Beranda / Rumah Tangga / Hasrat Liar Adik Ipar / Bab 6 - Kekasih Suamiku

Share

Bab 6 - Kekasih Suamiku

Penulis: Setya Ai Widi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 15:54:07

“Bu, maaf. Tadi teh Bapak telepon, katanya minta diambilin dokumen ada yang ketinggalan di meja kerjanya. Saya diminta buat cariin dan kirim pakai kurir.” Bi Atik mendekati Falisha, masih dengan koyo menempel di pelipis kanan dan kirinya.

“Tapi, Bi, apa aman kalau dikirim pakai kurir?” Falisha menghentikan aktivitas sejenak, kemudian memperhatikan Bi Atik yang terlihat sedikit pucat.

“Nah, itu, Bu. Saya juga khawatir. Biasanya kan ada orang dari kantor yang ambilin misal ada yang ketinggalan,” terang Bi Atik.

Falisha baru menulis satu bab cerita untuk novel yang sedang dia publikasikan dalam bahasa Inggris. Namun, dia tidak bisa membiarkan dokumen Arka diantar kurir ke kantor, khawatir jika dokumen itu penting dan tidak aman dalam perjalanan.

“Kalau gitu biar Falisha yang anterin ke kantor, Bi. Bibi bisa kembali istirahat.”

“Syukurlah kalau gitu. Saya jadi lega, Bu. Makasih banyak ya, Bu, udah mau bantu.”

Falisha mengulas senyum. “Fal yang harusnya berterima kasih sama Bibi karena udah kasih tau.”

Bi Atik mengangguk-angguk. “Iya, Bu, sama-sama. Kan udah ada Bu Falisha, kalau saya tiba-tiba masuk ruang kerja Bapak kan enggak etis meski Bapak yang minta. Oh ya, alamat kantornya, kalau Bu Falisha belum tahu, nanti bisa lihat di meja kerja Bapak, biasanya ada kartu nama Bapak di situ.”

“Nanti Fal cari ya, Bi.” Falisha mengangguk-angguk.

Usai menyampaikan keluh kesahnya, Bi Atik pun segera menjauh dari Falisha, sedangkan Falisha sendiri lekas membereskan barang-barang miliknya yang dibawa ke gazebo sejak beberapa jam yang lalu.

Sejak memasuki kediaman keluarga Arkatama, Falisha lebih banyak menghabiskan waktu di gazebo begitu suaminya berangkat ke kantor. Di sana, Falisha mengerjakan tugasnya sebagai penulis online, dan juga mengedit beberapa gambar pesanan customer.

Alih-alih terikat dengan sebuah perusahaan atau semacamnya, Falisha justru lebih asyik menjalani hobby-nya sebagai penulis yang memang bisa dikerjakan sewaktu-waktu tanpa harus mengikuti sebuah aturan perusahaan yang sudah pasti lebih mengikat. Terlebih, Falisha adalah seorang introvert yang merasa sulit untuk menghambur, sehingga bekerja secara individu lebih dia sukai.

Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, sehingga muncul ide dalam benak Falisha, hendak membeli sesuatu untuk makan siang suaminya. Namun, Falisha belum banyak tahu tentang makanan apa yang disukai Arka untuk makan siang.

Me:

Arsya, maaf ganggu sebentar. Kakak mau tanya. Biasanya kalau siang, Mas Arka sukanya makan apa? Ada dokumen Mas Arka yang ketinggalan di rumah dan Kakak mau anter ke kantor, rencananya sekalian beliin makan siang buat Mas Arka. Tolong kasih tahu Kakak, ya, Arsya. Makasih.

Siapa lagi yang bisa diharapkan Falisha selain Arsya? Lagi pula untuk saat ini, Falisha merasa, hanya Arsya yang bisa membantunya dalam hal ini. Dia tidak mungkin mengganggu Bi Atik yang mungkin sudah kembali ke kamarnya untuk istirahat lantaran belum sembuh dari sakitnya, sementara Nia belum kembali ke kediaman Arkatama.

Arsya:

Kakak naik apa ke kantor Kak Arka? Jarak kantor dari rumah lumayan jauh. Kakak yakin, mau ke sana? Apa Kak Arka enggak minta orang kantor buat ambil dokumen ke rumah?

Me:

Tadi Bi Atik bilang, Mas Arka minta dokumennya dianter pakai kurir, tapi Kakak kurang yakin kalau itu aman. Jadi Kakak anter sendiri aja sekalian bawa makan siang buat Mas Arka.

Arsya:

Kalau gitu Kakak tunggu aku, biar aku yang anter ke kantor, ya?

Me:

Enggak usah, Arsya. Kakak udah mau siap-siap dan sebentar lagi berangkat. Jadi Arsya tinggal kasih tahu Kakak aja, biasanya Mas Arka kalau makan siang, sukanya makan apa? Kakak tunggu, ya.

Falisha menambahkan emoticon senyum dalam pesan yang dikirimnya untuk Arsya. Sebentar kemudian, adik iparnya itu membalas pesan dan memberi tahu menu makan siang kesukaan Arka.

Seulas senyum terkembang di bibir Falisha. Perempuan itu segera bersiap dan menuju kantor Arka dengan taksi online yang sudah dipesan. Tidak lupa, Falisha singgah sebentar di sebuah restoran, membelikan makan siang kesukaan sang suami, berharap Arka bisa perlahan membuka hati untuknya.

Setibanya di kantor, Falisha mendekati meja resepsionis terlebih dahulu untuk mencari tahu di mana ruang kerja Arka berada.

“Selamat siang, maaf, kalau boleh tahu, ruang kerja Pak Arka di sebelah mana, ya?” sapa Falisha dengan ramah.

“Maaf, apa sudah ada janji?” Petugas resepsionis justru kembali bertanya dan melihat Falisha menggeleng. “Maaf, kalau begitu, Ibu tidak bisa menemui Pak Arka,” lanjutnya yang membuat Falisha mengerutkan dahi.

“Kenapa enggak bisa?”

“Karena siapa pun yang ingin menemui Pak Arka, harus sudah ada janji terlebih dahulu dan ini adalah pesan langsung dari beliau.” Resepsionis menjelaskan.

Falisha mengangguk-angguk dengan bibir membentuk huruf O. “Jadi, istrinya pun enggak dikasih izin buat masuk ke ruangan Pak Arka karena belum ada janji, gitu?”

“Ma—maaf. Jadi Ibu istrinya Pak Arka? Sekali lagi saya mohon maaf,” ujar resepsionis yang mendadak tidak enak hati. Belum lama ini, dia memang mendengar Arkatama akan menikah, tetapi tidak tahu dengan siapa dan seperti apa rupa calon istrinya karena memang, pernikahan Falisha dengan Arkatama hanya dihadiri oleh keluarga.

Usai terjadi drama singkat itu, resepsionis pun memberi tahu Falisha arah menuju ruang kerja suaminya. Falisha bergegas menuju ke sana tanpa menunggu lebih lama.

Setibanya di depan ruang kerja yang dicari, Falisha mendengar suara seorang perempuan, tepat ketika tangannya sudah terangkat, hendak mengetuk pintu.

Sama siapa Mas Arka di dalem? Apa itu sebabnya, Mas Arka enggak mau ketemu siapa pun tanpa buat janji temu lebih dulu?

Batin Falisha mendadak bergemuruh. Istri Arkatama itu mulai gelisah. Namun, dia tetap menguatkan tekad untuk memasuki ruang kerja suaminya. Beberapa kali Falisha mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban, hingga perempuan itu pun meraih handle pintu dan membukanya perlahan.

Paper bag berisi makanan dan dokumen milik Arka yang sedari tadi berada di tangan Falisha, terjatuh begitu saja saat tatap matanya menangkap sosok laki-laki yang dicintai tengah beradu bibir dengan perempuan yang tidak dikenalnya.

“Falisha? Ngapain kamu di situ?” Arkatama terkejut, begitu juga perempuan berpenampilan elegan yang sedang bersamanya.

Falisha tidak tahu harus menjawab apa. Bibirnya masih terkatup rapat saking terkejutnya melihat adegan mesra yang dilakukan suaminya dengan perempuan lain. Wajahnya memanas, badannya pun bergetar hebat.

“Kak Falisha? Kenapa, Kak?” Arsya yang baru saja datang, keheranan melihat reaksi Falisha. Namun, setelah menangkap sosok di samping Arka, dia pun tahu apa yang tengah terjadi.

“Arsya, bawa dia pulang!” titah Arka sembari menuding ke arah istrinya.

“Sebagai suami yang baik, harusnya Kakak sambut kedatangan istri Kakak dengan baik juga. Dia udah bela-belain buat beliin Kakak makan siang, tapi apa balesannya?”

“Arsya, ini bukan urusan kamu!” Arka tampak murka.

Falisha yang tidak sanggup melihat amarah sang suami pun segera berbalik badan, menjauh dari ruang kerja Arkatama dengan tangis yang mulai pecah.

“Kak Fali, tunggu!” Arsya berteriak memanggil kakak iparnya, tetapi Falisha terus berjalan tanpa menghiraukan siapa pun yang melihatnya.

Aku yang salah. Aku yang udah ngerusak hubungan mereka. Aku yang udah ambil Mas Arka dari pacarnya. Jadi enggak salah, kan, kalau kemungkinan besar, Mas Arka benci aku karena udah menjadi penghalang hubungan mereka?

Bab terkait

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 1 - Wedding Day

    “Akhirnya, penantian kamu selama ini enggak sia-sia, Fal. Kakak seneng lihat kamu bahagia. Kakak doain, sakinah ma waddah wa rahmah, ya.”Melalui pantulan cermin di hadapan, Falisha melihat senyum semringah dari wajah Thalita, anak Bude Mirna yang sudah menganggapnya seperti adik kandung sendiri.“Aamiin, terima kasih, ya, Kak. Berkat doa Kak Lita juga, jadi doa Fal terkabul.” Falisha tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena menikah dengan laki-laki yang selama ini dia kagumi.“Kalian ini kok masih di sini. Itu keluarga Nak Arka udah pada dateng.” Suara Mirna membuat Falisha dan Thalita sama-sama menoleh. “Nak Arka juga udah nunggu kamu di depan penghulu, Fal. Masa iya, kamu masih di sini?” Wanita itu melanjutkan sembari melangkah tergopoh-gopoh mendekati Falisha yang sudah siap dengan kebaya pengantin yang dikenakan.“Fal masih gugup katanya, Ma. Malu, mau ketemu calon suami,” bisik Thalita setengah menggoda, membuat pipi Falisha yang merah merona, semakin merah seperti kepit

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 2 - Sentuhan Lembut

    “Selamat pagi, menantu Mama yang cantik. Gimana tidurnya semalem? Nyenyak?” Salma yang sedang sibuk membantu asisten rumah tangga menyiapkan sarapan, menyambut kedatangan Falisha di ruang makan dengan hangat.“Mama ini gimana, sih? Falisha sama Arka baru kemarin menikah, mana mungkin malam pertama mereka tidur dengan nyenyak? Pastinya kan yaaa ... Mama tahu sendiri, lah. Kayak enggak pernah muda aja,” timpal Wilis yang duduk di salah satu kursi meja makan dengan koran terbuka lebar di tangan.Salma cekikikan. “Papa betul juga. Mama lupa.”“Yaaah, namanya juga orang tua. Gimana enggak pelupa?” timpal Wilis dengan kacamata sedikit melorot.Falisha hanya menanggapi dengan senyum simpul. Bagaimanapun, dia masih teringat betul akan kalimat yang diucapkan Arka kemarin, saat belum lama tiba di kediaman mewah yang kini menjadi tempatnya bernaung.“Yang penting kan Mama enggak pernah lupa kalau Papa itu suami Mama tercinta.” Salma terkekeh seraya mendekati Falisha dan menariknya menuju meja ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 3 - Perhatian Adik Ipar

    “Kopinya, Mas.” Falisha mendekati Arka dan meletakkan secangkir kopi di meja, tepat di hadapan suaminya.Arka tidak menyahut, hanya melipat koran di tangan dan meraih kopi yang disajikan istrinya. Sebentar kemudian, Arka menyemburkan kopi yang baru saja diseruput.“Kenapa, Mas?” tanya Falisha heran saat melihat Arka yang ternyata tidak berkenan dengan kopi buatannya.“Kamu bikin apa, sih? Kamu sengaja ngerjain?”Falisha ternganga. Dia sungguh tidak mengerti dengan maksud perkataan suaminya. “Ngerjain gimana, maksud Mas? Fal cuma bikin kopi buat temenin Mas Arka baca koran sebelum sarapan,” dalihnya.“Terus ini apa?” Arka melempar tatapan dingin sambil jarinya menunjuk ke arah kopi yang sudah dia letakkan kembali di meja.Falisha tidak tahu harus bagaimana membela diri. Penasaran, Falisha segera meraih cangkir berisi kopi dan menyeruputnya. Perempuan itu terbatuk dan berlari menuju kamar mandi terdekat. Dia baru tahu kesalahan apa yang sudah diperbuat sampai membuat Arkatama menjadi mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 4 - Terbujuk Rayuan

    “Bekal yang Kakak bawain kemarin itu enak banget. Boleh enggak, kalau aku minta dimasakin sama Kakak? Kebetulan, Mbak Nia baru pulang kampung karena ada urusan. Sementara Bi Atik, mendadak enggak enak badan. Jadi enggak ada yang masak.”Arsya baru bangun tidur dan membawa tas bekal ke dapur, bertepatan dengan Falisha yang sedang mengambil air minum.“Jadi Arsya suka? Arsya mau dimasakin apa? Nanti Kakak masakin habis mandi.”Tidak buru-buru menjawab, Arsya justru terpesona melihat cantiknya Falisha meski penampilannya masih terlihat berantakan dengan piyama yang dikenakan.“Arsya ....”“Kalau dimasakin sekarang, bisa, enggak? Aku udah laper banget,” pinta Arsya yang baru tersadar dari lamunan. “Aku bakal tungguin Kakak di meja makan. Atau ... mau aku bantu siapin bahan?”Dari Salma, Arsya tahu Falisha adalah tipe orang yang tidak enakan, sehingga kemungkinan kecil perempuan baik hati itu menolak permintaannya. Terlebih, Arsya sudah memperlihatkan tampangnya yang memelas.“Tapi, Kakak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 5 - Kebohongan Kecil

    “Kamu apa kabar, Fal? Apa kamu sakit, Nak? Bude lihat, muka kamu agak pucet gitu?”Falisha segera menampik pertanyaan Mirna dengan senyum disertai gelengan samar. “Fal sehat, Bude. Fal baik-baik aja di sini. Keluarga Mas Arka menerima Fal dengan baik dan Fal bahagia banget, Bude.”Terlihat wajah wanita paruh baya yang sedang melakukan panggilan video dengan Falisha itu tersenyum, menunjukkan rasa lega setelah beberapa hari belakangan, hatinya diliputi kekhawatiran.“Syukurlah kalau gitu. Bude seneng dengernya. Bude doain, semoga kamu sama Nak Arka lekas dikarunia momongan, biar lengkap.”Tidak ada yang salah dengan kalimat yang diucapkan Mirna, tetapi kali ini, rasanya sungguh menusuk ulu hati, hingga meninggalkan nyeri yang tidak terperi pada hati terdalam Falisha.Gimana Fal mau hamil kalau Mas Arka aja enggak sentuh Fal sama sekali, Bude? Bahkan secara terang-terangan Mas Arka menegaskan ke Fal, kalau pernikahan kami cuma hitam di atas putih. Mas Arka enggak cinta sama Fal dan teta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 6 - Kekasih Suamiku

    “Bu, maaf. Tadi teh Bapak telepon, katanya minta diambilin dokumen ada yang ketinggalan di meja kerjanya. Saya diminta buat cariin dan kirim pakai kurir.” Bi Atik mendekati Falisha, masih dengan koyo menempel di pelipis kanan dan kirinya.“Tapi, Bi, apa aman kalau dikirim pakai kurir?” Falisha menghentikan aktivitas sejenak, kemudian memperhatikan Bi Atik yang terlihat sedikit pucat.“Nah, itu, Bu. Saya juga khawatir. Biasanya kan ada orang dari kantor yang ambilin misal ada yang ketinggalan,” terang Bi Atik.Falisha baru menulis satu bab cerita untuk novel yang sedang dia publikasikan dalam bahasa Inggris. Namun, dia tidak bisa membiarkan dokumen Arka diantar kurir ke kantor, khawatir jika dokumen itu penting dan tidak aman dalam perjalanan.“Kalau gitu biar Falisha yang anterin ke kantor, Bi. Bibi bisa kembali istirahat.”“Syukurlah kalau gitu. Saya jadi lega, Bu. Makasih banyak ya, Bu, udah mau bantu.”Falisha mengulas senyum. “Fal yang harusnya berterima kasih sama Bibi karena uda

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 5 - Kebohongan Kecil

    “Kamu apa kabar, Fal? Apa kamu sakit, Nak? Bude lihat, muka kamu agak pucet gitu?”Falisha segera menampik pertanyaan Mirna dengan senyum disertai gelengan samar. “Fal sehat, Bude. Fal baik-baik aja di sini. Keluarga Mas Arka menerima Fal dengan baik dan Fal bahagia banget, Bude.”Terlihat wajah wanita paruh baya yang sedang melakukan panggilan video dengan Falisha itu tersenyum, menunjukkan rasa lega setelah beberapa hari belakangan, hatinya diliputi kekhawatiran.“Syukurlah kalau gitu. Bude seneng dengernya. Bude doain, semoga kamu sama Nak Arka lekas dikarunia momongan, biar lengkap.”Tidak ada yang salah dengan kalimat yang diucapkan Mirna, tetapi kali ini, rasanya sungguh menusuk ulu hati, hingga meninggalkan nyeri yang tidak terperi pada hati terdalam Falisha.Gimana Fal mau hamil kalau Mas Arka aja enggak sentuh Fal sama sekali, Bude? Bahkan secara terang-terangan Mas Arka menegaskan ke Fal, kalau pernikahan kami cuma hitam di atas putih. Mas Arka enggak cinta sama Fal dan teta

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 4 - Terbujuk Rayuan

    “Bekal yang Kakak bawain kemarin itu enak banget. Boleh enggak, kalau aku minta dimasakin sama Kakak? Kebetulan, Mbak Nia baru pulang kampung karena ada urusan. Sementara Bi Atik, mendadak enggak enak badan. Jadi enggak ada yang masak.”Arsya baru bangun tidur dan membawa tas bekal ke dapur, bertepatan dengan Falisha yang sedang mengambil air minum.“Jadi Arsya suka? Arsya mau dimasakin apa? Nanti Kakak masakin habis mandi.”Tidak buru-buru menjawab, Arsya justru terpesona melihat cantiknya Falisha meski penampilannya masih terlihat berantakan dengan piyama yang dikenakan.“Arsya ....”“Kalau dimasakin sekarang, bisa, enggak? Aku udah laper banget,” pinta Arsya yang baru tersadar dari lamunan. “Aku bakal tungguin Kakak di meja makan. Atau ... mau aku bantu siapin bahan?”Dari Salma, Arsya tahu Falisha adalah tipe orang yang tidak enakan, sehingga kemungkinan kecil perempuan baik hati itu menolak permintaannya. Terlebih, Arsya sudah memperlihatkan tampangnya yang memelas.“Tapi, Kakak

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 3 - Perhatian Adik Ipar

    “Kopinya, Mas.” Falisha mendekati Arka dan meletakkan secangkir kopi di meja, tepat di hadapan suaminya.Arka tidak menyahut, hanya melipat koran di tangan dan meraih kopi yang disajikan istrinya. Sebentar kemudian, Arka menyemburkan kopi yang baru saja diseruput.“Kenapa, Mas?” tanya Falisha heran saat melihat Arka yang ternyata tidak berkenan dengan kopi buatannya.“Kamu bikin apa, sih? Kamu sengaja ngerjain?”Falisha ternganga. Dia sungguh tidak mengerti dengan maksud perkataan suaminya. “Ngerjain gimana, maksud Mas? Fal cuma bikin kopi buat temenin Mas Arka baca koran sebelum sarapan,” dalihnya.“Terus ini apa?” Arka melempar tatapan dingin sambil jarinya menunjuk ke arah kopi yang sudah dia letakkan kembali di meja.Falisha tidak tahu harus bagaimana membela diri. Penasaran, Falisha segera meraih cangkir berisi kopi dan menyeruputnya. Perempuan itu terbatuk dan berlari menuju kamar mandi terdekat. Dia baru tahu kesalahan apa yang sudah diperbuat sampai membuat Arkatama menjadi mu

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 2 - Sentuhan Lembut

    “Selamat pagi, menantu Mama yang cantik. Gimana tidurnya semalem? Nyenyak?” Salma yang sedang sibuk membantu asisten rumah tangga menyiapkan sarapan, menyambut kedatangan Falisha di ruang makan dengan hangat.“Mama ini gimana, sih? Falisha sama Arka baru kemarin menikah, mana mungkin malam pertama mereka tidur dengan nyenyak? Pastinya kan yaaa ... Mama tahu sendiri, lah. Kayak enggak pernah muda aja,” timpal Wilis yang duduk di salah satu kursi meja makan dengan koran terbuka lebar di tangan.Salma cekikikan. “Papa betul juga. Mama lupa.”“Yaaah, namanya juga orang tua. Gimana enggak pelupa?” timpal Wilis dengan kacamata sedikit melorot.Falisha hanya menanggapi dengan senyum simpul. Bagaimanapun, dia masih teringat betul akan kalimat yang diucapkan Arka kemarin, saat belum lama tiba di kediaman mewah yang kini menjadi tempatnya bernaung.“Yang penting kan Mama enggak pernah lupa kalau Papa itu suami Mama tercinta.” Salma terkekeh seraya mendekati Falisha dan menariknya menuju meja ma

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 1 - Wedding Day

    “Akhirnya, penantian kamu selama ini enggak sia-sia, Fal. Kakak seneng lihat kamu bahagia. Kakak doain, sakinah ma waddah wa rahmah, ya.”Melalui pantulan cermin di hadapan, Falisha melihat senyum semringah dari wajah Thalita, anak Bude Mirna yang sudah menganggapnya seperti adik kandung sendiri.“Aamiin, terima kasih, ya, Kak. Berkat doa Kak Lita juga, jadi doa Fal terkabul.” Falisha tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena menikah dengan laki-laki yang selama ini dia kagumi.“Kalian ini kok masih di sini. Itu keluarga Nak Arka udah pada dateng.” Suara Mirna membuat Falisha dan Thalita sama-sama menoleh. “Nak Arka juga udah nunggu kamu di depan penghulu, Fal. Masa iya, kamu masih di sini?” Wanita itu melanjutkan sembari melangkah tergopoh-gopoh mendekati Falisha yang sudah siap dengan kebaya pengantin yang dikenakan.“Fal masih gugup katanya, Ma. Malu, mau ketemu calon suami,” bisik Thalita setengah menggoda, membuat pipi Falisha yang merah merona, semakin merah seperti kepit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status