Home / Romansa / Hasrat Liar Mantan Posesif / Bab 5 - Karena Kebencian

Share

Bab 5 - Karena Kebencian

Author: R. Sheehan
last update Last Updated: 2025-02-01 10:38:00

Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. 

"Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. 

Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. 

"Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. 

Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. 

"Sudah merasa tenang?" 

"Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" 

"Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pernah melupakan perbuatan buruknya padaku di masa lalu, Yuda. Tidak akan pernah!"

"Lalu apa ini? Jangan bilang karena merindukan wanita itu, kau memanggilnya kemari? Untuk apa? Untuk menemanimu di ranjang? Memangnya kau tidak jijik? Tubuh kotor seperti itu yang telah ditiduri pria lain, kau tidak merasa terhina ikut mencicipinya?!" 

"Bagaimana kalau iya? Aku ketagihan dengan tubuh kotornya yang kau maksud!" Sepasang mata Kevin berkobar marah, entah karena penghinaan yang didengarnya ataukah karena alasan lain. 

Yuda yang terpancing kemarahannya, lantas saja menarik kerah kemeja Kevin. "Kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari pada dirinya. Tidak harus Serena, bangsat! Kalau kau tidak menemukan wanita yang ingin kau tiduri, aku dapat membantumu mencarinya!" 

Kevin menghela napas kemudian, ia meriah kedua tangan sepupunya itu, menjauhkannya dari kerah. Lalu berkata baik-baik untuk menjelaskan rencananya. 

"Aku hanya ingin membalas dendam." 

Yuda tertegun. Tidak percaya. Tetapi kesungguhan ekspresi Kevin, membuat dia goyah. 

"Di masa lalu aku mungkin tidak dapat melakukannya, tapi sekarang berbeda Yuda. Aku punya kesempatan setelah sepuluh tahun tidak bertemu dengannya. Saat aku melihatnya kembali, yang aku pikirkan adalah ingin memberinya rasa sakit yang sama seperti yang aku rasakan dahulu. Apakah alasan ini belum cukup membuatmu percaya mengapa aku tidak bisa melepaskannya begitu saja?"

"Aku memang tidak percaya padamu. Bagaimana kalau kau masih memendam perasaan padanya?!"

"Tidak ada lagi perasaan seperti yang kau khawatirkan itu. Saat aku keluar dari rehabilitasi waktu itu, rasa cintaku padanya berubah jadi benci." 

Kevin yang paham kalau Yuda masih skeptis dengan alasannya, lantas menepuk bahu sepupunya tersebut. Ia paham betul mengapa Yuda harus berekspresi seperti itu apabila dia bertemu dengan Serena. Ia menghargai kepedulian Yuda padanya di atas segalanya. Untuk itu dia tidak mau mengecewakannya lagi. 

"Kau tenang saja, alasan mengapa dia ada di sini berkaitan dengan perusahaan Ruhi yang baru-baru ini ingin aku akuisisi." 

"Kau menggunakan alasan itu untuk melakukan apa?" 

"Aku mau mempermalukan dirinya," kata Kevin sungguh-sungguh, "Aku ingin dia menyadari dimana tempatnya berada. Orang seperti Serena yang tidak tahu terima kasih, aku harus memberinya pelajaran karena telah meremehkan dan menyakiti orang sepertiku!"

*

Di sisi lain, Serena yang mereka bicarakan kini berada di ruang kerja Kevin. Lina Hui dengan perhatian menuangkannya segelas air hangat. Dia menerimanya dengan tatapan berterima kasih. 

"Bolehkah aku pergi ke kamar mandi?" 

"Tentu. Biar aku antar...." Seakan teringat sesuatu, ia mengubah niatnya yang akan membawa Serena ke kamar mandi di ruangan sebelah.

Akhirnya, dia memberitahu Serena letak kamar mandi milik Kevin yang terdapat di dalam ruangan kerjanya. Itu terletak di sebelah kanan meja kerja Kevin, di mana sebuah lounge berada. 

"Kau bisa pakai kamar mandi didalamnya, aku akan menunggumu di sini." 

Mulanya Serena ragu-ragu ingin masuk atau tidak, tapi saat dia membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sebentar, dia akhirnya setuju. "Terima kasih,"

Ruangan itu memiliki satu ranjang, lemari di sisi kiri, kabinet dan kamar mandi di dalam. Begitu Serena membuka pintu, aroma maskulin yang dia kenal menyapu penciumannya. Aroma Kevin yang khas bercampur pengharum ruangan. 

Tanpa sadar, wajahnya memerah. Apalagi saat dia melirik ke atas tempat tidur di mana sepreinya kebetulan berwarna abu-abu. Mengingatkan dirinya tentang kejadian di masa lalu yang pernah dihabiskannya bersama dengan Kevin. 

"Jangan memikirkannya lagi." seru Serena marah mengingatkan. 

Tetapi, meski dia telah berusaha berkata demikian, mensugesti dirinya agar tidak mengingat tentang masa lalu, kenangan itu tetap menyeruak ke dalam benaknya lagi dan lagi. 

Tanpa bisa dirinya cegah, ia hanya bisa menerima pengulangan ingatan itu demi mengingatkan dirinya pula, kesalahan macam apa yang telah dirinya perbuat hingga menyebabkan Kevin berubah seperti ini padanya. 

Serena mengamati wajahnya di depan cermin. Lehernya digerakkan ke kiri dan ke kanan demi mengecek apakah cekikan Yuda meninggalkan bekas atau tidak. Walau samar, terdapat ruam merah tertinggal di sana.

"Bagaimana aku harus menutupi ini sekarang?"

Serena menyalakan kran, mencuci tangan lalu membilasnya dengan handuk yang tergantung di dekat dinding. Saat dia mau keluar, langkah kakinya terhenti sebab kehadiran orang lain yang masuk.

"Kevin?"

Pria itu masih memiliki tatapan tajam dan dingin yang sama. Pada waktu melihat Serena yang kini membeku di hadapannya, ia mengambil langkah maju sedangkan Serena refleks mengambil langkah mundur.

Punggungnya sampai terbentur granit wastafel dan dia terjebak tanpa bisa kemana-mana.

"A-aku pinjam kamar mandimu sebentar, " kata Serena gugup, "Kalau kau mau pakai kamar mandi ini juga, silakan, aku sudah selesai."

Tidak ada tanggapan sama sekali dari Kevin. Pria itu hanya mengerutkan alis saat dia kembali bergerak ke depan lalu sepasang tangannya meraih wajah Serena.

Terkejut dengan sentuhan Kevin, Serena tersentak ingin memalingkan muka tapi cekalan pada rahangnya membuat dia tidak bisa bergerak.

"Angkat kepalamu." titah pria itu sedingin biasanya.

"Apa?"

"Kau tidak tuli!" tegas Kevin yang berarti dia tak suka apabila harus mengulang ucapan.

"Tidak, tidak perlu. Aku baik-baik saja." Serena menolak mendengarkan.

Kevin berdecih, terdengar seperti tertawa sarkas tapi saat Serena melihat pria itu tampilan datar lah yang kembali dilihatnya.

"Kau terlalu menganggap tinggi dirimu, Serena. Aku menyuruhmu mengangkat kepala karena aku ingin melihat apakah ada luka atau tidak."

Serena meringis tatkala lehernya dimiringkan paksa ke belakang. Posisi ini terlalu menyakitkan buatnya dan dia pun merasa tak nyaman. Apalagi saat dia bisa merasakan wajah Kevin yang mendekat. Hembusan napas pria itu membuat kulit tubuhnya merinding.

"Kevin...." panggilnya dengan suara bergetar, campuran antara gugup dan takut.

"Hanya lecet ringan saja," ucap Kevin santai, "Dengan begini kau tak bisa beralasan atau mengancam sepupuku itu untuk keuntunganmu sendiri."

"Apa maksudmu?" tanya Serena tak mengerti.

"Berhenti berpura-pura sebagai wanita naif, Serena. Aku tidak akan tertipu lagi olehmu, begitupula dengan sepupuku itu. Aku hanya ingin memastikan kalau kau tidak menggunakan lecet ringan ini untuk memeras kami berdua. Lagi pula, siapa yang tak tahu kalau kau ini penggila uang? Bisa melakukan apa saja demi itu?"

Mendengar hinaan ini Serena merasakan jantungnya berdenyut sakit. Penggila uang? pikirnya tertawa miris.

"Serendah itukah kau berpikir tentangku?" tanyanya sambil menunjukkan senyum seringai.

Senyum itu nyatanya membuat Kevin semakin emosi. Dada pria itu naik turun dengan cepat dan cengkraman di rahang Serena bertambah kuat seolah dia ingin mematahkan leher cantik ditangannya.

"Kau masih bisa tertawa di situasi seperti ini?" Ada nada berbahaya kala Kevin memeras kalimat demi kalimat terakhir tersebut.

Related chapters

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

    Last Updated : 2025-02-02
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

    Last Updated : 2025-02-03
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 1 - Setelah 10 Tahun

    Kevin mendorong tubuh Serena kasar ke sofa bewarna abu berbentuk L di ruang kamarnya. "Mmmh!" Erangan sakit terdengar lirih, Serena menyentuh dahinya yang memar karena benturan barusan di pegangan sofa. Kepalanya berputar dan visinya menjadi gelap sesaat. Baru saja Serena akan mengangkat tubuhnya bangun, namun terhenti saat tekanan berat dari belakangnya menekannya kembali.Serena berontak panik, dan berusaha kabur menjauh dari jangkauan tangan Kevin yang memegangnya erat dan intim. "Berhenti... Tidak, Kevin!"Kevin mengabaikan rengekan Serena di bawahnya, tangannya mencengkram kedua tangan Serena di atas kepala, dan menggunakan tangan satunya menarik paksa kemeja Serena, merobeknya kasar sampai meninggalkan jejak goresan dari serat kain di kulit putih pucatnya.Serena terkesiap, merasa kedinginan dari pendingin ruangan yang kini menampar punggung telanjangnya hingga membuat dia menggigil. Kevin tidak main-main saat dia berkata ingin mengurungnya dan menyetubuhinya sampai dia tidak

    Last Updated : 2025-01-07
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 2 - Kebencian Yang Besar

    "A-apa yang sebenarnya kau inginkan?"Tawa Kevin langsung terdengar di luar ruangan itu, merasa lucu. Wanita ini sama sekali tidak berubah, masih memiliki rasa kepedulian yang membuatnya muak. Dan itulah kelemahan fatal yang dimiliki Serena. Memikirkannya kembali, wajah Kevin penuh kemenangan, bibirnya sedikit bengkok saat dia berkata dengan suara penuh penekanan, "Berlututlah!"Berlututlah!Sekejam itu Kevin padanya. Mati-matian Serena menahan tangis. Lidahnya dia gigit sangat kuat, menyalurkan sakit hatinya yang meraung penuh sesak.Melihat keterdiaman Serena yang seperti tidak mau. kevin kembali berkata dingin dan acuh tak acuh "Kenapa? Kau tidak mau?"Meraih teh hangat di atas meja dan menyesapnya dengan santai, dia kembali melanjutkan bicara, "Yah ... Itu terserah padamu. Aku hanya perlu melakukan satu panggilan untuk menghancurkan orang yang kau hargai itu."Kevin mengutak-atik ponsel di tangannya seakan-akan ingin melakukan sebuah panggilan saat itu juga, dan kata-kata itu buk

    Last Updated : 2025-01-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 3 - Mood Yang Buruk

    Malam harinya, setibanya Serena di tempat kos, ia mendapati sebuah mobil berwarna merah yang tak asing baginya terparkir di halaman. Itu mobil Ruhi, batinnya seraya menaikkan pandangan untuk melihat siluet sang sahabat, tapi tidak ditemukannya di mana pun.Rupanya, tak jauh dari kompleks kontrakan itu, Ruhi yang dicari oleh Serena sedang berada di restoran sederhana yang lokasinya tak jauh dari situ. Wanita berpakaian elegan, memiliki perawakan 164 sentimeter, wajah cantik dan berkulit putih sedang duduk di kursi plastik demi menunggu pesanannya.Bibi pemilik restoran yang telah akrab dengan wanita berambut panjang itu lalu menyerahkan bungkusan plastik yang dalamnya berisikan mie kwetiau basah pedas dua porsi."Ruhi, ada sate telur di dalamnya, kalian bisa makan bersama nanti." kata bibi paruh baya itu sambil tersenyum."Gratis lagi?" pekik Ruhi tertawa senang. Bibi itu pun menganggukkan kepalanya seraya ikut tertawa."Kalian sudah lama tidak datang kemari. Pasti sibuk bukan? Makan y

    Last Updated : 2025-01-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 4 - Karena Kebencian

    Keesokan harinya, Serena yang memiliki pekerjaan di shift Siang dengan terpaksa menelepon ketua kelompoknya. Memberitahu pada Anez, kalau dia kemungkinan akan telat datang dan minta agar jadwal pekerjaannya di alihkan menjadi shift malam. Beruntung sekali permintaannya langsung dikabulkan dan Anez sendiri yang akan bertukar shift dengannya. "Terima kasih, Nez. Maaf merepotkan." "Tidak masalah. Aku malah senang karena tidak harus begadang dan pulang pagi." Terdengar suara tawa dari seberang panggilan. Tiba saatnya jam makan Siang, Serena lantas bersiap pergi. Ia sudah menerima alamat perusahaan Kevin yang dikirimkan oleh Lina tadi malam. Jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal. Di cek dari gugel map, membutuhkan setengah jam perjalanan menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan Kevin. Dia terbiasa berhemat, dan untuk bertemu dengan Kevin dia telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk menaiki kendaraan umum saja. Taxi yang telah dipesannya sudah menunggu di lantai bawah. Sebel

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 5 - Karena Kebencian

    Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. "Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. "Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. "Sudah merasa tenang?" "Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" "Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pern

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 4 - Karena Kebencian

    Keesokan harinya, Serena yang memiliki pekerjaan di shift Siang dengan terpaksa menelepon ketua kelompoknya. Memberitahu pada Anez, kalau dia kemungkinan akan telat datang dan minta agar jadwal pekerjaannya di alihkan menjadi shift malam. Beruntung sekali permintaannya langsung dikabulkan dan Anez sendiri yang akan bertukar shift dengannya. "Terima kasih, Nez. Maaf merepotkan." "Tidak masalah. Aku malah senang karena tidak harus begadang dan pulang pagi." Terdengar suara tawa dari seberang panggilan. Tiba saatnya jam makan Siang, Serena lantas bersiap pergi. Ia sudah menerima alamat perusahaan Kevin yang dikirimkan oleh Lina tadi malam. Jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal. Di cek dari gugel map, membutuhkan setengah jam perjalanan menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan Kevin. Dia terbiasa berhemat, dan untuk bertemu dengan Kevin dia telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk menaiki kendaraan umum saja. Taxi yang telah dipesannya sudah menunggu di lantai bawah. Sebel

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 3 - Mood Yang Buruk

    Malam harinya, setibanya Serena di tempat kos, ia mendapati sebuah mobil berwarna merah yang tak asing baginya terparkir di halaman. Itu mobil Ruhi, batinnya seraya menaikkan pandangan untuk melihat siluet sang sahabat, tapi tidak ditemukannya di mana pun.Rupanya, tak jauh dari kompleks kontrakan itu, Ruhi yang dicari oleh Serena sedang berada di restoran sederhana yang lokasinya tak jauh dari situ. Wanita berpakaian elegan, memiliki perawakan 164 sentimeter, wajah cantik dan berkulit putih sedang duduk di kursi plastik demi menunggu pesanannya.Bibi pemilik restoran yang telah akrab dengan wanita berambut panjang itu lalu menyerahkan bungkusan plastik yang dalamnya berisikan mie kwetiau basah pedas dua porsi."Ruhi, ada sate telur di dalamnya, kalian bisa makan bersama nanti." kata bibi paruh baya itu sambil tersenyum."Gratis lagi?" pekik Ruhi tertawa senang. Bibi itu pun menganggukkan kepalanya seraya ikut tertawa."Kalian sudah lama tidak datang kemari. Pasti sibuk bukan? Makan y

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 2 - Kebencian Yang Besar

    "A-apa yang sebenarnya kau inginkan?"Tawa Kevin langsung terdengar di luar ruangan itu, merasa lucu. Wanita ini sama sekali tidak berubah, masih memiliki rasa kepedulian yang membuatnya muak. Dan itulah kelemahan fatal yang dimiliki Serena. Memikirkannya kembali, wajah Kevin penuh kemenangan, bibirnya sedikit bengkok saat dia berkata dengan suara penuh penekanan, "Berlututlah!"Berlututlah!Sekejam itu Kevin padanya. Mati-matian Serena menahan tangis. Lidahnya dia gigit sangat kuat, menyalurkan sakit hatinya yang meraung penuh sesak.Melihat keterdiaman Serena yang seperti tidak mau. kevin kembali berkata dingin dan acuh tak acuh "Kenapa? Kau tidak mau?"Meraih teh hangat di atas meja dan menyesapnya dengan santai, dia kembali melanjutkan bicara, "Yah ... Itu terserah padamu. Aku hanya perlu melakukan satu panggilan untuk menghancurkan orang yang kau hargai itu."Kevin mengutak-atik ponsel di tangannya seakan-akan ingin melakukan sebuah panggilan saat itu juga, dan kata-kata itu buk

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 1 - Setelah 10 Tahun

    Kevin mendorong tubuh Serena kasar ke sofa bewarna abu berbentuk L di ruang kamarnya. "Mmmh!" Erangan sakit terdengar lirih, Serena menyentuh dahinya yang memar karena benturan barusan di pegangan sofa. Kepalanya berputar dan visinya menjadi gelap sesaat. Baru saja Serena akan mengangkat tubuhnya bangun, namun terhenti saat tekanan berat dari belakangnya menekannya kembali.Serena berontak panik, dan berusaha kabur menjauh dari jangkauan tangan Kevin yang memegangnya erat dan intim. "Berhenti... Tidak, Kevin!"Kevin mengabaikan rengekan Serena di bawahnya, tangannya mencengkram kedua tangan Serena di atas kepala, dan menggunakan tangan satunya menarik paksa kemeja Serena, merobeknya kasar sampai meninggalkan jejak goresan dari serat kain di kulit putih pucatnya.Serena terkesiap, merasa kedinginan dari pendingin ruangan yang kini menampar punggung telanjangnya hingga membuat dia menggigil. Kevin tidak main-main saat dia berkata ingin mengurungnya dan menyetubuhinya sampai dia tidak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status