Beranda / Romansa / Hasrat Liar Mantan Posesif / Bab 5 - Karena Kebencian

Share

Bab 5 - Karena Kebencian

Penulis: R. Sheehan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-01 10:38:00

Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. 

"Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. 

Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. 

"Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. 

Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. 

"Sudah merasa tenang?" 

"Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" 

"Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pernah melupakan perbuatan buruknya padaku di masa lalu, Yuda. Tidak akan pernah!"

"Lalu apa ini? Jangan bilang karena merindukan wanita itu, kau memanggilnya kemari? Untuk apa? Untuk menemanimu di ranjang? Memangnya kau tidak jijik? Tubuh kotor seperti itu yang telah ditiduri pria lain, kau tidak merasa terhina ikut mencicipinya?!" 

"Bagaimana kalau iya? Aku ketagihan dengan tubuh kotornya yang kau maksud!" Sepasang mata Kevin berkobar marah, entah karena penghinaan yang didengarnya ataukah karena alasan lain. 

Yuda yang terpancing kemarahannya, lantas saja menarik kerah kemeja Kevin. "Kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari pada dirinya. Tidak harus Serena, bangsat! Kalau kau tidak menemukan wanita yang ingin kau tiduri, aku dapat membantumu mencarinya!" 

Kevin menghela napas kemudian, ia meriah kedua tangan sepupunya itu, menjauhkannya dari kerah. Lalu berkata baik-baik untuk menjelaskan rencananya. 

"Aku hanya ingin membalas dendam." 

Yuda tertegun. Tidak percaya. Tetapi kesungguhan ekspresi Kevin, membuat dia goyah. 

"Di masa lalu aku mungkin tidak dapat melakukannya, tapi sekarang berbeda Yuda. Aku punya kesempatan setelah sepuluh tahun tidak bertemu dengannya. Saat aku melihatnya kembali, yang aku pikirkan adalah ingin memberinya rasa sakit yang sama seperti yang aku rasakan dahulu. Apakah alasan ini belum cukup membuatmu percaya mengapa aku tidak bisa melepaskannya begitu saja?"

"Aku memang tidak percaya padamu. Bagaimana kalau kau masih memendam perasaan padanya?!"

"Tidak ada lagi perasaan seperti yang kau khawatirkan itu. Saat aku keluar dari rehabilitasi waktu itu, rasa cintaku padanya berubah jadi benci." 

Kevin yang paham kalau Yuda masih skeptis dengan alasannya, lantas menepuk bahu sepupunya tersebut. Ia paham betul mengapa Yuda harus berekspresi seperti itu apabila dia bertemu dengan Serena. Ia menghargai kepedulian Yuda padanya di atas segalanya. Untuk itu dia tidak mau mengecewakannya lagi. 

"Kau tenang saja, alasan mengapa dia ada di sini berkaitan dengan perusahaan Ruhi yang baru-baru ini ingin aku akuisisi." 

"Kau menggunakan alasan itu untuk melakukan apa?" 

"Aku mau mempermalukan dirinya," kata Kevin sungguh-sungguh, "Aku ingin dia menyadari dimana tempatnya berada. Orang seperti Serena yang tidak tahu terima kasih, aku harus memberinya pelajaran karena telah meremehkan dan menyakiti orang sepertiku!"

*

Di sisi lain, Serena yang mereka bicarakan kini berada di ruang kerja Kevin. Lina Hui dengan perhatian menuangkannya segelas air hangat. Dia menerimanya dengan tatapan berterima kasih. 

"Bolehkah aku pergi ke kamar mandi?" 

"Tentu. Biar aku antar...." Seakan teringat sesuatu, ia mengubah niatnya yang akan membawa Serena ke kamar mandi di ruangan sebelah.

Akhirnya, dia memberitahu Serena letak kamar mandi milik Kevin yang terdapat di dalam ruangan kerjanya. Itu terletak di sebelah kanan meja kerja Kevin, di mana sebuah lounge berada. 

"Kau bisa pakai kamar mandi didalamnya, aku akan menunggumu di sini." 

Mulanya Serena ragu-ragu ingin masuk atau tidak, tapi saat dia membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sebentar, dia akhirnya setuju. "Terima kasih,"

Ruangan itu memiliki satu ranjang, lemari di sisi kiri, kabinet dan kamar mandi di dalam. Begitu Serena membuka pintu, aroma maskulin yang dia kenal menyapu penciumannya. Aroma Kevin yang khas bercampur pengharum ruangan. 

Tanpa sadar, wajahnya memerah. Apalagi saat dia melirik ke atas tempat tidur di mana sepreinya kebetulan berwarna abu-abu. Mengingatkan dirinya tentang kejadian di masa lalu yang pernah dihabiskannya bersama dengan Kevin. 

"Jangan memikirkannya lagi." seru Serena marah mengingatkan. 

Tetapi, meski dia telah berusaha berkata demikian, mensugesti dirinya agar tidak mengingat tentang masa lalu, kenangan itu tetap menyeruak ke dalam benaknya lagi dan lagi. 

Tanpa bisa dirinya cegah, ia hanya bisa menerima pengulangan ingatan itu demi mengingatkan dirinya pula, kesalahan macam apa yang telah dirinya perbuat hingga menyebabkan Kevin berubah seperti ini padanya. 

Serena mengamati wajahnya di depan cermin. Lehernya digerakkan ke kiri dan ke kanan demi mengecek apakah cekikan Yuda meninggalkan bekas atau tidak. Walau samar, terdapat ruam merah tertinggal di sana.

"Bagaimana aku harus menutupi ini sekarang?"

Serena menyalakan kran, mencuci tangan lalu membilasnya dengan handuk yang tergantung di dekat dinding. Saat dia mau keluar, langkah kakinya terhenti sebab kehadiran orang lain yang masuk.

"Kevin?"

Pria itu masih memiliki tatapan tajam dan dingin yang sama. Pada waktu melihat Serena yang kini membeku di hadapannya, ia mengambil langkah maju sedangkan Serena refleks mengambil langkah mundur.

Punggungnya sampai terbentur granit wastafel dan dia terjebak tanpa bisa kemana-mana.

"A-aku pinjam kamar mandimu sebentar, " kata Serena gugup, "Kalau kau mau pakai kamar mandi ini juga, silakan, aku sudah selesai."

Tidak ada tanggapan sama sekali dari Kevin. Pria itu hanya mengerutkan alis saat dia kembali bergerak ke depan lalu sepasang tangannya meraih wajah Serena.

Terkejut dengan sentuhan Kevin, Serena tersentak ingin memalingkan muka tapi cekalan pada rahangnya membuat dia tidak bisa bergerak.

"Angkat kepalamu." titah pria itu sedingin biasanya.

"Apa?"

"Kau tidak tuli!" tegas Kevin yang berarti dia tak suka apabila harus mengulang ucapan.

"Tidak, tidak perlu. Aku baik-baik saja." Serena menolak mendengarkan.

Kevin berdecih, terdengar seperti tertawa sarkas tapi saat Serena melihat pria itu tampilan datar lah yang kembali dilihatnya.

"Kau terlalu menganggap tinggi dirimu, Serena. Aku menyuruhmu mengangkat kepala karena aku ingin melihat apakah ada luka atau tidak."

Serena meringis tatkala lehernya dimiringkan paksa ke belakang. Posisi ini terlalu menyakitkan buatnya dan dia pun merasa tak nyaman. Apalagi saat dia bisa merasakan wajah Kevin yang mendekat. Hembusan napas pria itu membuat kulit tubuhnya merinding.

"Kevin...." panggilnya dengan suara bergetar, campuran antara gugup dan takut.

"Hanya lecet ringan saja," ucap Kevin santai, "Dengan begini kau tak bisa beralasan atau mengancam sepupuku itu untuk keuntunganmu sendiri."

"Apa maksudmu?" tanya Serena tak mengerti.

"Berhenti berpura-pura sebagai wanita naif, Serena. Aku tidak akan tertipu lagi olehmu, begitupula dengan sepupuku itu. Aku hanya ingin memastikan kalau kau tidak menggunakan lecet ringan ini untuk memeras kami berdua. Lagi pula, siapa yang tak tahu kalau kau ini penggila uang? Bisa melakukan apa saja demi itu?"

Mendengar hinaan ini Serena merasakan jantungnya berdenyut sakit. Penggila uang? pikirnya tertawa miris.

"Serendah itukah kau berpikir tentangku?" tanyanya sambil menunjukkan senyum seringai.

Senyum itu nyatanya membuat Kevin semakin emosi. Dada pria itu naik turun dengan cepat dan cengkraman di rahang Serena bertambah kuat seolah dia ingin mematahkan leher cantik ditangannya.

"Kau masih bisa tertawa di situasi seperti ini?" Ada nada berbahaya kala Kevin memeras kalimat demi kalimat terakhir tersebut.

Bab terkait

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 8 - Kemunculan Tiba-Tiba

    Di jam istirahat, atap sekolah merupakan tempat dimana para siswa yang tidak memiliki circle pertemanan setara, untuk melarikan diri. Di sana, seseorang dapat melakukan apa saja tanpa perlu resah dan gelisah diintai oleh banyak pasang mata. Salah satu siswa itu tak lain adalah Serena. Baru sebulan pindah ke sekolah elit, ia telah di-bully oleh beberapa siswi yang tak suka padanya sebab terlalu cantik dan diincar banyak para pemuda. "Kau sering sekali kulihat datang kemari."Serena yang baru saya menyelesaikan makan siangnya menoleh ke arah sumber suara. Ia melepas Airpods di telinga, dan suara musik yang tadi mengalun kini menghilang. Ia dapat mendengar dengan jelas suara seorang pemuda tampan dan jangkung yang bicara padanya. "Ah, pantas saja saat aku memanggil dirimu, kau tidak menyahut. Jadi karena ini." Kevin sedikit membungkuk demi mengambil Airpods di tangan Serena. "Kau mencariku?" Serena bertanya bingung karena selalu bertemu dengan Kevin di atap sekolah. Entah apakah itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 9 - Kemunculan Tiba-tiba

    "Serena, ini sudah tahun ke lima kau bekerja di sini. Bapak sejujurnya senang dengan keuletan dan semangatmu selama bekerja." ucap Pak Wawan berbasa-basi.Serena merasa risih karena tiba-tiba membicarakan tentangnya. Apalagi di ruangan ini bukan cuma ada mereka berdua saja, melainkan juga ada Kevin dan kaki tangannya duduk mendengarkan. Apa tidak bisa kedua pria itu disuruh pergi dulu?"Ya, Pak, benar," jawab Serena membenarkan. Meski tak tahu mengapa Pak Wawan mengungkit hal ini, dalam benaknya ia merasakan firasat buruk yang samar."Karena sudah lima tahun, kau pun pasti tahu bahwa pinjamanmu pada perusahaan perlu dilunasi."Begitu kata hutang dibahas di sini, ekspresi Serena langsung berubah. Seketika itu ia menyela demi menghentikan manajernya ini merembet kemana-mana. "Pak Wawan, untuk masalah ini, bisakah tolong kita bicarakan berdua saja? Saya akan datang menemui bapak lagi, setelah bapak selesai dengan urusan bapak dengan tamu penting ini."Usai mengatakan itu, Serena berdiri

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 10 - Transaksi 10 Juta

    Serena tidak tahu dimana letak kesalahannya hingga dia harus mendapatkan penghinaan ini. 10 juta untuk setiap kali dia tidur dengan Kevin? Apakah menurutnya, aku telah menjadi sehina itu? Walaupun hatinya terasa sakit, seperti terkoyak dan hancur berkeping-keping, namun Serena tidak menampakkan kelemahannya untuk diketahui oleh Kevin yang teramat membencinya. Seolah penawaran tentang tubuhnya bukanlah apa-apa, Serena menunjukkan senyum mengejek ke arah Kevin yang tengah menunggu. "Untuk orang sekelas direktur sepertimu, menawarkan 10 juta setiap kali tidur denganku, apakah tidak terlalu murah? Tidakkah hal itu akan membuat hati nuranimu bersalah?"Kevin hanya terkekeh, dan dengan sepasang mata birunya yang dingin, ia pun membalas dengan hinaan yang lebih besar, "Kau harus sadar dengan nilai dirimu, Serena. Kau yang hanya wanita bekas pria lain, apakah masih bisa diberi harga tinggi selain 10 juta itu? Harga yang aku tawarkan, adalah harga yang paling masuk akal. Oh, tapi tentu saja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 11 - Transaksi 10 Juta

    Kevin menatap Serena dengan intens, matanya yang biru menyala penuh keinginan. Jemarinya menyusuri garis rahang wanita itu, mempermainkan ujung dagunya sebelum kembali menutup jarak di antara mereka. Bibirnya menekan bibir Serena, kali ini lebih dalam, lebih menuntut.Serena tersentak, tapi bukan karena ketakutan—lebih kepada ketidaktahuannya bagaimana harus merespons. Kevin bukan pria yang sabar ketika menginginkan sesuatu, dan Serena bisa merasakannya dari cara bibir pria itu bergerak di atas miliknya.Tangannya terangkat, secara naluriah menyentuh dada Kevin yang bidang di balik kemeja tipisnya. Ia bisa merasakan kehangatan tubuh pria itu, detak jantung yang keras seakan menunjukkan betapa ia menikmati momen ini dengan penuh semangat. Kevin menarik napas di sela ciuman mereka, membiarkan hidungnya bersentuhan dengan hidung Serena. "Kau terlalu kaku. Tidak bisakah kau rileks?" gumamnya rendah, suaranya serak dan bergetar bercampur gairah. Serena tidak bisa menjawab. Ia hampir lupa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 12 - Bintang Di Langit

    Serena duduk di kursi kayu di depan kamar kosnya. Udara malam cukup sejuk, membelai kulitnya yang lelah setelah seharian bekerja di pabrik. Tangannya menggenggam secangkir kopi hangat yang sudah mulai mendingin, sementara tatapannya kosong, mengarah ke langit yang dipenuhi bintang."Tumben sekali bintang kelihatan dengan jelas malam ini." Ia bergumam lirih seraya menyeruput kopi di tangan. Kesunyian menyelimuti gang sempit tempat kos Serena berada. Sesekali terdengar suara kendaraan dari jalan raya di kejauhan, tapi selebihnya hanya ada desiran angin dan suara televisi dari kamar sebelah. Serena menarik napas panjang, membiarkan dadanya naik turun dengan berat.Lelah. Bukan hanya tubuhnya, tapi juga jiwanya.Ia memeluk dirinya sendiri, merasakan kedinginan yang bukan hanya berasal dari udara malam, tetapi juga dari kesepian yang semakin menggigit.Di pabrik tadi, Ayu menatapnya dengan kekhawatiran yang nyata. Terus bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia tidak bisa m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 1 - Setelah 10 Tahun

    Kevin mendorong tubuh Serena kasar ke sofa bewarna abu berbentuk L di ruang kamarnya. "Mmmh!" Erangan sakit terdengar lirih, Serena menyentuh dahinya yang memar karena benturan barusan di pegangan sofa. Kepalanya berputar dan visinya menjadi gelap sesaat. Baru saja Serena akan mengangkat tubuhnya bangun, namun terhenti saat tekanan berat dari belakangnya menekannya kembali.Serena berontak panik, dan berusaha kabur menjauh dari jangkauan tangan Kevin yang memegangnya erat dan intim. "Berhenti... Tidak, Kevin!"Kevin mengabaikan rengekan Serena di bawahnya, tangannya mencengkram kedua tangan Serena di atas kepala, dan menggunakan tangan satunya menarik paksa kemeja Serena, merobeknya kasar sampai meninggalkan jejak goresan dari serat kain di kulit putih pucatnya.Serena terkesiap, merasa kedinginan dari pendingin ruangan yang kini menampar punggung telanjangnya hingga membuat dia menggigil. Kevin tidak main-main saat dia berkata ingin mengurungnya dan menyetubuhinya sampai dia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 12 - Bintang Di Langit

    Serena duduk di kursi kayu di depan kamar kosnya. Udara malam cukup sejuk, membelai kulitnya yang lelah setelah seharian bekerja di pabrik. Tangannya menggenggam secangkir kopi hangat yang sudah mulai mendingin, sementara tatapannya kosong, mengarah ke langit yang dipenuhi bintang."Tumben sekali bintang kelihatan dengan jelas malam ini." Ia bergumam lirih seraya menyeruput kopi di tangan. Kesunyian menyelimuti gang sempit tempat kos Serena berada. Sesekali terdengar suara kendaraan dari jalan raya di kejauhan, tapi selebihnya hanya ada desiran angin dan suara televisi dari kamar sebelah. Serena menarik napas panjang, membiarkan dadanya naik turun dengan berat.Lelah. Bukan hanya tubuhnya, tapi juga jiwanya.Ia memeluk dirinya sendiri, merasakan kedinginan yang bukan hanya berasal dari udara malam, tetapi juga dari kesepian yang semakin menggigit.Di pabrik tadi, Ayu menatapnya dengan kekhawatiran yang nyata. Terus bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia tidak bisa m

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 11 - Transaksi 10 Juta

    Kevin menatap Serena dengan intens, matanya yang biru menyala penuh keinginan. Jemarinya menyusuri garis rahang wanita itu, mempermainkan ujung dagunya sebelum kembali menutup jarak di antara mereka. Bibirnya menekan bibir Serena, kali ini lebih dalam, lebih menuntut.Serena tersentak, tapi bukan karena ketakutan—lebih kepada ketidaktahuannya bagaimana harus merespons. Kevin bukan pria yang sabar ketika menginginkan sesuatu, dan Serena bisa merasakannya dari cara bibir pria itu bergerak di atas miliknya.Tangannya terangkat, secara naluriah menyentuh dada Kevin yang bidang di balik kemeja tipisnya. Ia bisa merasakan kehangatan tubuh pria itu, detak jantung yang keras seakan menunjukkan betapa ia menikmati momen ini dengan penuh semangat. Kevin menarik napas di sela ciuman mereka, membiarkan hidungnya bersentuhan dengan hidung Serena. "Kau terlalu kaku. Tidak bisakah kau rileks?" gumamnya rendah, suaranya serak dan bergetar bercampur gairah. Serena tidak bisa menjawab. Ia hampir lupa

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 10 - Transaksi 10 Juta

    Serena tidak tahu dimana letak kesalahannya hingga dia harus mendapatkan penghinaan ini. 10 juta untuk setiap kali dia tidur dengan Kevin? Apakah menurutnya, aku telah menjadi sehina itu? Walaupun hatinya terasa sakit, seperti terkoyak dan hancur berkeping-keping, namun Serena tidak menampakkan kelemahannya untuk diketahui oleh Kevin yang teramat membencinya. Seolah penawaran tentang tubuhnya bukanlah apa-apa, Serena menunjukkan senyum mengejek ke arah Kevin yang tengah menunggu. "Untuk orang sekelas direktur sepertimu, menawarkan 10 juta setiap kali tidur denganku, apakah tidak terlalu murah? Tidakkah hal itu akan membuat hati nuranimu bersalah?"Kevin hanya terkekeh, dan dengan sepasang mata birunya yang dingin, ia pun membalas dengan hinaan yang lebih besar, "Kau harus sadar dengan nilai dirimu, Serena. Kau yang hanya wanita bekas pria lain, apakah masih bisa diberi harga tinggi selain 10 juta itu? Harga yang aku tawarkan, adalah harga yang paling masuk akal. Oh, tapi tentu saja

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 9 - Kemunculan Tiba-tiba

    "Serena, ini sudah tahun ke lima kau bekerja di sini. Bapak sejujurnya senang dengan keuletan dan semangatmu selama bekerja." ucap Pak Wawan berbasa-basi.Serena merasa risih karena tiba-tiba membicarakan tentangnya. Apalagi di ruangan ini bukan cuma ada mereka berdua saja, melainkan juga ada Kevin dan kaki tangannya duduk mendengarkan. Apa tidak bisa kedua pria itu disuruh pergi dulu?"Ya, Pak, benar," jawab Serena membenarkan. Meski tak tahu mengapa Pak Wawan mengungkit hal ini, dalam benaknya ia merasakan firasat buruk yang samar."Karena sudah lima tahun, kau pun pasti tahu bahwa pinjamanmu pada perusahaan perlu dilunasi."Begitu kata hutang dibahas di sini, ekspresi Serena langsung berubah. Seketika itu ia menyela demi menghentikan manajernya ini merembet kemana-mana. "Pak Wawan, untuk masalah ini, bisakah tolong kita bicarakan berdua saja? Saya akan datang menemui bapak lagi, setelah bapak selesai dengan urusan bapak dengan tamu penting ini."Usai mengatakan itu, Serena berdiri

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 8 - Kemunculan Tiba-Tiba

    Di jam istirahat, atap sekolah merupakan tempat dimana para siswa yang tidak memiliki circle pertemanan setara, untuk melarikan diri. Di sana, seseorang dapat melakukan apa saja tanpa perlu resah dan gelisah diintai oleh banyak pasang mata. Salah satu siswa itu tak lain adalah Serena. Baru sebulan pindah ke sekolah elit, ia telah di-bully oleh beberapa siswi yang tak suka padanya sebab terlalu cantik dan diincar banyak para pemuda. "Kau sering sekali kulihat datang kemari."Serena yang baru saya menyelesaikan makan siangnya menoleh ke arah sumber suara. Ia melepas Airpods di telinga, dan suara musik yang tadi mengalun kini menghilang. Ia dapat mendengar dengan jelas suara seorang pemuda tampan dan jangkung yang bicara padanya. "Ah, pantas saja saat aku memanggil dirimu, kau tidak menyahut. Jadi karena ini." Kevin sedikit membungkuk demi mengambil Airpods di tangan Serena. "Kau mencariku?" Serena bertanya bingung karena selalu bertemu dengan Kevin di atap sekolah. Entah apakah itu

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 5 - Karena Kebencian

    Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. "Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. "Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. "Sudah merasa tenang?" "Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" "Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pern

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 4 - Karena Kebencian

    Keesokan harinya, Serena yang memiliki pekerjaan di shift Siang dengan terpaksa menelepon ketua kelompoknya. Memberitahu pada Anez, kalau dia kemungkinan akan telat datang dan minta agar jadwal pekerjaannya di alihkan menjadi shift malam. Beruntung sekali permintaannya langsung dikabulkan dan Anez sendiri yang akan bertukar shift dengannya. "Terima kasih, Nez. Maaf merepotkan." "Tidak masalah. Aku malah senang karena tidak harus begadang dan pulang pagi." Terdengar suara tawa dari seberang panggilan. Tiba saatnya jam makan Siang, Serena lantas bersiap pergi. Ia sudah menerima alamat perusahaan Kevin yang dikirimkan oleh Lina tadi malam. Jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal. Di cek dari gugel map, membutuhkan setengah jam perjalanan menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan Kevin. Dia terbiasa berhemat, dan untuk bertemu dengan Kevin dia telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk menaiki kendaraan umum saja. Taxi yang telah dipesannya sudah menunggu di lantai bawah. Sebel

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status