Home / Romansa / Hasrat Liar Mantan Posesif / Bab 2 - Kebencian Yang Besar

Share

Bab 2 - Kebencian Yang Besar

Author: R. Sheehan
last update Last Updated: 2025-01-08 18:04:29

"A-apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Tawa Kevin langsung terdengar di luar ruangan itu, merasa lucu. Wanita ini sama sekali tidak berubah, masih memiliki rasa kepedulian yang membuatnya muak. Dan itulah kelemahan fatal yang dimiliki Serena.

Memikirkannya kembali, wajah Kevin penuh kemenangan, bibirnya sedikit bengkok saat dia berkata dengan suara penuh penekanan, "Berlututlah!"

Berlututlah!

Sekejam itu Kevin padanya. Mati-matian Serena menahan tangis. Lidahnya dia gigit sangat kuat, menyalurkan sakit hatinya yang meraung penuh sesak.

Melihat keterdiaman Serena yang seperti tidak mau. kevin kembali berkata dingin dan acuh tak acuh "Kenapa? Kau tidak mau?"

Meraih teh hangat di atas meja dan menyesapnya dengan santai, dia kembali melanjutkan bicara, "Yah ... Itu terserah padamu. Aku hanya perlu melakukan satu panggilan untuk menghancurkan orang yang kau hargai itu."

Kevin mengutak-atik ponsel di tangannya seakan-akan ingin melakukan sebuah panggilan saat itu juga, dan kata-kata itu bukanlah ancaman di siang bolong.

Dengan kaki kiri lebih dulu dia jatuhkan, Serena mulai berlutut. Kepalanya menunduk dalam, dan rasa anyir darah dari lidahnya yang koyak, memenuhi mulutnya. Mengaburkan penghinaan yang merasuk dalam dirinya.

Tidak apa-apa. Berlutut bukan seolah-olah dia tidak bisa melakukan. Harga diri? Dia sudah kehilangan berkali-kali di masa lalu dan dia tidak lagi peduli.

Selama Kevin memegang perkataan, apa pun yang pria itu ingin suruh lakukan, selama dia tidak keterlaluan, dia akan berusaha memenuhinya. Bahkan jika dalam proses itu dia akan dihina atau diperlakukan kejam, dia bersedia melakukannya.

Melihat Serena yang tanpa pikir panjang langsung memenuhi perintahnya, dibandingkan sukacita yang Kevin rasakan saat ini, perasaan marah dan tertekan mengguncang tubuhnya.

"Demi orang lain, kau rela ya melakukan hal hina seperti ini?! Saat aku memintamu baik-baik, kau menolak dengan tegasnya!" Kevin membatin marah.

Kevin menatap rendah pada sosok Serena yang kini berlutut, tanpa sepengetahuan wanita itu, satu tangannya terkepal kuat.

"Mendekatlah! Biar aku lihat, wajah macam apa yang kau tunjukkan setelah bersedia berlutut seperti ini padaku!" perintahnya lagi terdengar jauh lebih dingin.

Serena meneguk ludah, kemudian bergerak ke depan dan berlutut di depan Kevin tanpa sedikit pun jarak. Dari posisinya yang menunduk, ia dapat melihat celana dan sepatu berkilat pria itu yang sedang duduk.

Kevin mengulurkan tangannya, menjepit dagu Serena, membuat wanita itu mendongak dan dia dapat sepenuhnya melihat wajah cantik yang menampilkan ekspresi keengganan. "Kenapa kau harus membuatku mengeluarkan ancaman lebih dulu untuk membuatmu menurut padaku, Serena?!"

Serena terdiam, namun bibirnya bergetar dari menahan sakit akibat cengkraman di dagu terlalu kuat.

"Meskipun aku sangat membencimu ...." kata Kevin. Jari panjangnya lantas bergerak, menekan bibir merah tanpa polesan lipstik itu seolah ingin mencakarnya, "Tapi aku tidak dapat membohongi diriku yang langsung bergairah ketika melihatmu, Serena. Apalagi bibir ini ...."

Mendengar penghinaan itu, ia ingin kembali menunduk atau memalingkan muka tapi Kevin tidak membiarkannya berpaling.

"Kenapa? Apa kau malu? Kenapa harus malu?" ujarnya mengejek, "Aku sudah sering melumat bibir ini dan kau suka saat aku melakukannya. Jadi, kenapa sekarang kau berpura-pura sok suci seolah masih perawan?"

"Hentikan!" Serena memperingatkan dengan suara rendah. Tidak ingin mendengar lebih jauh hinaan yang berkaitan dengan hubungan mereka di masa lalu. "Itu sudah cukup," lanjutnya dengan sepasang mata berkaca-kaca seraya memohon agar Kevin tidak mengorek luka lama yang menghancurkan hatinya.

"Kau ... tidak tahu apa-apa," bisiknya lemah dengan dada sesak luar biasa, "Jadi kumohon berhenti mengungkit masa lalu."

Namun ungkapan ini malah membuat Kevin semakin marah, bertambah salah paham dan menganggap bahwa Serena memang begitu membencinya sampai-sampai tidak mau diingatkan lagi tentang kebersamaan mereka dahulu.

Tubuh pria berotot itu gemetar, usahanya dari tidak meluapkan kemarahannya dengan cara yang salah seperti melayangkan tangan.

"Serena, kau tidak tahu seberapa sakitnya hatiku telah kau sakiti, kan?"

"Tidak, aku tidak mau mengetahuinya," Serena menolak untuk mendengarkan. Ia bahkan menutup telinga serta memejamkan mata saat ucapan pria itu bergema di telinganya.

"Serena, apa kau tidak mau tahu, bagaimana sakit hatinya aku saat itu?!" Kevin menggeram penuh emosi dengan sepasang mata nyalang seolah ingin membunuh.

Pada wanita yang dulu pernah dicintainya, kontras perlakuannya sungguh mengejutkan sekarang. Apabila dulu dia adalah orang paling terdepan yang akan membela serta menjadikan tubuhnya sendiri sebagai tameng demi tidak membuat gadisnya dilukai, namun saat ini, laki-laki berubah ini lah yang paling membuat Serena merasakan penuh luka.

"Aku tidak mau mendengarkan ... aku tidak mau dengar."

Namun Kevin yang melihatnya begitu, hanya merasakan penghinaan luar biasa dan sakit hati yang menurutnya telah lama hilang tak disangka kembali ke permukaan. Ia tidak tahu setan apa yang merasuki dirinya, saat kemudian tanpa pikir panjang, dengan gila menarik Serena dalam pelukannya, menyatukan kedua tubuh penuh luka luar dan dalam itu seakan ingin menjadikannya satu tubuh.

Ciuman itu jatuh begitu keras, dan Serena dibangunkan oleh rasa sakit yang parah akibat benturan bibir mereka.

"Buka mulut!" Kevin memerintah tak sabaran. Raut tenangnya berubah gila, dan sepasang matanya diliputi nafsu.

"Ke-Kevin---" Serena bergumam. Sepasang mata keduanya bertemu, takut dan bergairah saling berpandangan.

Kevin menekan lebih kuat kedua pipi Serena karena keinginannya tidak terpenuhi. Saat Serena merasakan gigitan menusuk kulit di dalam mulutnya, ia memekik kesakitan tapi rintihannya teredam ciuman mereka. Air mata fisiologis mengalir dari kelopak matanya, jatuh dan bercampur dengan ciuman berdarah.

Tidak puas dengan kontak fisik itu, Kevin mengangkat Serena, setengah membaringkannya di atas pangkuan dan kursi panjang yang diduduki.

"Jangan ... Kevin!" Serena merentangkan lehernya tatkala ciuman keras kini beralih di bawah dagu.

Seolah kehilangan akal, Kevin membuka kancing kemeja Serena, ingin menyetubuhinya di sana.

Serena yang langsung sadar dengan apa yang Kevin bakal perbuat seketika memberontak. Kevin baru bisa pulih saat tamparan keras menyentuh pipi kanannya.

Plak!

"Kubilang hentikan!" Napas Serena terengah-engah, begitu pula Kevin yang tampilan anggunnya berubah berantakan.

Menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya, Kevin melemparkan Serena menjauh dari tubuhnya hingga wanita itu jatuh di atas lantai bertekstur bebatuan.

Sial!

Kevin mengumpat. Ekspresi wajahnya tampak buruk. Lagi-lagi dia kalah. Mengapa dia tidak juga belajar dari kesalahan masa lalunya? Bukankah dia telah mengenal betul kebusukan wanita di depannya itu? Namun mengapa, masih juga jatuh dalam pesonanya yang busuk?

"Melihatmu yang merendah seperti ini, Serena kau sangat cocok di posisi itu!" ucap Kevin penuh hinaan lalu pergi dengan marah dan langkah besar yang menghentak.

Mendengar pintu kaca dibanting keras dari arah belakangnya, Serena membuka mulutnya terengah-engah, darah merah bercampur air liur mengalir di sudut bibirnya, dan air mata yang selama ini dia tahan tidak terbendung lagi.

Darah dan air mata sebening kristal jatuh menitik di atas batu halus di sekitar kolam. Meninggalkan jejak basah merah dan bening. Bahunya yang rapuh gemetar. Pandangannya terasa kabur oleh banyaknya air mata.

Serena menangis sebentar, dan saat dia mulai merasa tenang, dia menarik napas pelan, dan menyeka pipinya yang basah diam-diam. Pinggir lidahnya yang tadi dia gigit mulai sakit, dan Serena harus bersyukur untuk itu. Setidaknya dia teralihkan dari hatinya yang menyakitkan dan butuh perhatian tersebut.

Serena berdiri secara tiba-tiba, karena dia tidak hati-hati, tubuhnya sedikit terhuyung dan matanya sedikit gelap sesaat. Lalu matanya kembali normal dan fokus.

Dia keluar dari kolam renang itu dan berjalan pulang dari mansion Kevin. Selama dia pergi keluar, tidak satupun orang dia temui sepanjang jalan. Lebih bagus begitu, pikirnya bersyukur.

Hampir empat jam saat Serena keluar dari tempat kerjanya, dan memenuhi permintaan Kevin untuk bertemu. Walaupun dia tidak yakin apakah kedatangannya dapat membuat pria itu berubah pikiran, karena nyatanya, mereka tidak benar-benar saling bicara atas masalah yang seharusnya perlu dibahas.

Perusahaan keluarga Ruhi diambang kehancuran, dan itu disebabkan olehnya. Ia tak bisa hanya diam dan berpangku tangan. Sebelum dia medapatkan kepastian dari Kevin agar tidak menyebabkan kerusakan di perusahaan sahabatnya, ia tidak mau mundur begitu saja.

"Mungkin lain kali aku harus mencoba bicara lagi padanya." Putusnya diam-diam bertekad. Seolah penghinaan yang diterimanya bukanlah apa-apa. Semangatnya untuk memulihkan keadaan sahabatnya tak luntur begitu saja.

Karena tadi Serena naik taxi untuk mengantarnya, kali ini dia tidak langsung memesan ojek online dan ingin berjalan-jalan sebentar menenangkan pikirannya yang berkecamuk.

Bus yang beroperasi sampai jam 10 malam, membuatnya tidak khawatir ketinggalan angkutan umum. Serena sudah mengecek halte bus yang dekat dari mansion tempat tinggal Kevin. Hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan berjalan kaki menuju ke pemberhentian bus umum terdekat.

Angin sore yang hangat menerbangkan rambut panjang sepinggang Serena dengan lembut. Pohon-pohon rindang di sekitar yang berjajar rapi di sepanjang jalan, menggugurkan dedaunan dan putik bunga, menemani wanita itu dalam kepulangannya.

Hatinya sudah kembali seperti semula, hampa dan kosong. Meski lebih baik dari pada saat bertemu Kevin dan hatinya berdarah-darah lagi, perasaan tanpa apa pun ini membuat dia lebih sangat tidak nyaman. Seolah dirinya diingatkan bahwa tidak ada seorang pun yang berarti yang tinggal di sisinya.

Kepergian Serena dari mansion diawasi oleh Kevin dari lantai atas kamarnya. Setelah tadi dia kehilangan kendali sebab amarah, ia merasakan kebencian, penghinaan, serta perasaan asing yang tak mau diingatnya menyeruak ke permukaan. Mengakibatkan kegelisahan dan perasaan ekstrim untuk memiliki wanita itu lagi meski pikiran rasionalitasnya terus berkata tidak.

"Tidak, tidak boleh lengah lagi." bisik Kevin seraya mengepalkan tinjunya. Ia membanting tangan yang terkepal itu pada dinding kokoh di sampingnya. Seakan tidak merasakan sakit dari buku jarinya yang terluka, Kevin menutup tirai jendela. Kembali mengisolasi dirinya dari pandangan sosok wanita itu yang telah menghilang dari pandangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 3 - Mood Yang Buruk

    Malam harinya, setibanya Serena di tempat kos, ia mendapati sebuah mobil berwarna merah yang tak asing baginya terparkir di halaman. Itu mobil Ruhi, batinnya seraya menaikkan pandangan untuk melihat siluet sang sahabat, tapi tidak ditemukannya di mana pun.Rupanya, tak jauh dari kompleks kontrakan itu, Ruhi yang dicari oleh Serena sedang berada di restoran sederhana yang lokasinya tak jauh dari situ. Wanita berpakaian elegan, memiliki perawakan 164 sentimeter, wajah cantik dan berkulit putih sedang duduk di kursi plastik demi menunggu pesanannya.Bibi pemilik restoran yang telah akrab dengan wanita berambut panjang itu lalu menyerahkan bungkusan plastik yang dalamnya berisikan mie kwetiau basah pedas dua porsi."Ruhi, ada sate telur di dalamnya, kalian bisa makan bersama nanti." kata bibi paruh baya itu sambil tersenyum."Gratis lagi?" pekik Ruhi tertawa senang. Bibi itu pun menganggukkan kepalanya seraya ikut tertawa."Kalian sudah lama tidak datang kemari. Pasti sibuk bukan? Makan y

    Last Updated : 2025-01-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 4 - Karena Kebencian

    Keesokan harinya, Serena yang memiliki pekerjaan di shift Siang dengan terpaksa menelepon ketua kelompoknya. Memberitahu pada Anez, kalau dia kemungkinan akan telat datang dan minta agar jadwal pekerjaannya di alihkan menjadi shift malam. Beruntung sekali permintaannya langsung dikabulkan dan Anez sendiri yang akan bertukar shift dengannya. "Terima kasih, Nez. Maaf merepotkan." "Tidak masalah. Aku malah senang karena tidak harus begadang dan pulang pagi." Terdengar suara tawa dari seberang panggilan. Tiba saatnya jam makan Siang, Serena lantas bersiap pergi. Ia sudah menerima alamat perusahaan Kevin yang dikirimkan oleh Lina tadi malam. Jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal. Di cek dari gugel map, membutuhkan setengah jam perjalanan menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan Kevin. Dia terbiasa berhemat, dan untuk bertemu dengan Kevin dia telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk menaiki kendaraan umum saja. Taxi yang telah dipesannya sudah menunggu di lantai bawah. Sebel

    Last Updated : 2025-01-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 5 - Karena Kebencian

    Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. "Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. "Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. "Sudah merasa tenang?" "Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" "Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pern

    Last Updated : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

    Last Updated : 2025-02-02
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

    Last Updated : 2025-02-03
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 8 - Kemunculan Tiba-Tiba

    Di jam istirahat, atap sekolah merupakan tempat dimana para siswa yang tidak memiliki circle pertemanan setara, untuk melarikan diri. Di sana, seseorang dapat melakukan apa saja tanpa perlu resah dan gelisah diintai oleh banyak pasang mata. Salah satu siswa itu tak lain adalah Serena. Baru sebulan pindah ke sekolah elit, ia telah di-bully oleh beberapa siswi yang tak suka padanya sebab terlalu cantik dan diincar banyak para pemuda. "Kau sering sekali kulihat datang kemari."Serena yang baru saya menyelesaikan makan siangnya menoleh ke arah sumber suara. Ia melepas Airpods di telinga, dan suara musik yang tadi mengalun kini menghilang. Ia dapat mendengar dengan jelas suara seorang pemuda tampan dan jangkung yang bicara padanya. "Ah, pantas saja saat aku memanggil dirimu, kau tidak menyahut. Jadi karena ini." Kevin sedikit membungkuk demi mengambil Airpods di tangan Serena. "Kau mencariku?" Serena bertanya bingung karena selalu bertemu dengan Kevin di atap sekolah. Entah apakah itu

    Last Updated : 2025-02-05
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 9 - Kemunculan Tiba-tiba

    "Serena, ini sudah tahun ke lima kau bekerja di sini. Bapak sejujurnya senang dengan keuletan dan semangatmu selama bekerja." ucap Pak Wawan berbasa-basi.Serena merasa risih karena tiba-tiba membicarakan tentangnya. Apalagi di ruangan ini bukan cuma ada mereka berdua saja, melainkan juga ada Kevin dan kaki tangannya duduk mendengarkan. Apa tidak bisa kedua pria itu disuruh pergi dulu?"Ya, Pak, benar," jawab Serena membenarkan. Meski tak tahu mengapa Pak Wawan mengungkit hal ini, dalam benaknya ia merasakan firasat buruk yang samar."Karena sudah lima tahun, kau pun pasti tahu bahwa pinjamanmu pada perusahaan perlu dilunasi."Begitu kata hutang dibahas di sini, ekspresi Serena langsung berubah. Seketika itu ia menyela demi menghentikan manajernya ini merembet kemana-mana. "Pak Wawan, untuk masalah ini, bisakah tolong kita bicarakan berdua saja? Saya akan datang menemui bapak lagi, setelah bapak selesai dengan urusan bapak dengan tamu penting ini."Usai mengatakan itu, Serena berdiri

    Last Updated : 2025-02-08
  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 10 - Transaksi 10 Juta

    Serena tidak tahu dimana letak kesalahannya hingga dia harus mendapatkan penghinaan ini. 10 juta untuk setiap kali dia tidur dengan Kevin? Apakah menurutnya, aku telah menjadi sehina itu? Walaupun hatinya terasa sakit, seperti terkoyak dan hancur berkeping-keping, namun Serena tidak menampakkan kelemahannya untuk diketahui oleh Kevin yang teramat membencinya. Seolah penawaran tentang tubuhnya bukanlah apa-apa, Serena menunjukkan senyum mengejek ke arah Kevin yang tengah menunggu. "Untuk orang sekelas direktur sepertimu, menawarkan 10 juta setiap kali tidur denganku, apakah tidak terlalu murah? Tidakkah hal itu akan membuat hati nuranimu bersalah?"Kevin hanya terkekeh, dan dengan sepasang mata birunya yang dingin, ia pun membalas dengan hinaan yang lebih besar, "Kau harus sadar dengan nilai dirimu, Serena. Kau yang hanya wanita bekas pria lain, apakah masih bisa diberi harga tinggi selain 10 juta itu? Harga yang aku tawarkan, adalah harga yang paling masuk akal. Oh, tapi tentu saja

    Last Updated : 2025-02-09

Latest chapter

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 12 - Bintang Di Langit

    Serena duduk di kursi kayu di depan kamar kosnya. Udara malam cukup sejuk, membelai kulitnya yang lelah setelah seharian bekerja di pabrik. Tangannya menggenggam secangkir kopi hangat yang sudah mulai mendingin, sementara tatapannya kosong, mengarah ke langit yang dipenuhi bintang."Tumben sekali bintang kelihatan dengan jelas malam ini." Ia bergumam lirih seraya menyeruput kopi di tangan. Kesunyian menyelimuti gang sempit tempat kos Serena berada. Sesekali terdengar suara kendaraan dari jalan raya di kejauhan, tapi selebihnya hanya ada desiran angin dan suara televisi dari kamar sebelah. Serena menarik napas panjang, membiarkan dadanya naik turun dengan berat.Lelah. Bukan hanya tubuhnya, tapi juga jiwanya.Ia memeluk dirinya sendiri, merasakan kedinginan yang bukan hanya berasal dari udara malam, tetapi juga dari kesepian yang semakin menggigit.Di pabrik tadi, Ayu menatapnya dengan kekhawatiran yang nyata. Terus bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia tidak bisa m

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 11 - Transaksi 10 Juta

    Kevin menatap Serena dengan intens, matanya yang biru menyala penuh keinginan. Jemarinya menyusuri garis rahang wanita itu, mempermainkan ujung dagunya sebelum kembali menutup jarak di antara mereka. Bibirnya menekan bibir Serena, kali ini lebih dalam, lebih menuntut.Serena tersentak, tapi bukan karena ketakutan—lebih kepada ketidaktahuannya bagaimana harus merespons. Kevin bukan pria yang sabar ketika menginginkan sesuatu, dan Serena bisa merasakannya dari cara bibir pria itu bergerak di atas miliknya.Tangannya terangkat, secara naluriah menyentuh dada Kevin yang bidang di balik kemeja tipisnya. Ia bisa merasakan kehangatan tubuh pria itu, detak jantung yang keras seakan menunjukkan betapa ia menikmati momen ini dengan penuh semangat. Kevin menarik napas di sela ciuman mereka, membiarkan hidungnya bersentuhan dengan hidung Serena. "Kau terlalu kaku. Tidak bisakah kau rileks?" gumamnya rendah, suaranya serak dan bergetar bercampur gairah. Serena tidak bisa menjawab. Ia hampir lupa

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 10 - Transaksi 10 Juta

    Serena tidak tahu dimana letak kesalahannya hingga dia harus mendapatkan penghinaan ini. 10 juta untuk setiap kali dia tidur dengan Kevin? Apakah menurutnya, aku telah menjadi sehina itu? Walaupun hatinya terasa sakit, seperti terkoyak dan hancur berkeping-keping, namun Serena tidak menampakkan kelemahannya untuk diketahui oleh Kevin yang teramat membencinya. Seolah penawaran tentang tubuhnya bukanlah apa-apa, Serena menunjukkan senyum mengejek ke arah Kevin yang tengah menunggu. "Untuk orang sekelas direktur sepertimu, menawarkan 10 juta setiap kali tidur denganku, apakah tidak terlalu murah? Tidakkah hal itu akan membuat hati nuranimu bersalah?"Kevin hanya terkekeh, dan dengan sepasang mata birunya yang dingin, ia pun membalas dengan hinaan yang lebih besar, "Kau harus sadar dengan nilai dirimu, Serena. Kau yang hanya wanita bekas pria lain, apakah masih bisa diberi harga tinggi selain 10 juta itu? Harga yang aku tawarkan, adalah harga yang paling masuk akal. Oh, tapi tentu saja

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 9 - Kemunculan Tiba-tiba

    "Serena, ini sudah tahun ke lima kau bekerja di sini. Bapak sejujurnya senang dengan keuletan dan semangatmu selama bekerja." ucap Pak Wawan berbasa-basi.Serena merasa risih karena tiba-tiba membicarakan tentangnya. Apalagi di ruangan ini bukan cuma ada mereka berdua saja, melainkan juga ada Kevin dan kaki tangannya duduk mendengarkan. Apa tidak bisa kedua pria itu disuruh pergi dulu?"Ya, Pak, benar," jawab Serena membenarkan. Meski tak tahu mengapa Pak Wawan mengungkit hal ini, dalam benaknya ia merasakan firasat buruk yang samar."Karena sudah lima tahun, kau pun pasti tahu bahwa pinjamanmu pada perusahaan perlu dilunasi."Begitu kata hutang dibahas di sini, ekspresi Serena langsung berubah. Seketika itu ia menyela demi menghentikan manajernya ini merembet kemana-mana. "Pak Wawan, untuk masalah ini, bisakah tolong kita bicarakan berdua saja? Saya akan datang menemui bapak lagi, setelah bapak selesai dengan urusan bapak dengan tamu penting ini."Usai mengatakan itu, Serena berdiri

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 8 - Kemunculan Tiba-Tiba

    Di jam istirahat, atap sekolah merupakan tempat dimana para siswa yang tidak memiliki circle pertemanan setara, untuk melarikan diri. Di sana, seseorang dapat melakukan apa saja tanpa perlu resah dan gelisah diintai oleh banyak pasang mata. Salah satu siswa itu tak lain adalah Serena. Baru sebulan pindah ke sekolah elit, ia telah di-bully oleh beberapa siswi yang tak suka padanya sebab terlalu cantik dan diincar banyak para pemuda. "Kau sering sekali kulihat datang kemari."Serena yang baru saya menyelesaikan makan siangnya menoleh ke arah sumber suara. Ia melepas Airpods di telinga, dan suara musik yang tadi mengalun kini menghilang. Ia dapat mendengar dengan jelas suara seorang pemuda tampan dan jangkung yang bicara padanya. "Ah, pantas saja saat aku memanggil dirimu, kau tidak menyahut. Jadi karena ini." Kevin sedikit membungkuk demi mengambil Airpods di tangan Serena. "Kau mencariku?" Serena bertanya bingung karena selalu bertemu dengan Kevin di atap sekolah. Entah apakah itu

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 7 - Apakah Cinta

    Blam! Pintu kamar mandi dibanting tertutup oleh Kevin. Meninggalkan Serena sendirian di sana dengan ekspresi pucat yang sulit dideskripsikan. Usai kepergian Kevin dari sana, Lina Hui yang awalnya menunggu di luar bergegas masuk. "Apakah terjadi sesuatu?" tanyanya seraya mendekat. Ia sedikit terkejut saat mendapati bahwa wanita cantik di depannya tampak berantakan. Pakaian yang dikenakan Serena terlihat tidak rapi dengan kancing teratasnya terbuka. Memperlihatkan kulit mulus yang terdapat tanda kemerahan serupa tanda ciuman. Serena mengangkat kepalanya yang tadi merunduk. Ia menatap balik pada sepasang mata khawatir itu. "Tidak, tidak ada yang terjadi," Lalu seolah keadaannya bukanlah apa-apa, ia berbalik menghadap cermin, mulai merapikan pakaiannya, mengancingkan kembali kancing yang dilepas dan kemudian, ia berbalik, berjalan melewati Lina tanpa sepatah kata. "Apakah karena direktur...." Lina tidak lanjut mengucapkannya karena merasa bahwa itu percuma. Selain sang direktur yang

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 6 - Apakah Cinta?

    "Lalu kau maunya aku harus bagaimana?" Serena bertanya balik dengan berani, "Aku tahu kau sangat membenciku sekarang. Tetapi, kau pun tidak berhak menuduhku dengan sembarangan, Kevin! "Menuduh kau bilang? Aku tidak menuduhmu!" Kevin mencengkram kedua bahu Serena kuat, membuat wanita itu mengambil langkah mundur hingga punggungnya menabrak keramik wastafel, "Jangan bilang kalau kau lupa, waktu itu kau dan keluargamu yang hina itu telah berani memeras keluargaku!" "Bukankah kau tidak ada bedanya dengan ibumu? Sangat menyukai uang hingga rela melakukan segala cara untuk mendapatkannya." Kevin mendekatkan wajahnya ke telinga Serena, lalu berbisik dengan nada penuh kebencian, "Benar-benar seperti pelacur rendahan!" Walaupun kalimat yang terlontar dari mulut Kevin begitu menyakitkan, Serena terdiam tanpa mampu membantah. Karena memang, apa yang dikatakan oleh Kevin benar. Atas nama hubungan mereka yang salah di masa lalu, ibunya tanpa tahu malu telah meminta uang yang sangat besar pada k

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 5 - Karena Kebencian

    Kevin melirik kekacauan yang terjadi di hadapannya. Melihat Serena yang terduduk menyedihkan di atas lantai marmer dingin itu, ia hanya mengerutkan kening tapi tidak repot-repot untuk membantu wanita itu berdiri. "Pergi bawa dia ke ruanganku." suruhnya pada Lina Hui dengan suara dinginnya. Lina Hui yang belum puas dengan bentakan Yuda, hanya dapat menelan kembali kekesalannya demi mematuhi perintah tuan mudanya untuk membawa Serena pergi dari sana. "Berdirilah, aku akan membawamu ke ruangan lain." ucapnya seraya meraih lengan Serena, membantu wanita itu bangun. Selepas kepergian Serena dan Lina Hui, Kevin melirik ke samping. "Sudah merasa tenang?" "Bagaimana menurutmu?!" tanya Yuda masih emosi. "Apa yang kau lakukan, Kevin?! Menemui wanita itu lagi yang jelas-jelas jadi penyebab dirimu seperti itu? Apa kau sudah lupa akan perbuatannya dahulu padamu? Bila ya, apa perlu aku ingatkan kembali?!" "Mana mungkin aku lupa?" Dengkus Kevin dengan raut wajah mengeras. "Aku tidak akan pern

  • Hasrat Liar Mantan Posesif   Bab 4 - Karena Kebencian

    Keesokan harinya, Serena yang memiliki pekerjaan di shift Siang dengan terpaksa menelepon ketua kelompoknya. Memberitahu pada Anez, kalau dia kemungkinan akan telat datang dan minta agar jadwal pekerjaannya di alihkan menjadi shift malam. Beruntung sekali permintaannya langsung dikabulkan dan Anez sendiri yang akan bertukar shift dengannya. "Terima kasih, Nez. Maaf merepotkan." "Tidak masalah. Aku malah senang karena tidak harus begadang dan pulang pagi." Terdengar suara tawa dari seberang panggilan. Tiba saatnya jam makan Siang, Serena lantas bersiap pergi. Ia sudah menerima alamat perusahaan Kevin yang dikirimkan oleh Lina tadi malam. Jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal. Di cek dari gugel map, membutuhkan setengah jam perjalanan menggunakan taxi untuk sampai ke perusahaan Kevin. Dia terbiasa berhemat, dan untuk bertemu dengan Kevin dia telah mengeluarkan uang lebih hanya untuk menaiki kendaraan umum saja. Taxi yang telah dipesannya sudah menunggu di lantai bawah. Sebel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status