Beranda / Romansa / Hasrat Liar Mantan Posesif / Bab 3 - Mood Yang Buruk

Share

Bab 3 - Mood Yang Buruk

Penulis: R. Sheehan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 18:24:08

Malam harinya, setibanya Serena di tempat kos, ia mendapati sebuah mobil berwarna merah yang tak asing baginya terparkir di halaman. Itu mobil Ruhi, batinnya seraya menaikkan pandangan untuk melihat siluet sang sahabat, tapi tidak ditemukannya di mana pun.

Rupanya, tak jauh dari kompleks kontrakan itu, Ruhi yang dicari oleh Serena sedang berada di restoran sederhana yang lokasinya tak jauh dari situ. Wanita berpakaian elegan, memiliki perawakan 164 sentimeter, wajah cantik dan berkulit putih sedang duduk di kursi plastik demi menunggu pesanannya.

Bibi pemilik restoran yang telah akrab dengan wanita berambut panjang itu lalu menyerahkan bungkusan plastik yang dalamnya berisikan mie kwetiau basah pedas dua porsi.

"Ruhi, ada sate telur di dalamnya, kalian bisa makan bersama nanti." kata bibi paruh baya itu sambil tersenyum.

"Gratis lagi?" pekik Ruhi tertawa senang. Bibi itu pun menganggukkan kepalanya seraya ikut tertawa.

"Kalian sudah lama tidak datang kemari. Pasti sibuk bukan? Makan yang banyak, biar terus sehat dan semangat bekerja." 

"Begitulah, Bi, aku dan Serena sibuk dengan pekerjaan. Lain kali kami pasti akan datang berkunjung bersama." jawab Ruhi tak segan menerima sate gratis yang diberikan oleh bibi penjual. Padahal dia termasuk dari golongan orang berada, tapi tetap merasa bahagia hanya karena diberi sate telur.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, Bi. Semoga dagangannya laris manis." Ruhi melambaikan tangannya disertai senyuman saat dia pergi dari tempat itu.

Dia perlu melewati belokan yang akan mengarahkannya pada lorong kos tempat tinggal Serena. Karena itu merupakan jalan tikus, dia jalan kaki ke tempat makan tersebut.

Serena nyatanya tidak langsung naik tangga ke atas. Tapi menunggu sahabatnya itu muncul. Tidak butuh waktu lama bagi Ruhi dirinya lihat karena sosok wanita itu kelihatan batang hidungnya beberapa saat kemudian.

"Serena, kau sudah pulang?" Terkejut, Ruhi buru-buru menghampiri sahabatnya tersebut.

"'Baru saja pulang. Aku lihat mobilmu, tapi kau tidak ada di dalam. Pergi ke mana?"

"Aku mampir buat beli ini," katanya seraya menunjukkan makanan yang dirinya bawa. "Sebelum kemari aku mampir ke tempat kerjamu, tapi katanya kau sudah pulang. Aku bertemu Ayu di pabrik." 

"Biar aku yang bawa. Ayo masuk." ajak Serena seraya mengajak sahabatnya itu pergi ke ruangan kosnya.

Tempat tinggal Serena merupakan sebuah gedung dua lantai dengan total kamar dua belas kamar. Kamarnya sendiri berada di lantai dua, paling pojok dengan pemandangan di kirinya merupakan persawahan. Dia telah menempati kosan itu sejak lima tahun lalu setelah mendapat pekerjaan sebagai buruh pabrik.

Kamar Serena tidak terlalu luas. Ada satu kamar tidur single dekat dinding di samping jendela. Satu meja rias lengkap dengan kursinya. Dan sofa bekas untuk dua tiga orang yang didapatnya dari membeli di toko barang bekas pada tahun kedua dia mendapatkan upah. Terdapat televisi, dapur mini yang bersebelahan dengan kamar mandi. 

Serena menyampirkan jaket yang dikenakannya. Mencangklongkan tas yang dibawa pula ke paku di dinding. Ia berniat ingin pergi ke kamar mandi, tapi dihentikan di tengah jalan oleh Ruhi yang berada di dapur untuk mengambil piring.

"Ada apa dengan kemejamu?" 

Kemeja? 

Serena menunduk, lantas memaki dalam hati saat dia lupa bahwa kancing teratas kemejanya hilang dua kancing. Berkat perbuatan kurang ajar Kevin tadi yang seperti kesetanan melecehkannya.

"Jahitannya lepas," jawabnya bohong.

"Kok bisa?"

"Ya, bisa." Serena menghindari tatapan selidik Ruhi, kabur dari jangkauan sahabatnya yang hampir ingin memutar tubuhnya untuk diselidiki.

Ruhi tertegun di balik pintu kamar mandi yang tertutup. Tidak percaya sama sekali dengan jawaban Serena. Sahabatnya itu pasti tak tahu, kalau ada bekas kemerahan di kulit lehernya yang putih pucat. Bekas itu, seperti tanda ciuman kuat. Karena dia telah menikah, dia bisa dengan mudah tahu bekas tanda semacam itu. Karena bagaimana pun, suaminya sendiri suka sekali memberinya kissmark.

"Pasti terjadi sesuatu dengannya." gumam Ruhi mulai khawatir. 

Serena berganti pakaian dengan cepat. Membasuh wajah, tangan dan kaki lalu keluar dari kamar mandi. Di meja kopi di depan sofa, Ruhi telah menyiapkan makanan yang dibawa seraya menyalakan televisi.

"Sudah lama sekali aku tidak makan mie ini." celetuk Serena kemudian.

"Aku tahu, jadi aku membelinya. Cepat makan, keburu dingin."

Serena menerima makanan miliknya, menundukkan kepala saat mengambil mie bertekstur kenyal itu masuk ke dalam mulut. Rasa pedas dan kuah kaldu ayam yang khas meleleh di dalam mulut Serena. Ia lagi-lagi lupa kalau bibirnya terluka dan kuah panas serta pedas membuat luka itu membengkak. Ia meringis tertahan jadinya.

Ruhi yang biasa cerewet lebih banyak diam, membuat Serena khawatir dan sedih karena tahu sebab sahabatnya seperti itu.

"Bagaimana perusahaan?" tanyanya memecah keheningan.

"Tetap di jalan buntu. Papa dan Tomi sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan perusahaan sebelum rapat pemegang saham nanti. Tapi kalau saham kami masih di bawah ambang batas, investor asing itu akan tetap punya suara dominan. Kalau sampai mereka berhasil mengambil alih mayoritas, perusahaan kemungkinan besar akan diakuisisi."

Serena terus menundukkan kepalanya seraya mendengarkan dengan baik perkataan Ruhi. Dihadapkan pada persoalan bisnis yang bukan ranahnya, ia tidak tahu harus menjawab dan menanggapinya bagaimana. Andai saja kakak laki-lakinya ada disini, mungkin dia bisa meminta saran padanya. Akan tetapi sayangnya... Ah, sudahlah. Percuma juga dia berandai-andai di waktu yang tidak tepat begini.

Tak ada yang bisa Serena lakukan dengan kondisinya sendiri yang serba kekurangan layaknya sekarang untuk membantu sahabatnya tersebut. Jadi dia memilih tidak melanjutkan percakapan soal perusahaan keluarga Ruhi.

Bersamaan dengan mereka yang masih mengobrol dan keduanya telah menyelesaikan makannya, ponsel Serena berbunyi. Kedua wanita itu kompak mengedarkan pandangan ke suara ponsel yang berbunyi.

"Tunggu sebentar."

"Siapa yang menelepon?" Ruhi bertanya asal dengan tatapannya terarah lurus ke televisi yang kini memutar sinetron yang menceritakan pernikahan kontrak. Itu adalah sinetron lokal yang ibunya ikuti setiap hari. Membosankan tapi disukai ibu-ibu rumah tangga.

Nomor tak dikenal.

"Teman di pabrik. Aku keluar dulu sebentar. Kau tinggal saja di sini." ucap Serena bohong seraya keluar dari kamar.

Awalnya Serena ragu-ragu apakah mengangkat panggilan itu atau tidak. Telepon keburu mati sebelum sempat diangkat. Dan berbunyi kembali untuk yang kedua kalinya, tanpa menunda, ia menerima panggilan dari nomor tak dikenal tersebut. 

"Halo?" 

["Nona Serena, ini saya Lina Hui, asisten pribadi direktur Kevin."]

Mendengar siapa yang kali ini meneleponnya, Serena menatap liar sekelilingnya. Ia kemudian sedikit menjauh dari pintu kamarnya, pergi ke lorong sebelah kanan demi menyembunyikan diri.

"Ya, Miss Lina. Ada apa? Apa ada yang bisa saya bantu?" Dalam benaknya Serena memiliki banyak pertanyaan. Mengapa asisten Kevin menghubunginya? Untuk apa?

"Begini, baru saja direktur meminta saya agar Anda datang ke kantor kami di jam makan siang perusahaan. Hubungi saya apabila Anda besok telah sampai di kantor."

"Tunggu tunggu, saya ke kantor?" ulang Serena tak yakin.

["Kami akan menunggu kedatangan Anda besok Siang. Itu saja yang harus saya sampaikan. Saya tidak akan mengganggu istirahat Anda, selamat malam, Nona Serena."]

Kemudian panggilan ditutup. Begitu saja. Menyisakan Serena yang membeku seperti patung.  

Apa-apaan?

Ruhi mengawasi Serena yang baru saja masuk. Sahabatnya itu kini berubah linglung setelah menerima telepon tadi. Tampaknya ada hubungannya dengan seseorang yang menelepon sahabatnya itu, batinnya menebak. 

"Apa yang terjadi? Apa kata temanmu?" 

Serena kembali duduk di tempatnya. "Bukan apa-apa,"

"Kau yakin bukan masalah besar?" tanya Ruhi kembali. Pasalnya raut wajah Serena tampak sepucat mayat. Ia jadi khawatir ketika melihatnya. 

"Ayu yang tadi menelepon. Katanya besok cuti bekerja karena ada urusan keluarga dan memintaku agar membantu mengurus permohonan cutinya."

"Dia bisa langsung mengirim pesan melalui email atau telepon langsung ke supervisor kalian, kenapa pula kau yang direpotkan?" Ruhi menimpali dengan cemberut. 

Karena profesi mereka yang beda, waktu luang yang dia habiskan dengan Serena tidak banyak. Kecuali hari libur, dan di shift Siang begini, barulah dia bisa bertemu dengan Serena dan menghabiskan waktu bersama. 

Ia memiliki bisnis sendiri yang perlu perhatiannya, Cafe dan Studio Foto. Tidak punya banyak waktu untuk bertemu Serena meski dia ingin. Untuk bertemu saja, mereka perlu menyesuaikan jadwal. Sebenarnya merepotkan, tapi itulah konsekuensi yang harus mereka hadapi setelah menjadi dewasa, setelah mereka masuk ke dunia orang-orang sibuk bekerja. 

Serena menggaruk belakang lehernya yang tak gatal. Tidak mengerti sama sekali mengapa sahabatnya ini tidak suka dengan Ayu. Padahal dia adalah salah satu teman dekatnya. 

"Ini bukan masalah besar dan aku tidak keberatan melakukannya. Jangan terlalu berlebihan." Serena berkata membujuk tapi tampaknya semakin membuat wanita itu semakin kesal. 

"Terserah kau sajalah. Aku tidak mau lagi peduli denganmu!" ujarnya marah. 

"Kau mau ke mana?" Serena bingung karena tiba-tiba Ruhi berdiri dan mengambil tasnya. 

"Awalnya aku mau menginap, tapi kau malah menjengkelkan. Aku pulang saja." 

Serena langsung bangun dari duduknya, "Ruhi?"

Panggilannya tidak dipedulikan. 

"Tunggu sebentar. Aku minta maaf. Ruhi....!"

Blam! 

Dan suara pintu yang dibanting tertutup itu lah yang menjawab panggilannya. Ruhi telah pergi. 

"Astaga, aku lagi yang salah." desah Serena frustasi. Ia pergi keluar, ingin melihat apakah Ruhi sungguhan pulang atau pura-pura saja. Tapi saat dia menengok ke luar pagar dari lantai atas, mobil berwarna merah yang diparkir sudah tidak ada. 

"Anak itu benar-benar kekanak-kanakan." gerutu Serena tak habis pikir dengan tingkah sahabatnya.

Bab terkait

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 4 - Karena Kebencian

    Keesokan harinya, Serena yang memiliki pekerjaan di shift Siang dengan terpaksa menelepon ketua kelompoknya. Memberitahu pada Anez, kalau dia kemungkinan akan telat datang dan minta agar jadwal pekerjaannya di alihkan menjadi shift malam. Beruntung sekali permintaannya langsung dikabulkan dan Anez sendiri yang akan bertukar shift dengannya. "Terima kasih, Nez. Maaf merepotkan." "Tidak masalah. Aku malah senang karena tidak harus begadang dan pulang pagi." Terdengar suara tawa dari seberang panggilan. Tiba saatnya jam makan Siang, Serena lantas bersiap pergi. Ia sudah menerima alamat perusahaan Kevin yang dikirimkan oleh Lina tadi malam. Jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal. Di cek dari gugel map, membutuhkan setengah jam perjalanan menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan Kevin. Dia terbiasa berhemat, dan untuk bertemu dengan Kevin dia telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk menaiki kendaraan umum saja. Taxi yang telah dipesannya sudah menunggu di lantai bawah. Sebel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 5 - Karena Kebencian

    Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. "Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. "Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. "Sudah merasa tenang?" "Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" "Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pern

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 1 - Setelah 10 Tahun

    Kevin mendorong tubuh Serena kasar ke sofa bewarna abu berbentuk L di ruang kamarnya. "Mmmh!" Erangan sakit terdengar lirih, Serena menyentuh dahinya yang memar karena benturan barusan di pegangan sofa. Kepalanya berputar dan visinya menjadi gelap sesaat. Baru saja Serena akan mengangkat tubuhnya bangun, namun terhenti saat tekanan berat dari belakangnya menekannya kembali.Serena berontak panik, dan berusaha kabur menjauh dari jangkauan tangan Kevin yang memegangnya erat dan intim. "Berhenti... Tidak, Kevin!"Kevin mengabaikan rengekan Serena di bawahnya, tangannya mencengkram kedua tangan Serena di atas kepala, dan menggunakan tangan satunya menarik paksa kemeja Serena, merobeknya kasar sampai meninggalkan jejak goresan dari serat kain di kulit putih pucatnya.Serena terkesiap, merasa kedinginan dari pendingin ruangan yang kini menampar punggung telanjangnya hingga membuat dia menggigil. Kevin tidak main-main saat dia berkata ingin mengurungnya dan menyetubuhinya sampai dia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 2 - Kebencian Yang Besar

    "A-apa yang sebenarnya kau inginkan?"Tawa Kevin langsung terdengar di luar ruangan itu, merasa lucu. Wanita ini sama sekali tidak berubah, masih memiliki rasa kepedulian yang membuatnya muak. Dan itulah kelemahan fatal yang dimiliki Serena. Memikirkannya kembali, wajah Kevin penuh kemenangan, bibirnya sedikit bengkok saat dia berkata dengan suara penuh penekanan, "Berlututlah!"Berlututlah!Sekejam itu Kevin padanya. Mati-matian Serena menahan tangis. Lidahnya dia gigit sangat kuat, menyalurkan sakit hatinya yang meraung penuh sesak.Melihat keterdiaman Serena yang seperti tidak mau. kevin kembali berkata dingin dan acuh tak acuh "Kenapa? Kau tidak mau?"Meraih teh hangat di atas meja dan menyesapnya dengan santai, dia kembali melanjutkan bicara, "Yah ... Itu terserah padamu. Aku hanya perlu melakukan satu panggilan untuk menghancurkan orang yang kau hargai itu."Kevin mengutak-atik ponsel di tangannya seakan-akan ingin melakukan sebuah panggilan saat itu juga, dan kata-kata itu buk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 5 - Karena Kebencian

    Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. "Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. "Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. "Sudah merasa tenang?" "Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" "Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pern

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 4 - Karena Kebencian

    Keesokan harinya, Serena yang memiliki pekerjaan di shift Siang dengan terpaksa menelepon ketua kelompoknya. Memberitahu pada Anez, kalau dia kemungkinan akan telat datang dan minta agar jadwal pekerjaannya di alihkan menjadi shift malam. Beruntung sekali permintaannya langsung dikabulkan dan Anez sendiri yang akan bertukar shift dengannya. "Terima kasih, Nez. Maaf merepotkan." "Tidak masalah. Aku malah senang karena tidak harus begadang dan pulang pagi." Terdengar suara tawa dari seberang panggilan. Tiba saatnya jam makan Siang, Serena lantas bersiap pergi. Ia sudah menerima alamat perusahaan Kevin yang dikirimkan oleh Lina tadi malam. Jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal. Di cek dari gugel map, membutuhkan setengah jam perjalanan menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan Kevin. Dia terbiasa berhemat, dan untuk bertemu dengan Kevin dia telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk menaiki kendaraan umum saja. Taxi yang telah dipesannya sudah menunggu di lantai bawah. Sebel

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 3 - Mood Yang Buruk

    Malam harinya, setibanya Serena di tempat kos, ia mendapati sebuah mobil berwarna merah yang tak asing baginya terparkir di halaman. Itu mobil Ruhi, batinnya seraya menaikkan pandangan untuk melihat siluet sang sahabat, tapi tidak ditemukannya di mana pun.Rupanya, tak jauh dari kompleks kontrakan itu, Ruhi yang dicari oleh Serena sedang berada di restoran sederhana yang lokasinya tak jauh dari situ. Wanita berpakaian elegan, memiliki perawakan 164 sentimeter, wajah cantik dan berkulit putih sedang duduk di kursi plastik demi menunggu pesanannya.Bibi pemilik restoran yang telah akrab dengan wanita berambut panjang itu lalu menyerahkan bungkusan plastik yang dalamnya berisikan mie kwetiau basah pedas dua porsi."Ruhi, ada sate telur di dalamnya, kalian bisa makan bersama nanti." kata bibi paruh baya itu sambil tersenyum."Gratis lagi?" pekik Ruhi tertawa senang. Bibi itu pun menganggukkan kepalanya seraya ikut tertawa."Kalian sudah lama tidak datang kemari. Pasti sibuk bukan? Makan y

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 2 - Kebencian Yang Besar

    "A-apa yang sebenarnya kau inginkan?"Tawa Kevin langsung terdengar di luar ruangan itu, merasa lucu. Wanita ini sama sekali tidak berubah, masih memiliki rasa kepedulian yang membuatnya muak. Dan itulah kelemahan fatal yang dimiliki Serena. Memikirkannya kembali, wajah Kevin penuh kemenangan, bibirnya sedikit bengkok saat dia berkata dengan suara penuh penekanan, "Berlututlah!"Berlututlah!Sekejam itu Kevin padanya. Mati-matian Serena menahan tangis. Lidahnya dia gigit sangat kuat, menyalurkan sakit hatinya yang meraung penuh sesak.Melihat keterdiaman Serena yang seperti tidak mau. kevin kembali berkata dingin dan acuh tak acuh "Kenapa? Kau tidak mau?"Meraih teh hangat di atas meja dan menyesapnya dengan santai, dia kembali melanjutkan bicara, "Yah ... Itu terserah padamu. Aku hanya perlu melakukan satu panggilan untuk menghancurkan orang yang kau hargai itu."Kevin mengutak-atik ponsel di tangannya seakan-akan ingin melakukan sebuah panggilan saat itu juga, dan kata-kata itu buk

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 1 - Setelah 10 Tahun

    Kevin mendorong tubuh Serena kasar ke sofa bewarna abu berbentuk L di ruang kamarnya. "Mmmh!" Erangan sakit terdengar lirih, Serena menyentuh dahinya yang memar karena benturan barusan di pegangan sofa. Kepalanya berputar dan visinya menjadi gelap sesaat. Baru saja Serena akan mengangkat tubuhnya bangun, namun terhenti saat tekanan berat dari belakangnya menekannya kembali.Serena berontak panik, dan berusaha kabur menjauh dari jangkauan tangan Kevin yang memegangnya erat dan intim. "Berhenti... Tidak, Kevin!"Kevin mengabaikan rengekan Serena di bawahnya, tangannya mencengkram kedua tangan Serena di atas kepala, dan menggunakan tangan satunya menarik paksa kemeja Serena, merobeknya kasar sampai meninggalkan jejak goresan dari serat kain di kulit putih pucatnya.Serena terkesiap, merasa kedinginan dari pendingin ruangan yang kini menampar punggung telanjangnya hingga membuat dia menggigil. Kevin tidak main-main saat dia berkata ingin mengurungnya dan menyetubuhinya sampai dia tidak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status