongak, memantapkan wajahnya tanpa keraguan ke arah CCTV yang terarah padanya.

Sebenarnya Serena sangat gugup, tapi karena wajahnya yang datar tanpa ekspresi, berhasil menyembunyikan rona kegelisahan di wajah ayunya.

"Serena ...." ucapnya dengan nada tenang, "Saya seorang kenalan dan tamu yang diundang oleh Tuan Kevin Dominic." lanjutnya kemudian.

Tidak butuh lama bagi Serena untuk menunggu, karena setelah dia selesai berbicara, pintu gerbang dengan otomatis terbuka.

"Tuan Muda sudah menunggu Anda. Silahkan masuk, Nona Serena."

"Terima kasih." Serena mengangguk lalu melangkah masuk. Pada saat dia sudah melangkah melewati gerbang, gerbang kembali tertutup.

Mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ia hanya bisa merasakan kesedihan yang mendalam. Entah itu kerinduan pada pria itu, ataupun ketakutannya untuk kembali bertemu.

Melihat setiap sudut mansion yang dipenuhi kemewahan saat dia melangkah jauh ke dalam, bagi Serena, tampilan udiknya benar-benar merusak pemandangan.

Dari gerbang depan Serena berjalan, butuh beberapa saat untuk dia akhirnya sampai di pelataran dan berdiri di depan pintu yang terlihat besar. Tiang-tiang tinggi menyangga bangunan megah itu, memamerkan keangkuhan yang sombong, persis si penghuni di dalam.

Pintu besar berwarna emas dan perak terbuka. Seorang wanita yang terlihat berusia sekitar 30-an keluar. Kemeja sutra yang dipadukan celana kain panjang, dan stiletto yang wanita itu pakai membuat sosoknya terlihat anggun dan bermartabat.

Wajahnya tidak terlalu cantik tapi cukup manis, mata persiknya tampak genit saat wanita itu tersenyum pada Serena.

Wanita itu berkata dengan sopan dan berdiri di depan Serena yang masih mematung di tempat "Nona Serena, perkenalkan ... saya adalah asisten direktur Kevin, Lina Hui. Anda bisa memanggil saya dengan Lina."

Serena dengan malu-malu, menjabat tangan pihak lain yang terulur padanya dengan ramah. Berhadapan dengan wanita yang terlihat cerdas dan berpendidikan, membuat dia tampak canggung "Saya Serena."

"Saya tahu," jawabnya seraya tersenyum hangat, dia memberi Serena anggukan sebagai tanda salam hormat sebagaimana kebiasaan di negaranya.

"Direktur sudah menunggu kedatangan Anda. Saya yang akan menjadi pendamping Anda selama di sini."

Kedua wanita itu berjalan masuk ke dalam, yang satu anggun dan satunya lagi cantik natural.

Berjalan sejajar, Serena yang merasa rendah diri, tidak melihat tatapan kagum dari para maid yang keluar masuk ruangan.

Proporsi tubuh Serena yang ramping dan tinggi, serta wajah cantik natural tanpa make-up, gadis murni keturunan jawa, sangat langka mereka temui di mansion ini.

Mereka terbiasa dengan tamu-tamu tuannya yang blasteran dari penjuru dunia. Dan kebanyakan adalah orang asing dengan pupil penuh warna dan beragam.

Sore ini, wanita cantik berpupil almond dan berambut hitam legam serta wajah oval yang menarik, menjadi pemandangan segar yang baru mereka temui setelah terakhir kali Nyonya besar tinggal di sini. Satu-satunya wanita berdarah jawa, persis perempuan yang baru saja melewati mereka.

"Siapa perempuan itu?"

"Pasti kenalan tuan muda,"

"Tapi dia berbeda,"

"Biar saja. Kita tidak perlu ikut campur."

Bisikan-bisikan dari para pembantu membuat Serena mengecilkan bahunya.

Lina Hui membawa Serena pergi ke arah sang direkturnya berada. Pria sombong itu sedang menikmati waktu sorenya dengan secangkir teh Pu Er yang diberikan temannya dari Tiongkok yaitu Yifan, oleh-oleh khusus buat Kevin katanya.

Kevin pulang lebih awal dari kantor setelah asistennya; Lina Hui, mengingatkan dia janji temu khusus yang hampir saja pria itu lupakan.

Seminggu lalu, Serena berbicara padanya melalui sambungan telepon, untuk yang pertama kalinya setelah pertemuan reuni kembali mereka, mengiyakan ajakannya untuk tawaran minum teh yang pernah Kevin utarakan.

Bisa dibilang sebuah ancaman yang tidak bisa ditolak, meski Serena merasa enggan untuk datang.

"Tawaran ini adalah yang terakhir Serena," Kevin berkata dengan nada dingin khasnya serta pandangan tajam layaknya pemangsa. Tidak membiarkan tatapannya teralih dari wanita yang sangat dibencinya.

Serena yang tahu kebencian pihak lain padanya, bagaimana mau menurut begitu saja?

Kalau bukan karena Kevin yang turun tangan dan membuat masalah pada bisnis keluarga Ruhi, bahkan jika itu adalah akhir dunia, dia tidak akan pernah mau datang. Tidak sekali pun ingin muncul di hadapan Kevin yang berubah bengis.

Bola mata biru Kevin tampak dingin, dia memandang air yang beriak di kolam renang dengan nostalgia.

Berpisah dari Serena pada tahun itu merupakan cobaan tersulit dalam hidupnya. Karena perpisahan tersebut, Kevin yang dingin dan kejam tercipta.

Betapa bodoh dia di masa lalu, tindakannya yang impulsif dalam mengejar cinta, membuat dia harus menjatuhkan martabatnya, menangis di depan seorang gadis yang sudah mengkhianatinya.

Tahun-tahun itu adalah tahun paling menyakitkan dalam hidupnya. Dan Kevin telah berjanji untuk mengubur kenangan bersama gadis itu, jauh dari hidupnya. Kelemahan dan keputusasaan di masa lalu, tidak boleh dia rasakan lagi di masa ini.

Kevin Dominic Wiranata sudah menjadi orang yang sepenuhnya berbeda, seperti terlahir kembali. Dimulai tampilan sekujur tubuh, semuanya tampak berkembang menjadi pria dewasa sepenuhnya. Ditambah aura tenang dan karakter tangguh pada sosoknya yang kuat, dia tampak lebih mantap dan sangat tampan juga bermartabat.

Lina Hui membuka pintu kaca transparan dan mendorongnya terbuka lebar.

Sosok Kevin yang duduk dengan santai dekat kolam renang, tidak berbalik sekalipun suara dari belakang punggungnya dia dengar.

"Lina ... Kau bisa tinggalkan kami." tanpa berbalik untuk melihat, Kevin memberi perintah dengan suara dinginnya.

Lina langsung menunduk penuh hormat, mengerti keinginan sang direktur, "Saya mengerti, Direktur. Saya pamit undur diri." lalu wanita itu pergi dari sana, meninggalkan Serena bersama Kevin, berdua saja.

Setelah kepergian asisten Kevin, Serena mulai sedikit berkeringat dingin di lehernya.

Meski ini bukan pertama kalinya dia bertemu Kevin, ketakutan pada sosoknya yang angkuh dan kejam membuat kulitnya panas dingin.

Karena tidak ada tanda-tanda pria itu yang mau berinisiatif menyuruh Serena seperti biasa. Serena melangkah ke depan dan berdiri di sisi Kevin yang masih mempertahankan postur anggunnya.

Dari awal Serena mendekat, Kevin tidak sekali pun meliriknya.

Diam-diam Serena menghela nafas, dan matanya menunduk sedih. Tidak peduli bagaimana Kevin menyakiti dan menghina dirinya, cinta itu masih ada dan dia tidak memiliki keinginan untuk bahkan menyembunyikannya.

Dia selalu berkata, perubahan Kevin yang mencengangkan setelah bertahun-tahun tidak bertemu adalah karena kesalahan di masa lalu yang sudah dia perbuat.

Pria ini kembali datang padanya untuk membalas dendam atas semua rasa sakit yang dia torehkan dulu. Bagaimanapun juga apa lah yang pantas dirinya dapatkan sekarang.

"Alasanmu datang, kau bisa mulai bicara." kata pria itu tanpa intonasi.

Ah, bahkan suara lembut Kevin yang dia kenal dulu dan suara dingin Kevin saat ini, tumpang tindih di telinga Serena. Membuat wanita cantik itu sedikit linglung dan tidak nyaman. Seakan sebuah penghalang yang membatasi dunia mereka, memang tidak pernah runtuh dari dulu.

Itu hanya pikiran naifnya selama ini yang membuat dia berpikir, bahwa Kevin-nya telah datang kembali. Bahwa pria tampan ini seperti tahun sekolah mereka dulu, selembut itu memperlakukannya. Bahwa tindakan penuh kehati-hatian untuk menjaga Serena agar tidak tersakiti dulu bukanlah orang yang sama, yang kini gencar menggores luka padanya.

Seakan semua kenangan itu hanyalah mimpi indah Serena yang tidak nyata dan sudah berlalu. Dan justru kenangan penuh rasa sakit dan penyiksaan dari orang yang dicintai kini adalah benar adanya.

Serena merasakan hatinya yang tercabik-cabik mulai berdarah lagi. Mulai terasa amat menyakitkan, dan sepertinya dia diingatkan kembali, dia memang tidak pernah berharga. Matanya yang terkulai sedih berubah mati rasa dan tampak kosong. Serena menahan diri menunjukkan cintanya pada Kevin dan dia berkata dengan ketidakpedulian seperti mengobrol dengan orang yang tidak dia kenal.

"Para investor yang menarik investasi mereka dengan tiba-tiba dan terencana pada perusahaan keluarga Ruhi adalah ulahmu, kan?"

Serena mengepalkan tangan terhadap tanggapan Kevin yang tak peduli padanya. Hatinya sangat sakit.

"Kau yang membingkai mereka dan penyokong misterius itu selama ini." tambahnya lagi dengan suara serak.

Masih tidak ada tanggapan.

Serena mulai sedikit marah. "Melakukan perbuatan tercela ini pada perusahaan Ruhi, untuk apa Kevin?"

Setelah hanya menjadi pendengar yang sombong, sudut mulut Kevin terangkat. "Menjatuhkan dirimu, apalagi memangnya? Selama itu berhubungan dengan Ruhi__," Kevin menolehkan kepalanya ke samping, menatap tajam dan penuh kebencian pada Serena seraya berkata. "__ kau tidak akan tidak melakukan apa pun untuk membantunya!"

Wajah Serena langsung pucat pasi.

Jika itu Ruhi yang notabene sahabatnya dan orang-orang yang penting bagi Serena, wanita itu tidak akan tinggal diam tanpa sekali pun membantu.

Jika yang terlibat dan tersakiti adalah orang yang berarti bagi Serena, dia tidak perlu berpikir panjang untuk menjatuhkan harga diri yang dia junjung tinggi itu. Kevin menggunakan kelemahan Serena, yang dia sangat ketahui, untuk menyakitinya. Dengan tubuh bergetar dan suara tercekat, Serena melihat ke arah Kevin, dengan sudut matanya yang memerah.

"A-apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Related chapters

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 2 - Kebencian Yang Besar

    "A-apa yang sebenarnya kau inginkan?"Tawa Kevin langsung terdengar di luar ruangan itu, merasa lucu. Wanita ini sama sekali tidak berubah, masih memiliki rasa kepedulian yang membuatnya muak. Dan itulah kelemahan fatal yang dimiliki Serena. Memikirkannya kembali, wajah Kevin penuh kemenangan, bibirnya sedikit bengkok saat dia berkata dengan suara penuh penekanan, "Berlututlah!"Berlututlah!Sekejam itu Kevin padanya. Mati-matian Serena menahan tangis. Lidahnya dia gigit sangat kuat, menyalurkan sakit hatinya yang meraung penuh sesak.Melihat keterdiaman Serena yang seperti tidak mau. kevin kembali berkata dingin dan acuh tak acuh "Kenapa? Kau tidak mau?"Meraih teh hangat di atas meja dan menyesapnya dengan santai, dia kembali melanjutkan bicara, "Yah ... Itu terserah padamu. Aku hanya perlu melakukan satu panggilan untuk menghancurkan orang yang kau hargai itu."Kevin mengutak-atik ponsel di tangannya seakan-akan ingin melakukan sebuah panggilan saat itu juga, dan kata-kata itu buk

    Last Updated : 2025-01-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 3 - Mood Yang Buruk

    Malam harinya, setibanya Serena di tempat kos, ia mendapati sebuah mobil berwarna merah yang tak asing baginya terparkir di halaman. Itu mobil Ruhi, batinnya seraya menaikkan pandangan untuk melihat siluet sang sahabat, tapi tidak ditemukannya di mana pun.Rupanya, tak jauh dari kompleks kontrakan itu, Ruhi yang dicari oleh Serena sedang berada di restoran sederhana yang lokasinya tak jauh dari situ. Wanita berpakaian elegan, memiliki perawakan 164 sentimeter, wajah cantik dan berkulit putih sedang duduk di kursi plastik demi menunggu pesanannya.Bibi pemilik restoran yang telah akrab dengan wanita berambut panjang itu lalu menyerahkan bungkusan plastik yang dalamnya berisikan mie kwetiau basah pedas dua porsi."Ruhi, ada sate telur di dalamnya, kalian bisa makan bersama nanti." kata bibi paruh baya itu sambil tersenyum."Gratis lagi?" pekik Ruhi tertawa senang. Bibi itu pun menganggukkan kepalanya seraya ikut tertawa."Kalian sudah lama tidak datang kemari. Pasti sibuk bukan? Makan y

    Last Updated : 2025-01-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 4 - Karena Kebencian

    Keesokan harinya, Serena yang memiliki pekerjaan di shift Siang dengan terpaksa menelepon ketua kelompoknya. Memberitahu pada Anez, kalau dia kemungkinan akan telat datang dan minta agar jadwal pekerjaannya di alihkan menjadi shift malam. Beruntung sekali permintaannya langsung dikabulkan dan Anez sendiri yang akan bertukar shift dengannya. "Terima kasih, Nez. Maaf merepotkan." "Tidak masalah. Aku malah senang karena tidak harus begadang dan pulang pagi." Terdengar suara tawa dari seberang panggilan. Tiba saatnya jam makan Siang, Serena lantas bersiap pergi. Ia sudah menerima alamat perusahaan Kevin yang dikirimkan oleh Lina tadi malam. Jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal. Di cek dari gugel map, membutuhkan setengah jam perjalanan menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan Kevin. Dia terbiasa berhemat, dan untuk bertemu dengan Kevin dia telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk menaiki kendaraan umum saja. Taxi yang telah dipesannya sudah menunggu di lantai bawah. Sebel

    Last Updated : 2025-01-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 5 - Karena Kebencian

    Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. "Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. "Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. "Sudah merasa tenang?" "Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" "Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pern

    Last Updated : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

    Last Updated : 2025-02-02
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

    Last Updated : 2025-02-03
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 8 - Kemunculan Tiba-Tiba

    Di jam istirahat, atap sekolah merupakan tempat dimana para siswa yang tidak memiliki circle pertemanan setara, untuk melarikan diri. Di sana, seseorang dapat melakukan apa saja tanpa perlu resah dan gelisah diintai oleh banyak pasang mata. Salah satu siswa itu tak lain adalah Serena. Baru sebulan pindah ke sekolah elit, ia telah di-bully oleh beberapa siswi yang tak suka padanya sebab terlalu cantik dan diincar banyak para pemuda. "Kau sering sekali kulihat datang kemari."Serena yang baru saya menyelesaikan makan siangnya menoleh ke arah sumber suara. Ia melepas Airpods di telinga, dan suara musik yang tadi mengalun kini menghilang. Ia dapat mendengar dengan jelas suara seorang pemuda tampan dan jangkung yang bicara padanya. "Ah, pantas saja saat aku memanggil dirimu, kau tidak menyahut. Jadi karena ini." Kevin sedikit membungkuk demi mengambil Airpods di tangan Serena. "Kau mencariku?" Serena bertanya bingung karena selalu bertemu dengan Kevin di atap sekolah. Entah apakah itu

    Last Updated : 2025-02-05
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 9 - Kemunculan Tiba-tiba

    "Serena, ini sudah tahun ke lima kau bekerja di sini. Bapak sejujurnya senang dengan keuletan dan semangatmu selama bekerja." ucap Pak Wawan berbasa-basi.Serena merasa risih karena tiba-tiba membicarakan tentangnya. Apalagi di ruangan ini bukan cuma ada mereka berdua saja, melainkan juga ada Kevin dan kaki tangannya duduk mendengarkan. Apa tidak bisa kedua pria itu disuruh pergi dulu?"Ya, Pak, benar," jawab Serena membenarkan. Meski tak tahu mengapa Pak Wawan mengungkit hal ini, dalam benaknya ia merasakan firasat buruk yang samar."Karena sudah lima tahun, kau pun pasti tahu bahwa pinjamanmu pada perusahaan perlu dilunasi."Begitu kata hutang dibahas di sini, ekspresi Serena langsung berubah. Seketika itu ia menyela demi menghentikan manajernya ini merembet kemana-mana. "Pak Wawan, untuk masalah ini, bisakah tolong kita bicarakan berdua saja? Saya akan datang menemui bapak lagi, setelah bapak selesai dengan urusan bapak dengan tamu penting ini."Usai mengatakan itu, Serena berdiri

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 12 - Bintang Di Langit

    Serena duduk di kursi kayu di depan kamar kosnya. Udara malam cukup sejuk, membelai kulitnya yang lelah setelah seharian bekerja di pabrik. Tangannya menggenggam secangkir kopi hangat yang sudah mulai mendingin, sementara tatapannya kosong, mengarah ke langit yang dipenuhi bintang."Tumben sekali bintang kelihatan dengan jelas malam ini." Ia bergumam lirih seraya menyeruput kopi di tangan. Kesunyian menyelimuti gang sempit tempat kos Serena berada. Sesekali terdengar suara kendaraan dari jalan raya di kejauhan, tapi selebihnya hanya ada desiran angin dan suara televisi dari kamar sebelah. Serena menarik napas panjang, membiarkan dadanya naik turun dengan berat.Lelah. Bukan hanya tubuhnya, tapi juga jiwanya.Ia memeluk dirinya sendiri, merasakan kedinginan yang bukan hanya berasal dari udara malam, tetapi juga dari kesepian yang semakin menggigit.Di pabrik tadi, Ayu menatapnya dengan kekhawatiran yang nyata. Terus bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia tidak bisa m

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 11 - Transaksi 10 Juta

    Kevin menatap Serena dengan intens, matanya yang biru menyala penuh keinginan. Jemarinya menyusuri garis rahang wanita itu, mempermainkan ujung dagunya sebelum kembali menutup jarak di antara mereka. Bibirnya menekan bibir Serena, kali ini lebih dalam, lebih menuntut.Serena tersentak, tapi bukan karena ketakutan—lebih kepada ketidaktahuannya bagaimana harus merespons. Kevin bukan pria yang sabar ketika menginginkan sesuatu, dan Serena bisa merasakannya dari cara bibir pria itu bergerak di atas miliknya.Tangannya terangkat, secara naluriah menyentuh dada Kevin yang bidang di balik kemeja tipisnya. Ia bisa merasakan kehangatan tubuh pria itu, detak jantung yang keras seakan menunjukkan betapa ia menikmati momen ini dengan penuh semangat. Kevin menarik napas di sela ciuman mereka, membiarkan hidungnya bersentuhan dengan hidung Serena. "Kau terlalu kaku. Tidak bisakah kau rileks?" gumamnya rendah, suaranya serak dan bergetar bercampur gairah. Serena tidak bisa menjawab. Ia hampir lupa

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 10 - Transaksi 10 Juta

    Serena tidak tahu dimana letak kesalahannya hingga dia harus mendapatkan penghinaan ini. 10 juta untuk setiap kali dia tidur dengan Kevin? Apakah menurutnya, aku telah menjadi sehina itu? Walaupun hatinya terasa sakit, seperti terkoyak dan hancur berkeping-keping, namun Serena tidak menampakkan kelemahannya untuk diketahui oleh Kevin yang teramat membencinya. Seolah penawaran tentang tubuhnya bukanlah apa-apa, Serena menunjukkan senyum mengejek ke arah Kevin yang tengah menunggu. "Untuk orang sekelas direktur sepertimu, menawarkan 10 juta setiap kali tidur denganku, apakah tidak terlalu murah? Tidakkah hal itu akan membuat hati nuranimu bersalah?"Kevin hanya terkekeh, dan dengan sepasang mata birunya yang dingin, ia pun membalas dengan hinaan yang lebih besar, "Kau harus sadar dengan nilai dirimu, Serena. Kau yang hanya wanita bekas pria lain, apakah masih bisa diberi harga tinggi selain 10 juta itu? Harga yang aku tawarkan, adalah harga yang paling masuk akal. Oh, tapi tentu saja

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 9 - Kemunculan Tiba-tiba

    "Serena, ini sudah tahun ke lima kau bekerja di sini. Bapak sejujurnya senang dengan keuletan dan semangatmu selama bekerja." ucap Pak Wawan berbasa-basi.Serena merasa risih karena tiba-tiba membicarakan tentangnya. Apalagi di ruangan ini bukan cuma ada mereka berdua saja, melainkan juga ada Kevin dan kaki tangannya duduk mendengarkan. Apa tidak bisa kedua pria itu disuruh pergi dulu?"Ya, Pak, benar," jawab Serena membenarkan. Meski tak tahu mengapa Pak Wawan mengungkit hal ini, dalam benaknya ia merasakan firasat buruk yang samar."Karena sudah lima tahun, kau pun pasti tahu bahwa pinjamanmu pada perusahaan perlu dilunasi."Begitu kata hutang dibahas di sini, ekspresi Serena langsung berubah. Seketika itu ia menyela demi menghentikan manajernya ini merembet kemana-mana. "Pak Wawan, untuk masalah ini, bisakah tolong kita bicarakan berdua saja? Saya akan datang menemui bapak lagi, setelah bapak selesai dengan urusan bapak dengan tamu penting ini."Usai mengatakan itu, Serena berdiri

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 8 - Kemunculan Tiba-Tiba

    Di jam istirahat, atap sekolah merupakan tempat dimana para siswa yang tidak memiliki circle pertemanan setara, untuk melarikan diri. Di sana, seseorang dapat melakukan apa saja tanpa perlu resah dan gelisah diintai oleh banyak pasang mata. Salah satu siswa itu tak lain adalah Serena. Baru sebulan pindah ke sekolah elit, ia telah di-bully oleh beberapa siswi yang tak suka padanya sebab terlalu cantik dan diincar banyak para pemuda. "Kau sering sekali kulihat datang kemari."Serena yang baru saya menyelesaikan makan siangnya menoleh ke arah sumber suara. Ia melepas Airpods di telinga, dan suara musik yang tadi mengalun kini menghilang. Ia dapat mendengar dengan jelas suara seorang pemuda tampan dan jangkung yang bicara padanya. "Ah, pantas saja saat aku memanggil dirimu, kau tidak menyahut. Jadi karena ini." Kevin sedikit membungkuk demi mengambil Airpods di tangan Serena. "Kau mencariku?" Serena bertanya bingung karena selalu bertemu dengan Kevin di atap sekolah. Entah apakah itu

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 5 - Karena Kebencian

    Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. "Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. "Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. "Sudah merasa tenang?" "Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" "Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pern

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 4 - Karena Kebencian

    Keesokan harinya, Serena yang memiliki pekerjaan di shift Siang dengan terpaksa menelepon ketua kelompoknya. Memberitahu pada Anez, kalau dia kemungkinan akan telat datang dan minta agar jadwal pekerjaannya di alihkan menjadi shift malam. Beruntung sekali permintaannya langsung dikabulkan dan Anez sendiri yang akan bertukar shift dengannya. "Terima kasih, Nez. Maaf merepotkan." "Tidak masalah. Aku malah senang karena tidak harus begadang dan pulang pagi." Terdengar suara tawa dari seberang panggilan. Tiba saatnya jam makan Siang, Serena lantas bersiap pergi. Ia sudah menerima alamat perusahaan Kevin yang dikirimkan oleh Lina tadi malam. Jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal. Di cek dari gugel map, membutuhkan setengah jam perjalanan menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan Kevin. Dia terbiasa berhemat, dan untuk bertemu dengan Kevin dia telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk menaiki kendaraan umum saja. Taxi yang telah dipesannya sudah menunggu di lantai bawah. Sebel

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status