Share

Bab 5

Author: Setya Ai Widi
last update Last Updated: 2024-12-06 14:11:47

“Kamu apa kabar, Fal? Apa kamu sakit, Nak? Bude lihat, muka kamu agak pucat gitu?”

Falisha segera menampik pertanyaan Mirna dengan senyum disertai gelengan samar. “Fal sehat, Bude. Fal baik-baik aja di sini. Keluarga Mas Arka menerima Fal dengan baik dan Fal bahagia banget, Bude.”

Terlihat wajah wanita paruh baya yang sedang melakukan panggilan video dengan Falisha itu tersenyum, menunjukkan rasa lega setelah beberapa hari belakangan, hatinya diliputi kekhawatiran.

“Syukurlah kalau gitu. Bude seneng dengernya. Bude doain, semoga kamu sama Nak Arka lekas dikarunia momongan, biar lengkap.”

Tidak ada yang salah dengan kalimat yang diucapkan Mirna, tetapi kali ini, rasanya sungguh menusuk ulu hati, hingga meninggalkan nyeri yang tidak terperi pada hati terdalam Falisha.

Gimana Fal mau hamil kalau Mas Arka aja enggak sentuh Fal sama sekali, Bude? Bahkan secara terang-terangan Mas Arka menegaskan ke Fal, kalau pernikahan kami cuma hitam di atas putih. Mas Arka enggak cinta sama Fal dan tetap menjalin hubungan dengan pacarnya di luar sana.

Dengan mati-matian Falisha memendam keluh kesah itu sendiri tanpa ingin Mirna tahu. Bagaimanapun, Mirna sudah cukup berjasa dalam mengurus Falisha sepeninggal kedua orang tuanya, dan Falisha tidak ingin membuat wanita itu mengkhawatirkan dirinya.

“Fal, kok diem aja?” Pertanyaan Mirna dari seberang cukup mengejutkan Falisha yang sedang sibuk menata hati. “Malam pertama lancar, kan? Enggak usah malu-malu, kamu. Nanti juga terbiasa,” goda Mirna tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Lagi-lagi, Falisha melempar senyum lebar. “Iya, Bude. Bude enggak usah khawatir soal itu. Mas Arka ....” Falisha sedikit mendekatkan mikrofon gawai dengan bibirnya.  “Mas Arka hebat, Bude,” lanjutnya dengan suara lirih, khawatir ada yang mendengar, mengingat dirinya tengah berada di gazebo taman belakang.

Falisha melihat Mirna cekikikan. Dia lega melihat wanita itu turut bahagia dan tidak curiga sedikit pun tentang kebohongan kecil yang mulai dirangkai Falisha demi menjaga perasaan Mirna.

“Pokonya Bude ikut seneng, Fal. Bude doain, kamu di situ bahagia selalu. Jangan lupa pola makan dijaga biar magnya enggak kambuh, ya! Bahaya. Apalagi kamu pengantin baru, badan harus tetap fit, karena menyambut kedatangan malaikat kecil yang bakal melengkapi kebahagiaan kamu, Nak,” pinta Mirna dengan sungguh-sungguh.

Tidak ada yang bisa dilakukan Falisha selain mengangguk patuh. “Iya, Bude, pasti. Falisha enggak pernah telat makan di sini. Bude jangan khawatir sama kesehatan Fal. Bude sendiri juga harus jaga kesehatan, kan? Inget tuh, pesennya Kak Lita, kalau Bude enggak boleh banyak-banyak konsumsi makanan atau minuman yang manis-manis.”

“Iya, iya. Kamu itu malah balik nasihatin Bude. Soal itu juga Bude udah tahu, Fal. Bude aja kalau minum kopi sambil ngaca.”

Falisha tertawa kecil menanggapi kalimat Mirna. “Biar apa, Bude?”

“Ya kan kopinya pahit. Kalau Bude sambil ngaca, kan jadi ada manis-manisnya, gitu. Masa kamu enggak paham?” canda Mirna yang memang pandai bergurau. “Ya udah, Fal. Udah sore. Bude tutup dulu teleponnya, ya. Sebagai istri yang baik, kamu siapinlah baju ganti. Sebentar lagi suamimu pulang kerja, kan? Jangan lupa siapin makanan juga, karena selezat-lezatnya makanan mbak-mbak yang ada di situ, akan lebih baik kalau kamu siapin sendiri makanan buat suamimu. Pahalanya dapet, suamimu juga pasti merasa lebih diperhatikan. Otomatis dia akan lebih sayang dan cintanya ke kamu jadi semakin besar.”

“Iya, Bude. Fal juga mau mandi dulu. Salam buat Kak Lita, ya, Bude.”

Wanita yang wajahnya masih terlihat pada layar gawai itu mengangguk cepat. “Iya, nanti Bude sampein. Ya udah, ya. Assalamualaikum,” pungkasnya sebelum mengakhiri panggilan.

“Waalaikum salam, Bude.”

Usai menerima panggilan video dari Mirna, Falisha segera meletakkan gawai di meja kecil yang sedari tadi dia gunakan untuk bekerja dengan laptopnya. Kedua netranya sejenak memejam, sementara pikiran sibuk berperang.

Di satu sisi, Falisha ingin sekali protes dengan Arka, karena sudah diperlakukan seenaknya mentang-mentang posisinya di sini hanyalah sebagai istri yang dinikahi bukan karena cinta. Namun, di sisi lain, Falisha tidak ingin melihat wajah kesal Arkatama saat menatap dirinya.

Meski sakit, Falisha tetap berusaha mengambil hati Arka dengan berbagai cara, berharap laki-laki yang sudah lama dia kagumi itu, perlahan bisa membuka hati untuknya.

Perempuan itu pun meraih gawainya kembali ke dalam genggaman, kemudian mengetik pesan yang segera dikirim untuk Arka.

Me:

Mas Arka pulang jam berapa? Mas mau dimasakin apa? Biar Fal siapin makanan buat Mas Arka.

Usai mengirim pesan, Falisha masih menimang-nimang gawai, menunggu Arka membalas secepatnya. Namun, sayang sekali. Balasan yang didapat tidak seperti yang Falisha inginkan.

Hubby:

Enggak usah repot-repot. Aku lembur dan enggak akan makan malem di rumah.

Meski tidak berdarah, rasanya sesakit itu diabaikan oleh laki-laki yang dicintai. Sayangnya, Falisha tidak bisa protes apa-apa dan membiarkan semua berjalan sesuai alurnya.

Me:

Ya udah, enggak apa-apa. Mas Arka jangan capek-capek, ya. Meski sibuk, Mas jangan lupa jaga kesehatan.

Rasanya sungguh berat bagi Falisha. Dia tidak pernah menyangka, Arkatama memiliki hati sekeras baja. Namun, dia tidak ingin mengecewakan kedua orang tua Arka dan juga keluarga Mirna yang sudah mendukung penuh pernikahannya dengan Arka.

Di sini, Falisha merasa bertanggung jawab untuk meyakinkan semua, bahwa dirinya bahagia atas pernikahannya dengan Arka.

“Mood booster, Kak.”

Kedatangan Arsya cukup mengejutkan Falisha. Adik iparnya itu meletakkan secangkir cokelat hangat di meja, juga cokelat batangan dari brand ternama.

“Sebuah penelitian nunjukin, konsumsi cokelat bisa merangsang otak buat memproduksi lebih banyak hormon endorfin dan serotonin yang bisa bikin orang jadi happy. Enggak cuma itu, cokelat juga bisa nurunin hormon kortisol yang dihasilkan tubuh kalau lagi stres.” Arsya melanjutkan panjang lebar.

“Kakak enggak stres, Arsya.” Falisha berusaha menampik. Kedua netranya saling bertatapan dengan Arsya cukup dalam, merasa tersentuh atas perhatian adik ipar.

Kalau aja Mas Arka sebaik Arsya. Kalau aja Mas Arka punya sedikit aja cinta buat Fal, apa Mas Arka juga akan seperhatian ini? batin Falisha bergemuruh.

Arsya duduk dengan santai di gazebo, tidak jauh dari Falisha. Laki-laki berusia dua puluh tahun itu menghela napas panjang.

“Kakak pasti enggak percaya kalau aku mahir dalam segala bidang, termasuk baca pikiran Kakak sekarang.”

“Jangan bercanda, Arsya.”

“Minum, gih. Minimal, Kakak bisa lebih rileks habis itu.”

Arsya tidak memaksa, tetapi saat Falisha melihat tatapannya yang begitu dalam, dia tidak bisa berkutik selain menuruti permintaan adik iparnya.

“Enak. Makasih, Arsya,” ucap Falisha setelah menyeruput cokelat hangat dari Arsya.

Tanpa kata, Arsya membuka bungkus cokelat batangan yang dibawanya. “Ini juga enak. Cobain,” pinta Arsya sambil mengulurkan sepotong cokelat ke arah Falisha. “Enggak usah sungkan, kayak sama siapa aja.”

Arsya mendekatkan potongan cokelat di tangannya ke bibir Falisha yang lagi-lagi tidak bisa ditolak.

“Enak, kan?” Arsya meraih pergelangan Falisha dan meletakkan cokelat sisanya di telapak tangan kakak ipar. “Masih banyak, kalau Kakak mau lagi nanti aku ambilin.”

“Makasih, Arsya.” Falisha menikmati cokelat batangan pemberian Arsya.

“Kakak kenapa enggak terus terang sama Bude kalau Kak Arka enggak perlakuin Kakak dengan baik?”

Falisha tersedak mendengar penuturan Arsya.

Laki-laki itu pun meraih botol minum berisi air putih di meja, kemudian membuka tutup dan menyerahkannya kepada Falisha. “Maaf, maaf, Kak,” sesalnya yang tidak bermaksud mengejutkan sang kakak ipar.

Setelah meneguk air putih, Falisha meletakkan kembali botol minum di meja. Sontak kedua tangannya meraih jemari Arsya ke dalam genggaman.

“Arsya, Kakak mohon. Jangan kasih tahu Bude soal itu, ya? Kakak enggak mau buat Bude khawatir. Mama sama Papa juga, jangan sampai tahu kalau Mas Arka ....”

Falisha tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Bulir bening luruh begitu saja dari kedua sudut mata.

“Selain itu, apa yang bisa aku lakuin biar Kakak bahagia?”

Pertanyaan tersebut tidak segera mendapat jawaban dari Falisha. Perempuan itu justru tertegun mendengar kata-kata Arsya.

Apa maksud Arsya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 6

    “Bu, maaf. Tadi teh Bapak telepon, katanya minta diambilin dokumen, ada yang ketinggalan di meja ruang kerjanya. Saya diminta buat cariin dan kirim pakai kurir.” Atik mendekati Falisha, masih dengan koyo menempel di pelipis kanan dan kirinya.“Tapi, Bi, apa aman kalau dikirim pakai kurir?” Falisha menghentikan aktivitas sejenak, kemudian memperhatikan Atik yang terlihat sedikit pucat.“Nah, itu, Bu. Saya juga khawatir. Biasanya kan ada orang dari kantor yang ambilin misal ada yang ketinggalan,” terang Atik.Falisha baru menulis satu bab cerita untuk novel yang sedang dia publikasikan dalam bahasa Inggris. Namun, dia tidak bisa membiarkan dokumen Arka diantar kurir ke kantor, khawatir jika dokumen itu penting dan tidak aman dalam perjalanan.“Kalau gitu biar saya aja yang anterin ke kantor, Bi. Bibi bisa kembali istirahat.”“Syukurlah kalau gitu. Saya jadi lega, Bu. Makasih banyak ya, Bu, udah mau bantu.”Falisha mengulas senyum. “Saya yang harusnya berterima kasih sama Bibi karena udah

    Last Updated : 2025-01-17
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 7

    “Kita di mana, Arsya?”Falisha terbangun dan melihat sekitar. Pemandangan hijau di hadapan tertangkap indra penglihatan. Perempuan itu tidak sengaja tertidur setelah lelah menangis dalam perjalanan usai Arsya membawanya bertolak dari kantor.“Di hatimu.”Jawaban asal Arsya membuat Falisha menoleh ke arah lelaki yang masih terduduk di balik kemudi. Terlihat senyum tipis terukir di bibirnya.“Arsya ....” Falisha menghela napas panjang. Kedua matanya masih terlihat sembab.Laki-laki yang disebut namanya itu tidak segera membalas ucapan singkat Falisha. Dia justru meraih tisu dari dasbor dan menggunakannya untuk menghapus sisa-sisa air mata Falisha.“Fal bisa sendiri, Arsya. Mmm ... maaf, tapi Kakak bisa sendiri.” Falisha mengambil tisu dari tangan Arsya. “Maaf, kalau udah ngerepotin, Arsya.”“Fal?” Arsya menggumam sembari mengalihkan pandang dari Falisha. “Kenapa enggak aku-kamu aja sih, Kak? Kenapa harus selalu sebut nama?”Falisha tertunduk. “Udah biasa begini, apa ... Arsya enggak suka

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 8

    Malam sudah larut, tetapi Falisha tidak kunjung bisa memejamkan mata. Dalam benaknya masih teringat jelas kata-kata yang diucapkan Arkatama sore tadi.Apa Mas Arka bener-bener enggak bisa terima pernikahan ini? Lalu apa yang harus Fal lakuin, sementara Mas Arka secara terang-terangan bilang kalau dia enggak menginginkan Fal?Bulir bening luruh dari kedua sudut mata. Falisha merasa kalut dan tidak tahu harus melakukan apa.Gimana kalau sampai Bude tahu yang terjadi sebenarnya? Bude pasti bakal sedih dan kecewa, kan?Falisha mengusap air matanya dengan punggung tangan. Dalam kamarnya yang gelap, dia berniat menuju kamar mandi dan baru menyadari bahwa Arka sedang tidak berada dalam ruangan tersebut. Sofa yang biasa ditiduri Arka terlihat kosong dengan selimut berserak di lantai.Di mana Mas Arka? Kenapa jam segini enggak ada di kamar?Perlahan, Falisha bangkit dari tempat tidur. Dia mencari sosok Arka, tetapi di balkon kamar pun tidak ditemukan keberadaan sang suami, sehingga Falisha mem

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 9

    “Nanti sore Arsya bakal anter kamu ke salon. Ada acara penting sama para investor nanti malem dan kamu harus ikut.”Arka mengucapkan kalimat itu ketika Falisha baru saja meletakkan jas yang hendak dipakainya di atas tempat tidur, tidak jauh dari cermin di mana laki-laki mematut diri. Satu hal yang membuatnya terpaksa, karena pernikahannya dengan Falisha yang sengaja dirahasiakan dari khalayak ramai, akhirnya terbongkar karena Falisha tiba-tiba mendatanginya ke kantor.Di samping itu, Arka semakin kesal ketika Falisha sudah mengganggunya saat tengah memadu kasih dengan Sabrina yang baru saja datang untuk mengajaknya makan siang.“Tapi, bukannya ... kemarin Mas Arka bilang, Fal—”“Terlanjur.” Arka memotong. Lelaki itu membalikkan badan, menghadap Falisha, lalu menatapnya dengan tatap dingin dan angkuh. “Gara-gara kamu seenaknya dateng ke kantor, semua jadi tahu kalau aku udah nikah, jadi kamu harus terima konsekuensinya!”Tunggu! Apa yang dikatakan Arka? Falisha mengerutkan dahi.“Konse

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab10

    “Pak, lihat mobil di depan, enggak? Tadi Fal ... eh, saya pesan taksi online, katanya udah di depan, kok enggak ada, ya?”Falisha sedang terburu-buru, tetapi mendadak ada kendala yang tidak diprediksi. Dia tidak ingin terlambat sampai di kantor Arka sebelum lelaki itu membawanya ke acara makan malam bersama para investor. Namun, taksi online yang katanya sudah berada di depan pagar kediaman Wilis, tidak terlihat sama sekali.“Oh, jadi tadi itu taksi online yang Bu Falisha pesan? Anu, Bu, tadi—”"Aku udah bayar taksinya dan kusuruh pergi." Arsya memotong sebelum satpam yang biasa berjaga di rumahnya selesai menjelaskan.Adik ipar Falisha itu tampak rapi dengan kemeja hitam yang dikenakan. Terlihat jelas pose badannya yang atletis, telah mengundang perhatian Falisha. Ada debar tidak biasa yang mendadak dirasakan perempuan itu saat menatap Arsya."Masuk, Kak! Kak Arka kan minta aku anterin Kakak. Kenapa harus pesen taksi online segala?" protes Arsya sembari membukakan pintu mobil untuk F

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 11

    Falisha membuka mata dengan berat, kemudian mengerjap perlahan. Sinar matahari pagi menerobos masuk ke dalam kamar melalui celah gorden yang sedikit terbuka dan tepat mengenai wajah cantiknya."I love you, Falisha."Bisikan lembut yang begitu lirih semalam, berhasil membuat Falisha menyunggingkan senyum tipis sebelum dirinya benar-benar tersadar.Jemari mungil Falisha tergerak untuk membuka selimut yang menutup badan, dan senyum itu kembali menghiasi wajah. Rasanya masih seperti mimpi ketika dia merasakan sentuhan lembut yang dia inginkan sejak awal pernikahan.Falisha menjadi semakin yakin, usahanya untuk mengambil hati Arka tidak akan berakhir sia-sia. Namun, bibir Falisha mendadak datar ketika mengingat, Sabrina juga hadir dalam acara makan malam suaminya dan entah minuman apa yang diberikan perempuan itu kepadanya sebelum akhirnya, Falisha mendadak tidak sadarkan diri dan tiba-tiba terbangun dalam kamarnya yang gelap.It's okay, Falisha. Enggak ada yang perlu dipikirkan, karena ny

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 12

    “Jangan berani-berani sentuh Falisha!”Arsya dengan sigap menangkap pergelangan tangan seorang perempuan yang hendak menampar Falisha. Dengan terpaksa dia harus memasuki toilet khusus perempuan, karena saat Falisha melenggang menuju ke sana, dia tidak sengaja melihat Nabila mengikuti Falisha.Rasa khawatir terhadap Falisha pun membawa langkah Arsya menyusul Falisha ke toilet perempuan. Beruntung, tidak ada siapa pun di sana, sehingga Arsya tidak menjadi bulan-bulanan kaum hawa.Nabila, perempuan yang sempat disebut-sebut Arkatama beberapa hari lalu, tersenyum miring. “Siapa tadi? Falisha?”Arsya merengkuh bahu Falisha ke dalam rangkulan. “Jangan pernah ganggu dia, atau kamu akan berurusan sama aku!”“Wah, wah, wah ... segitunya kamu cinta sama dia, Arsya? Kamu bukan cuma nolak aku, tapi sikap kamu ....” Nabila sengaja menggantung kalimat. Perempuan itu melipat kedua tangan di depan dada.“Aku emang cinta sama dia dan enggak ada yang bisa ganti posisi Falisha di hati aku!”Mendengar ka

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 13

    “Selamat pagi, Sayang. Gimana kabar kamu? Sehat?”Pagi ini, Falisha dikejutkan dengan keberadaan Salma di dapur. Seingatnya, Salma mengatakan akan pergi cukup lama, tetapi entah kenapa wanita itu sudah kembali, padahal belum ada seminggu dia pergi.“Mama? Mama jam berapa datangnya?” Falisha mendekati mama mertuanya yang segera disambut dengan pelukan hangat. Indra penciumannya menghidu aroma parfum yang memang biasa dipakai Salma, pertanda wanita itu sudah mandi dan mungkin hendak pergi sebentar lagi.“Jam berapa, ya? Kalau enggak salah jam satu, rumah udah sepi, jadi Mama sama Papa diem-diem aja masuk kamar, biar enggak bangunin semua yang udah pada istirahat.” Salma menjawab dengan senyum yang tidak kalah hangat.Jika dilihat-lihat dari mimiknya, Falisha yakin, Salma dan Wilis tulus menyayanginya seperti yang pernah mereka katakan. Lalu, bagaimana dengan Arka? Apakah hanya lelaki itu saja yang tidak bisa menerima Falisha dengan lapang dada, karena tidak menginginkan untuk menikah de

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 31

    Cahaya putih dari lampu ruangan sedikir menyilaukan ketika Falisha perlahan membuka mata. Bau antiseptik menyengat, dan sensasi dingin dari infus yang menempel di pergelangan tangan membuat Falisha tersadar di mana dirinya berada sekarang.Falisha mengerjapkan mata, kemudian menoleh ke sisi tempat tidur.Arsya. Laki-laki itu tengah tertidur di sisi brankar, dengan kepala bersandar pada lengannya sendiri, sementara tangannya tidak melepas genggamannya pada jemari Falisha.Falisha memperhatikan wajah Arsya yang lebam-lebam, juga luka di sudut bibir yang belum sepenuhnya mengering.Seketika, Falisha teringat dengan pengakuan Arsya beberapa saat sebelum dirinya terbaring di rumah sakit. Benarkah bahwa perempuan yang selama ini dicintai Arsya adalah dirinya? Apa karena itu, Arsya selalu bersikap baik dan penuh perhatian terhadapnya?Tidak terasa, bulir hangat mengalir dari kedua sudut mata Falisha. Secinta itukah Arsya kepadanya sehingga dia rela dihajar Arka habis-habisan? Dan benarkah ap

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 30

    “Positif?” Falisha ternganga melihat testpack dengan garis dua yang berada dalam genggaman.Perempuan itu tidak menyangka, pernikahannya dengan Arka baru menginjak dua bulan, tetapi Tuhan sudah mempercayakan buah hati kepadanya. Namun, entah kenapa Falisha merasa ada yang kurang.“Bude ... Fal hamil, Bude. Kalau aja Bude masih ada, Bude pasti bahagia, kan?” gumam Falisha lirih.Tidak terasa, bulir hangat mengalir dari kedua sudut mata. Dia baru saja membahas tentang perpisahan dengan Arka, tetapi kenyataan bahwa dirinya sedang berbadan dua membuat Falisha gamang.Apakah itu sebuah pertanda, bahwa Falisha masih harus menjadi istri Arka? Apakah dengan kehamilannya, Arka lantas bisa menerima Falisha sepenuhnya dan merelakan hubungannya dengan Sabrina?Suara ketukan pintu kamar mandi membuyarkan lamunan Falisha. Perempuan itu cepat-cepat menghapus air mata yang membasahi wajah dan segera membuka pintu.“Mana hasilnya?”Falisha sedikit heran melihat raut Arka yang jauh dari kata bahagia. A

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 29

    “Biar aku yang bawa.” Arsya mengambil koper Falisha tanpa persetujuan pemiliknya.“Tapi, Arsya—““Suami Kakak itu emang enggak gentle. Kenapa masih dibelain terus?” Arsya memperhatikan Falisha dengan menatap kedua netranya secara intens. Sementara di hadapannya, Falisha hanya diam tanpa berkutik.Beberapa jam sebelum tiba di Jakarta, Falisha memang dengan sengaja membela Arka di depan Thalita. Perempuan itu menampik kata-kata Thalita yang sebetulnya benar terjadi.“Arsya, Kakak cuma enggak mau Kak Thalita kepikiran. Arsya tahu sendiri kalau keadaan di sana sedang berkabung. Kakak enggak tega kalau sampai Kak Thalita tahu yang sebenernya. Kakak enggak mau nambahin beban pikiran Kak Thalita.”“Tapi gimana dengan beban pikiran Kakak sendiri?” Satu pertanyaan Arsya membuat Falisha menghela napas panjang. “Kapan Kakak bisa mikir jernih? Bilanglah yang sebenernya ke Kak Thalita biar dia protes ke Mama sama Papa. Biar mereka tahu kalau Kak Arka enggak pernah memperlakukan Kakak dengan baik.”

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 28

    “Beresi barang-barang kamu dan kita pulang hari ini juga!” titah Arka saat Falisha baru saja memasuki kamar.Sejenak, perempuan yang diajak bicara itu termenung di depan pintu. Dia menatap Arka tanpa suara.“Kenapa, sih, kalau diajak ngomong diem aja? Kamu mulai tuli?” Arka terlihat geram, tetapi masih mencoba untuk menjaga intonasi suara agar tidak terdengar dari luar.Dada Falisha naik turun seiring dengan napasnya yang tidak beraturan. Apa yang dikatakan Arka tadi? Laki-laki itu mempertanyakan apakah dia mulai tuli?Falisha sungguh tidak habis pikir. Dia mengira, sejak perlakuan sebenarnya Arka terhadap dirinya sudah diketahui Salma dan Wilis, laki-laki itu akan berubah. Namun, apa yang diharapkan Falisha ternyata tidak sesuai ekspektasi.Perempuan itu berjalan cepat menuju sisi lemari di mana kopernya berada. Dia pun membereskan semua barang bawaan tanpa terkecuali. Jangan ditanya tentang sedih atau tidaknya. Beberapa menit lalu, Falisha baru saja merencanakan dengan Thalita, mere

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 27

    “Fal, ayo. Semua udah pergi.” Arka membujuk Falisha yang masih berjongkok di sisi pusara Mirna supaya lekas bangkit. Dia tidak ingin berlama-lama tinggal begitu prosesi pemakaman selesai dilaksanakan.Falisha belum juga bergerak. Perempuan itu tentu merasa sangat kehilangan, karena baginya, Mirna adalah Ibu kedua setelah mamanya meninggal dalam kecelakaan bersama sang Papa. Falisha sangat menyayangi Mirna yang sering memanjakannya seperti anak sendiri.“Fal ....” Arka kembali bersuara karena melihat Falisha hanya bungkam. “Kamu denger, kan?”“Fal masih mau di sini. Mas Arka duluan aja.” Singkat, padat, dan jelas. Falisha sama sekali tidak menoleh saat membalas kalimat suaminya. Wajahnya masih basah dan kedua mata menatap kosong ke arah pusara.Arka mendecak kesal. Bagaimana bisa perempuan itu berucap dengan entengnya? Bisa-bisa dia kena marah Salma karena lagi-lagi akan dianggap tidak perhatian terhadap Falisha, bukan?“Kamu harus lekas istirahat. Atau ... kamu sengaja, nyiksa diri de

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 26

    “Kakak di sini aja, aku awasi Kakak dari tempat yang intinya Kak Arka enggak akan tahu aku di mana.” Arsya menghentikan langkah begitu mendekati stasiun dan Falisha menurut.Perempuan itu hanya bisa mengangguk. Dia tidak berani banyak bicara karena sempat salah tangkap akan kejadian beberapa menit lalu di mana Arsya menunduk untuk mengambil bulu mata yang dikhawatirkan akan masuk ke mata Falisha.“Kakak yakin, baik-baik aja?” Arsya memastikan, karena Falisha menjadi lebih banyak diam.“Baik, Arsya. Enggak ada yang perlu dikhawatirkan.”“Gimana aku enggak khawatir? Kakak baru aja baikan. Kemarin Kakak demam tinggi seharian.”Perempuan mana yang tidak akan tersentuh hatinya jika ada laki-laki yang begitu memperhatikan dirinya bahkan sampai hal terkecil sekali pun? Falisha betul-betul tidak bisa membalas kalimat Arsya. Dia tidak ingin salah bicara.“Ya udah, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa, aku pasti tonjok lagi mukanya Kak Arka.”“Tapi, Arsya—““Bercanda.” Arsya menyahut cepat sambil

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 25

    “Minum dulu biar Kakak lebih tenang,” pinta Arsya sambil menyorongkan botol berisi air mineral yang sudah dibuka untuk Falisha. Begitu Arka tidak terlihat, laki-laki itu membawa Falisha menuju Istana Park yang tidak jauh dari Stasiun MRT Orchard.Falisha menerima air mineral pemberian Arsya tanpa menoleh sedikit pun. Tatapannya terlihat kosong.“Kenapa Kakak nolak buat aduin kelakuan Kak Arka ke Mama sama Papa? Kak Arka itu udah keterlaluan sama Kakak. Harusnya dia dikasih pelajaran biar enggak seenaknya.” Arsya menekankan.Perempuan yang diajak bicara tidak menjawab. Pikirannya justru melayang dengan berbagai pertanyaan berkecamuk memenuhi isi kepala.Kalau memang udah ada seseorang yang mengisi hati Arsya, kenapa Arsya masih seperhatian ini sama Fal, Arsya? Jangan buat Fal merasa spesial di mata Arsya. Fal ... ah ... enggak. Fal milik Mas Arka. Iya, seharusnya Arsya biarin Fal menyelesaikan masalah Fal sendiri, Arsya. Bukan begini caranya.Falisha memejam sebentar sembari menggeleng

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 24

    “Bibir kamu kenapa, Arka?” Salma yang baru saja selesai memasak bersama menantu tercinta, memusatkan perhatian ke arah Arka.Laki-laki itu keluar dari kamar dengan penampilan rapi. Kemeja warna biru laut yang tidak dikancingkan, dipadukan dengan kaus putih yang sedikit menempel di badan membuatnya terlihat lebih cool.“Semalem ada insiden kecil, tapi Mama enggak perlu khawatir.”“Insiden apa? Gimana bisa?”“Segala kemungkinan kan bisa terjadi, Ma. Tapi enggak apa-apa, udah diobatin lukanya sama Falisha, jadi Mama tenang aja.” Arka mendekati meja makan di mana semua keluarga sudah terduduk di sana.“Jangan-jangan kamu berantem.” Wilis menimpali, sambil melipat koran yang tadi menutup wajah.“Kayak anak kecil aja udah setua ini masih berantem, Pa.” Salma tidak percaya.“Ya siapa tahu. Papa kan Cuma nebak aja.” Wilis melipat koran, kemudian meletakkannya di meja. “Ya sudah, yuk, sarapan! Sudah laper Papa gara-gara nungguin Arka.”Wilis membalik piringnya, sementara Salma bergerak cepat m

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 23

    “Arsya, kenapa? Jawab Kakak. Kenapa Arsya lakuin itu sama Mas Arka?”Arsya menjatuhkan diri di samping Falisha. Dia baru saja terbangun dari alam bawah sadar. Ingin sekali mengaku akan cintanya yang begitu besar untuk perempuan itu, tetapi mendadak sadar bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat.“Aku ... enggak bisa lihat Kakak diperlakukan seenaknya sama Kak Arka. Aku pengen Kak Arka buka mata kalau Kak Falisha itu lebih baik, jauh lebih baik dari Sabrina yang cuma ngincar harta keluarga kita.”Usai mengucap kalimat itu, Arsya menunduk dalam-dalam. Seandainya saja dia tahu Falisha yang dilamar kedua orang tuanya untuk Arka, sementara Arsya sendiri tahu Arka memiliki seorang kekasih, mungkin Arsya tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur.“Tapi Arsya enggak seharusnya lakuin itu. Arsya bisa negur Mas Arka baik-baik kalau mau. Arsya—““Kenapa Kakak malah belain Kak Arka? Sementara, aku lakuin itu buat belain Kakak. Aku enggak tega terus-terusan lihat K

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status