Home / Rumah Tangga / Hasrat Liar Adik Ipar / Bab 1 - Wedding Day

Share

Hasrat Liar Adik Ipar
Hasrat Liar Adik Ipar
Author: Setya Ai Widi

Bab 1 - Wedding Day

Author: Setya Ai Widi
last update Last Updated: 2024-12-06 13:31:12

“Akhirnya, penantian kamu selama ini enggak sia-sia, Fal. Kakak seneng lihat kamu bahagia. Kakak doain, sakinah ma waddah wa rahmah, ya.”

Melalui pantulan cermin di hadapan, Falisha melihat senyum semringah dari wajah Thalita, anak Bude Mirna yang sudah menganggapnya seperti adik kandung sendiri.

“Aamiin, terima kasih, ya, Kak. Berkat doa Kak Lita juga, jadi doa Fal terkabul.” Falisha tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena menikah dengan laki-laki yang selama ini dia kagumi.

“Kalian ini kok masih di sini. Itu keluarga Nak Arka udah pada dateng.” Suara Mirna membuat Falisha dan Thalita sama-sama menoleh. “Nak Arka juga udah nunggu kamu di depan penghulu, Fal. Masa iya, kamu masih di sini?” Wanita itu melanjutkan sembari melangkah tergopoh-gopoh mendekati Falisha yang sudah siap dengan kebaya pengantin yang dikenakan.

“Fal masih gugup katanya, Ma. Malu, mau ketemu calon suami,” bisik Thalita setengah menggoda, membuat pipi Falisha yang merah merona, semakin merah seperti kepiting rebus.

“Kamu ini godain adikmu aja, Lita. Nanti bukannya rasa seneng yang mendominasi, eee ... malah gugup yang menguasai,” tegur Mirna dengan lirikan yang mengundang tawa Thalita.

Sejak keluarga Arkatama datang melamar, Falisha memang tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. Bagaimana tidak? Arka adalah sosok lelaki tampan, mirip Oppa Korea yang kulit putihnya tidak kalah dengan Falisha. Lagi pula, Falisha sudah lama mengagumi Arka dan menginginkan untuk dekat dengannya.

“Berarti Fal harus turun sekarang, ya, Bude? Apa Fal udah cantik? Gimana kalau nanti Mas Arka enggak suka sama penampilan Fal, Bude?” Falisha yang sudah tampil cantik, masih kurang percaya diri saat kembali melihat pantulan dirinya di cermin.

Mirna menggeleng-geleng pelan. Wanita itu keheranan karena sikap insecure Falisha yang entah kapan bisa hilang. Padahal bisa dikatakan, anak satu-satunya mendiang Laras dan Aji itu sungguh cantik luar dalam. Siapa pun yang memilikinya, tentu harus bangga karena tidak banyak perempuan berparas cantik, memiliki kepribadian yang baik seperti Falisha.

“Ya turun sekarang dong, Falisha. Masa iya, tahun depan? Memangnya siapa yang mau jadi mempelai Nak Arka kalau bukan kamu? Masa iya, Bude yang duduk di samping Nak Arka gantiin kamu? Bisa-bisa Pakde kamu langsung ngamuk, acaranya bubar. Kamu gimana, sih, Fal?” omel Mirna yang semakin mengundang tawa Thalita.

“Aduh, aduh. Gini banget, ya, punya Mama yang agak lain.” Thalita masih cekikikan.

“Agak lain, agak lain. Enak aja Mama dibilang agak lain. Meskipun agak lain begini, ini mamamu yang udah besarin kamu, Lita.” Mirna menggerutu, tetapi terlihat lucu. Wanita itu selalu menyayangi anak-anaknya, bagaimana bisa betul-betul mengomel?

“Iya, iya, Bude. Bude cantik, kok. Kak Lita sendiri kali yang agak lain, jadi Bude enggak usah dengerin,” ucap Falisha yang segera berdiri, kemudian mengusap-usap lengan Mirna dengan bibir sedikit menahan tawa. “Yuk, kita turun. Fal udah siap, Bude.”

“Yakin, udah enggak gugup? Jangan malu-maluin ya, nanti? Harus cantik dan anggun seperti orangnya. Iya, kan, Lita?” Mirna meminta persetujuan anak pertamanya.

“Harus, dong. Lagian aku juga udah ajarin Falisha gimana caranya bersikap anggun di depan calon mertua, calon suami dan calon keluarga lainnya. Soalnya kan Falisha bakal jadi pusat perhatian, tuh. Jadi harus perfect.” Thalita memeragakan cara berjalan bak seorang model terkenal. “Ah ... jadi inget waktu aku nikah sama Mas Rian,” gumamnya kemudian.

“Ya udah, kalau Falisha udah siap, mending kita turun sekarang. Bisa-bisa nanti Lita menghalunya enggak selesai-selesai,” ajak Mirna yang lantas menggandeng lengan Falisha.

“Ya gimana enggak menghalu, Bude? Kak Lita juga kan penulis, kerjaannya menghalu sepanjang waktu,” bela Falisha seraya mengikuti langkah budenya keluar kamar.

“Nah, Fal aja tahu, masa Mama enggak tahu?” sahut Thalita yang mengekor di belakang.

“Bukannya enggak tahu, tapi udah apal sebetulnya.” Mirna menimpali. “Turun tangga, ayo langkahnya yang anggun, biar kecantikannya jelas terpancar, gitu,” bisiknya kemudian, sembari melempar senyum kepada para tamu undangan yang tidak lain adalah keluarga dekat Arkatama.

“Ma, yang itu siapa? Tinggi, ganteng pula!” bisik Thalita di telinga mamanya.

“Itu Nak Arsya, adiknya Nak Arka. Waktu lamaran kan dia enggak ikut, karena ada kerjaan di Singapura. Mama denger, dia anaknya enggak kalah pinter dari Nak Arka.” Mirna membalas dengan bisikan. “Tapi awas, ya, dilarang naksir! Suamimu mau dikemanain?”

Thalita justru terkekeh kecil mendengar kalimat kedua Mirna. “Harusnya Mama ingetin Fal, kan dia yang bakal sering ketemu sama adik iparnya itu, bukan aku,” balasnya lagi.

Falisha yang mendengar celoteh Thalita dengan mamanya, secara tidak sengaja turut melayangkan pandang ke arah Arsya yang memang tidak kalah menarik dari Arka. Senyumnya menegaskan ketampanan yang dimilikinya. Namun, seketika Falisha mengalihkan pandang ke arah Arka yang sama sekali tidak memperlihatkan senyum di wajahnya.

Tidak lama setelah itu, pernikahan pun berlangsung dengan lancar. Sesuai kesepakatan awal, keluarga Arkatama memboyong Falisha ke kediaman mereka begitu acara pernikahan selesai dilangsungkan. Dan tibalah Falisha di kediaman keluarga Arka yang luas dan mewah.

“Selamat datang di keluarga kami, Falisha. Mama harap kamu betah tinggal di sini, ya.” Salma, mama Arka menghambur memeluk Falisha yang baru saja resmi menjadi anak menantunya. “Oh ya, kalian enggak usah buru-buru mikir buat pindah rumah. Mama sama Papa mau, Falisha tetap tinggal di sini sama kami. Lagian buat apa rumah baru? Nanti sayang rumah ini enggak ada yang nempatin,” lanjutnya sembari mengurai dekapan.

Falisha mengerutkan dahi. “Enggak ada yang nempatin? Maksud Mama?”

“Papa sama Mama masih suka sibuk bolak-balik keluar kota mengurus masalah bisnis. Jadi sayang, kan, kalau rumah ini sepi? Jadi Papa setuju aja sama Mama, kalau lebih baik Falisha di sini biar kalau kita pulang jadi ramai, ada yang menyambut,” jelas Wilis, papa Arka.

“Nah, betul itu kata Papa.” Salma menimpali. “Ya udah, gih, Arka bawa istrinya ke kamar. Kalian pasti capek, kan? Jadi bisa bebersih badan dulu, istirahat, biar nanti power-nya kenceng, ya, kan, Pa?” godanya sambil melirik Arka yang sibuk dengan benda pipih di tangan.

“Iya, Ma.” Arka dengan patuh mengikuti arahan Salma. Dia pun membawa Falisha menuju kamar, dibantu asisten rumah tangga yang membawakan koper milik Falisha.

Setibanya di tempat yang dituju, Falisha takjub melihat luasnya kamar Arka yang bersih dan rapi. Senyum simpul terukir di wajahnya.

“Taruh di situ, ya, Bi. Beresin nanti aja, saya keburu rehat, capek.” Arka menunjuk sudut ruang kamar.

Begitu asisten rumah tangga keluar, Arka segera menutup pintu kamar.

Tanpa diminta, Falisha mendekati sang suami, hendak membantu melepas setelan jas yang dikenakan. Namun, tangannya yang baru terangkat di udara mendadak terhenti ketika mendengar kalimat Arka.

“Aku bisa sendiri,” ujar Arka dingin dengan tatap tajam sekilas, kemudian menjauh dari Falisha. “Oh ya, asal kamu tahu. Aku menikahi kamu karena permintaan Mama-Papa. Pernikahan kita tadi cuma hitam di atas putih, jadi jangan pernah berharap lebih, karena aku sama sekali enggak cinta sama kamu.”

Mendengar kalimat Arka seakan mendengar petir menggelegar yang memekakkan telinga. Falisha sungguh tidak menyangka, kebahagiaannya di hari pertama pernikahannya dengan Arka, harus terhempas begitu saja. Lantas, bisakah Falisha mengambil hati suaminya?

Related chapters

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 2 - Sentuhan Lembut

    “Selamat pagi, menantu Mama yang cantik. Gimana tidurnya semalem? Nyenyak?” Salma yang sedang sibuk membantu asisten rumah tangga menyiapkan sarapan, menyambut kedatangan Falisha di ruang makan dengan hangat.“Mama ini gimana, sih? Falisha sama Arka baru kemarin menikah, mana mungkin malam pertama mereka tidur dengan nyenyak? Pastinya kan yaaa ... Mama tahu sendiri, lah. Kayak enggak pernah muda aja,” timpal Wilis yang duduk di salah satu kursi meja makan dengan koran terbuka lebar di tangan.Salma cekikikan. “Papa betul juga. Mama lupa.”“Yaaah, namanya juga orang tua. Gimana enggak pelupa?” timpal Wilis dengan kacamata sedikit melorot.Falisha hanya menanggapi dengan senyum simpul. Bagaimanapun, dia masih teringat betul akan kalimat yang diucapkan Arka kemarin, saat belum lama tiba di kediaman mewah yang kini menjadi tempatnya bernaung.“Yang penting kan Mama enggak pernah lupa kalau Papa itu suami Mama tercinta.” Salma terkekeh seraya mendekati Falisha dan menariknya menuju meja ma

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 3 - Perhatian Adik Ipar

    “Kopinya, Mas.” Falisha mendekati Arka dan meletakkan secangkir kopi di meja, tepat di hadapan suaminya.Arka tidak menyahut, hanya melipat koran di tangan dan meraih kopi yang disajikan istrinya. Sebentar kemudian, Arka menyemburkan kopi yang baru saja diseruput.“Kenapa, Mas?” tanya Falisha heran saat melihat Arka yang ternyata tidak berkenan dengan kopi buatannya.“Kamu bikin apa, sih? Kamu sengaja ngerjain?”Falisha ternganga. Dia sungguh tidak mengerti dengan maksud perkataan suaminya. “Ngerjain gimana, maksud Mas? Fal cuma bikin kopi buat temenin Mas Arka baca koran sebelum sarapan,” dalihnya.“Terus ini apa?” Arka melempar tatapan dingin sambil jarinya menunjuk ke arah kopi yang sudah dia letakkan kembali di meja.Falisha tidak tahu harus bagaimana membela diri. Penasaran, Falisha segera meraih cangkir berisi kopi dan menyeruputnya. Perempuan itu terbatuk dan berlari menuju kamar mandi terdekat. Dia baru tahu kesalahan apa yang sudah diperbuat sampai membuat Arkatama menjadi mu

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 4 - Terbujuk Rayuan

    “Bekal yang Kakak bawain kemarin itu enak banget. Boleh enggak, kalau aku minta dimasakin sama Kakak? Kebetulan, Mbak Nia baru pulang kampung karena ada urusan. Sementara Bi Atik, mendadak enggak enak badan. Jadi enggak ada yang masak.”Arsya baru bangun tidur dan membawa tas bekal ke dapur, bertepatan dengan Falisha yang sedang mengambil air minum.“Jadi Arsya suka? Arsya mau dimasakin apa? Nanti Kakak masakin habis mandi.”Tidak buru-buru menjawab, Arsya justru terpesona melihat cantiknya Falisha meski penampilannya masih terlihat berantakan dengan piyama yang dikenakan.“Arsya ....”“Kalau dimasakin sekarang, bisa, enggak? Aku udah laper banget,” pinta Arsya yang baru tersadar dari lamunan. “Aku bakal tungguin Kakak di meja makan. Atau ... mau aku bantu siapin bahan?”Dari Salma, Arsya tahu Falisha adalah tipe orang yang tidak enakan, sehingga kemungkinan kecil perempuan baik hati itu menolak permintaannya. Terlebih, Arsya sudah memperlihatkan tampangnya yang memelas.“Tapi, Kakak

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 5 - Kebohongan Kecil

    “Kamu apa kabar, Fal? Apa kamu sakit, Nak? Bude lihat, muka kamu agak pucet gitu?”Falisha segera menampik pertanyaan Mirna dengan senyum disertai gelengan samar. “Fal sehat, Bude. Fal baik-baik aja di sini. Keluarga Mas Arka menerima Fal dengan baik dan Fal bahagia banget, Bude.”Terlihat wajah wanita paruh baya yang sedang melakukan panggilan video dengan Falisha itu tersenyum, menunjukkan rasa lega setelah beberapa hari belakangan, hatinya diliputi kekhawatiran.“Syukurlah kalau gitu. Bude seneng dengernya. Bude doain, semoga kamu sama Nak Arka lekas dikarunia momongan, biar lengkap.”Tidak ada yang salah dengan kalimat yang diucapkan Mirna, tetapi kali ini, rasanya sungguh menusuk ulu hati, hingga meninggalkan nyeri yang tidak terperi pada hati terdalam Falisha.Gimana Fal mau hamil kalau Mas Arka aja enggak sentuh Fal sama sekali, Bude? Bahkan secara terang-terangan Mas Arka menegaskan ke Fal, kalau pernikahan kami cuma hitam di atas putih. Mas Arka enggak cinta sama Fal dan teta

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 6 - Kekasih Suamiku

    “Bu, maaf. Tadi teh Bapak telepon, katanya minta diambilin dokumen ada yang ketinggalan di meja kerjanya. Saya diminta buat cariin dan kirim pakai kurir.” Bi Atik mendekati Falisha, masih dengan koyo menempel di pelipis kanan dan kirinya.“Tapi, Bi, apa aman kalau dikirim pakai kurir?” Falisha menghentikan aktivitas sejenak, kemudian memperhatikan Bi Atik yang terlihat sedikit pucat.“Nah, itu, Bu. Saya juga khawatir. Biasanya kan ada orang dari kantor yang ambilin misal ada yang ketinggalan,” terang Bi Atik.Falisha baru menulis satu bab cerita untuk novel yang sedang dia publikasikan dalam bahasa Inggris. Namun, dia tidak bisa membiarkan dokumen Arka diantar kurir ke kantor, khawatir jika dokumen itu penting dan tidak aman dalam perjalanan.“Kalau gitu biar Falisha yang anterin ke kantor, Bi. Bibi bisa kembali istirahat.”“Syukurlah kalau gitu. Saya jadi lega, Bu. Makasih banyak ya, Bu, udah mau bantu.”Falisha mengulas senyum. “Fal yang harusnya berterima kasih sama Bibi karena uda

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 6 - Kekasih Suamiku

    “Bu, maaf. Tadi teh Bapak telepon, katanya minta diambilin dokumen ada yang ketinggalan di meja kerjanya. Saya diminta buat cariin dan kirim pakai kurir.” Bi Atik mendekati Falisha, masih dengan koyo menempel di pelipis kanan dan kirinya.“Tapi, Bi, apa aman kalau dikirim pakai kurir?” Falisha menghentikan aktivitas sejenak, kemudian memperhatikan Bi Atik yang terlihat sedikit pucat.“Nah, itu, Bu. Saya juga khawatir. Biasanya kan ada orang dari kantor yang ambilin misal ada yang ketinggalan,” terang Bi Atik.Falisha baru menulis satu bab cerita untuk novel yang sedang dia publikasikan dalam bahasa Inggris. Namun, dia tidak bisa membiarkan dokumen Arka diantar kurir ke kantor, khawatir jika dokumen itu penting dan tidak aman dalam perjalanan.“Kalau gitu biar Falisha yang anterin ke kantor, Bi. Bibi bisa kembali istirahat.”“Syukurlah kalau gitu. Saya jadi lega, Bu. Makasih banyak ya, Bu, udah mau bantu.”Falisha mengulas senyum. “Fal yang harusnya berterima kasih sama Bibi karena uda

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 5 - Kebohongan Kecil

    “Kamu apa kabar, Fal? Apa kamu sakit, Nak? Bude lihat, muka kamu agak pucet gitu?”Falisha segera menampik pertanyaan Mirna dengan senyum disertai gelengan samar. “Fal sehat, Bude. Fal baik-baik aja di sini. Keluarga Mas Arka menerima Fal dengan baik dan Fal bahagia banget, Bude.”Terlihat wajah wanita paruh baya yang sedang melakukan panggilan video dengan Falisha itu tersenyum, menunjukkan rasa lega setelah beberapa hari belakangan, hatinya diliputi kekhawatiran.“Syukurlah kalau gitu. Bude seneng dengernya. Bude doain, semoga kamu sama Nak Arka lekas dikarunia momongan, biar lengkap.”Tidak ada yang salah dengan kalimat yang diucapkan Mirna, tetapi kali ini, rasanya sungguh menusuk ulu hati, hingga meninggalkan nyeri yang tidak terperi pada hati terdalam Falisha.Gimana Fal mau hamil kalau Mas Arka aja enggak sentuh Fal sama sekali, Bude? Bahkan secara terang-terangan Mas Arka menegaskan ke Fal, kalau pernikahan kami cuma hitam di atas putih. Mas Arka enggak cinta sama Fal dan teta

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 4 - Terbujuk Rayuan

    “Bekal yang Kakak bawain kemarin itu enak banget. Boleh enggak, kalau aku minta dimasakin sama Kakak? Kebetulan, Mbak Nia baru pulang kampung karena ada urusan. Sementara Bi Atik, mendadak enggak enak badan. Jadi enggak ada yang masak.”Arsya baru bangun tidur dan membawa tas bekal ke dapur, bertepatan dengan Falisha yang sedang mengambil air minum.“Jadi Arsya suka? Arsya mau dimasakin apa? Nanti Kakak masakin habis mandi.”Tidak buru-buru menjawab, Arsya justru terpesona melihat cantiknya Falisha meski penampilannya masih terlihat berantakan dengan piyama yang dikenakan.“Arsya ....”“Kalau dimasakin sekarang, bisa, enggak? Aku udah laper banget,” pinta Arsya yang baru tersadar dari lamunan. “Aku bakal tungguin Kakak di meja makan. Atau ... mau aku bantu siapin bahan?”Dari Salma, Arsya tahu Falisha adalah tipe orang yang tidak enakan, sehingga kemungkinan kecil perempuan baik hati itu menolak permintaannya. Terlebih, Arsya sudah memperlihatkan tampangnya yang memelas.“Tapi, Kakak

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 3 - Perhatian Adik Ipar

    “Kopinya, Mas.” Falisha mendekati Arka dan meletakkan secangkir kopi di meja, tepat di hadapan suaminya.Arka tidak menyahut, hanya melipat koran di tangan dan meraih kopi yang disajikan istrinya. Sebentar kemudian, Arka menyemburkan kopi yang baru saja diseruput.“Kenapa, Mas?” tanya Falisha heran saat melihat Arka yang ternyata tidak berkenan dengan kopi buatannya.“Kamu bikin apa, sih? Kamu sengaja ngerjain?”Falisha ternganga. Dia sungguh tidak mengerti dengan maksud perkataan suaminya. “Ngerjain gimana, maksud Mas? Fal cuma bikin kopi buat temenin Mas Arka baca koran sebelum sarapan,” dalihnya.“Terus ini apa?” Arka melempar tatapan dingin sambil jarinya menunjuk ke arah kopi yang sudah dia letakkan kembali di meja.Falisha tidak tahu harus bagaimana membela diri. Penasaran, Falisha segera meraih cangkir berisi kopi dan menyeruputnya. Perempuan itu terbatuk dan berlari menuju kamar mandi terdekat. Dia baru tahu kesalahan apa yang sudah diperbuat sampai membuat Arkatama menjadi mu

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 2 - Sentuhan Lembut

    “Selamat pagi, menantu Mama yang cantik. Gimana tidurnya semalem? Nyenyak?” Salma yang sedang sibuk membantu asisten rumah tangga menyiapkan sarapan, menyambut kedatangan Falisha di ruang makan dengan hangat.“Mama ini gimana, sih? Falisha sama Arka baru kemarin menikah, mana mungkin malam pertama mereka tidur dengan nyenyak? Pastinya kan yaaa ... Mama tahu sendiri, lah. Kayak enggak pernah muda aja,” timpal Wilis yang duduk di salah satu kursi meja makan dengan koran terbuka lebar di tangan.Salma cekikikan. “Papa betul juga. Mama lupa.”“Yaaah, namanya juga orang tua. Gimana enggak pelupa?” timpal Wilis dengan kacamata sedikit melorot.Falisha hanya menanggapi dengan senyum simpul. Bagaimanapun, dia masih teringat betul akan kalimat yang diucapkan Arka kemarin, saat belum lama tiba di kediaman mewah yang kini menjadi tempatnya bernaung.“Yang penting kan Mama enggak pernah lupa kalau Papa itu suami Mama tercinta.” Salma terkekeh seraya mendekati Falisha dan menariknya menuju meja ma

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 1 - Wedding Day

    “Akhirnya, penantian kamu selama ini enggak sia-sia, Fal. Kakak seneng lihat kamu bahagia. Kakak doain, sakinah ma waddah wa rahmah, ya.”Melalui pantulan cermin di hadapan, Falisha melihat senyum semringah dari wajah Thalita, anak Bude Mirna yang sudah menganggapnya seperti adik kandung sendiri.“Aamiin, terima kasih, ya, Kak. Berkat doa Kak Lita juga, jadi doa Fal terkabul.” Falisha tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena menikah dengan laki-laki yang selama ini dia kagumi.“Kalian ini kok masih di sini. Itu keluarga Nak Arka udah pada dateng.” Suara Mirna membuat Falisha dan Thalita sama-sama menoleh. “Nak Arka juga udah nunggu kamu di depan penghulu, Fal. Masa iya, kamu masih di sini?” Wanita itu melanjutkan sembari melangkah tergopoh-gopoh mendekati Falisha yang sudah siap dengan kebaya pengantin yang dikenakan.“Fal masih gugup katanya, Ma. Malu, mau ketemu calon suami,” bisik Thalita setengah menggoda, membuat pipi Falisha yang merah merona, semakin merah seperti kepit

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status