Share

Bab 3

Author: Setya Ai Widi
last update Last Updated: 2024-12-06 13:52:39

“Kopinya, Mas.” Falisha mendekati Arka dan meletakkan secangkir kopi di meja, tepat di hadapan suaminya.

Arka tidak menyahut, hanya melipat koran di tangan dan meraih kopi yang disajikan istrinya. Sebentar kemudian, Arka menyemburkan kopi yang baru saja diseruput.

“Kenapa, Mas?” tanya Falisha heran saat melihat Arka yang ternyata tidak berkenan dengan kopi buatannya.

“Kamu bikin apa, sih? Kamu sengaja ngerjain?”

Falisha ternganga. Dia sungguh tidak mengerti dengan maksud perkataan suaminya. “Ngerjain gimana, maksud Mas? Fal cuma bikin kopi buat temenin Mas Arka baca koran sebelum sarapan,” dalihnya.

“Terus ini apa?” Arka melempar tatapan dingin sambil jarinya menunjuk ke arah kopi yang sudah dia letakkan kembali di meja.

Falisha tidak tahu harus bagaimana membela diri. Penasaran, Falisha segera meraih cangkir berisi kopi dan menyeruputnya. Perempuan itu terbatuk dan berlari menuju kamar mandi terdekat. Dia baru tahu kesalahan apa yang sudah diperbuat sampai membuat Arkatama menjadi murka. Falisha pun kembali menghampiri suaminya.

“Maaf, Mas. Tadi Fal betul-betul enggak tahu kenapa kopinya jadi asin. Padahal Fal udah pastiin kalau buatnya pakai gula,” aku Falisha dengan sangat menyesal. “Fal buatin yang baru ya, Mas?”

“Enggak, enggak. Enggak perlu.”

Selain kesal perihal kopi, Arka juga kesal karena kemejanya harus turut menjadi korban, padahal dirinya tinggal mengenakan jas dan siap menuju kantor usai sarapan.

Falisha merasa sangat bersalah. Namun, sekeras apa pun dia mengingat kekeliruan yang sudah diperbuat, dia tetap tidak merasa telah salah memasukkan garam ke dalam kopi yang dibuatnya.

Sebisa mungkin, Falisha menyembunyikan raut sedih dan membawa cangkir kembali ke dapur, tanpa sadar sedang ada yang tengah memperhatikan.

“Silakan, Pak, kopinya.”

Falisha mendengar kalimat singkat itu saat melewati meja makan. Ucapan Nia, asisten rumah tangga di kediaman Wilis yang kembali membuatkan kopi untuk Arka. Padahal, Falisha sempat menawarkan untuk membuatkan kopi yang baru dan Arka menolak saat itu juga.

Hati perempuan mana yang tidak kecewa melihat laki-laki pujaan hatinya menolak tawaran untuk dilayani, sementara dia menerima pelayanan dari seorang asisten rumah tangga yang usianya sama dengan Falisha.

Usai mencuci cangkir di wastafel dekat meja makan, Falisha menuju dapur, membantu Nia menyiapkan sarapan meski tanpa diminta. Sebisa mungkin, dia menutup rasa sakit hatinya untuk disimpan seorang diri.

“Udah siap, Mbak? Biar saya yang bawa ke meja makan,” ujar Falisha yang lantas mengambil alih pekerjaan Nia.

“Oh, silakan, Bu. Kalau gitu saya bisa beresin dapur.” Nia membalas senyum Falisha. “Terima kasih,” lanjutnya sebelum menjauh dari majikan barunya.

Falisha menghela napas panjang, kemudian membawa semua makanan yang sudah siap dan menaruhnya di meja makan. Begitu selesai, Falisha hendak mencuci tangan di wastafel. Namun, dia harus sabar menunggu Arsya yang tiba lebih dulu, selesai mencuci tangan hingga tiba gilirannya.

“Are you okay?”

Bisikan Arsya membuat Falisha mendongak, memastikan bahwa laki-laki yang usianya lebih muda lima tahun darinya itu sedang mengajak berbicara.

“Kalau ada masalah, boleh cerita. Aku bisa jadi pendengar yang baik buat Kakak.”

Falisha sedikit memicingkan mata, kemudian meloloskan seulas senyum di bibirnya. “Enggak ada masalah, kok. Fal ... mmm ... Kakak baik-baik aja,” dustanya.

Arsya tidak berkata-kata lagi, melainkan membalas senyum Falisha dan bergegas menuju meja makan, bertepatan dengan munculnya Wilis dan Salma.

“Maaf ya, Mama sama Papa baru keluar. Kami harus siap-siap juga, soalnya bangun kesiangan.” Salma tampak sudah rapi dengan dress putih simpelnya yang terlihat elegan.

Wanita itu diikuti oleh Wilis yang juga sudah rapi mengenakan setelan jas berwarna navy.

“Mau ke mana, Ma?” Arka menoleh dan lebih dulu bertanya.

“Loh, memangnya Arsya enggak cerita? Mama udah bilang sama dia, kemarin. Kalau hari ini Mama sama Papa mau terbang ke Surabaya, ada meeting sama investor di sana.” Salma meletakkan tasnya di kursi, kemudian mendekati wastafel saat Falisha masih berada di sana.

“Kak Arka enggak tanya,” sahut Arsya dengan santai.

“Kamu ini kebiasaan.” Wilis memrotes jawaban Arsya.

“Jangan lupa, Arka. Mama nitip Falisha. Kamu jaga dia, bahagiain dia,” ucap Salma sembari menepuk-nepuk bahu menantunya. “Dia udah jadi bagian dari keluarga kita,” tambahnya.

“Betul,” timpal Wilis.

Arka tidak menjawab. Dia justru sibuk memainkan benda pipih di tangan, lega karena kedua orang tuanya kembali terbang ke luar kota. Sementara Arsya, sibuk memperhatikan Falisha yang lebih banyak diam.

“Arsya juga kalau Kak Falisha butuh apa-apa, misalnya Kak Arka belum pulang, tolong, ya, bantu kakak kamu. Pokonya Mama enggak mau kalau sampai menantu Mama enggak nyaman di sini.” Salma berpesan.

“Falisha nyaman di sini, kok, Ma.”

Perempuan yang dibicarakan pun menyahut. Tidak lupa dia menambahkan senyum di wajah cantiknya yang membuat Arsya keheranan.

“Soal itu Mama enggak perlu khawatir.” Arsya menimpali dengan sorot mata mengarah pada Arka yang masih sibuk dengan gawainya.

“Bagus. Jadi Mama sama Papa bisa menjalankan tugas dengan tenang seperti biasa.” Salma meraih tisu untuk mengelap kedua tangan, lalu memosisikan diri di samping Wilis. “Yuk, makan! Keburu siang.”

“Arsya jangan lupa fokus kuliahnya.” Wilis mengingatkan sebelum betul-betul menikmati sarapan.

“Beres, Pa. Tunggu aja, sebentar lagi aku skripsi. Jangan panggil Arsyanendra kalau nilaiku enggak bisa bikin Papa-Mama bangga.” Arsya sedikit besar kepala, mengundang tawa Wilis.

“Anak sombong yang enggak pernah gagal buktiin kata-katanya,” ujar Wilis sambil menggeleng samar.

Keluarga Wilis pun menikmati sarapan pagi dengan khidmat. Wilis dan Salma yang pertama kali keluar usai sarapan, segera bertolak ke bandara agar tidak ketinggalan pesawat.

Sementara Arka, dia lebih dulu menelepon kekasihnya saat melangkah keluar.

“Sayang, nanti meet up, bisa? Mama sama Papa barusan berangkat ke luar kota. Jadi kita bebas. Aku mau ajak kamu dinner, nanti aku jemput ke apartemen, ya? Nanti aku kabari kalau udah pulang kerja.”

Wajah Arka terlihat semringah mendengar kekasihnya berbicara dari seberang. Menurutnya, tidak ada yang lebih baik dari perempuan yang sedang diajaknya berbicara, termasuk Falisha sekali pun.

“Oke, Sayang. Love you more.” Arka mengakhiri panggilan dan memasukkan gawainya ke dalam saku celana.

Lelaki itu hendak membuka pintu mobil, tetapi ucapan Arsya cukup membuatnya terkejut.

“Sampai kapan Kakak bakal bertahan dalam hubungan yang enggak jelas?”

Arka menoleh ke arah sumber suara dan melihat adiknya bersandar pada pintu mobil belakang. “Bukan urusan kamu,” balasnya singkat, terlihat tidak suka dengan perkataan Arsya barusan.

“Lupa, sama pesen Mama-Papa sebelum berangkat? Lupa, sama tanggung jawab sebagai seorang suami?” Arsya mengingatkan.

“Enggak usah ngajarin soal tanggung jawab kalau kamu sendiri juga enggak bisa bikin anak orang bahagia.”

Mendengar balasan sang kakak membuat Arsya tertawa kecil. “Nabila, maksud Kakak?” tanyanya sembari menegakkan posisi badan. “Aku enggak cinta sama dia, lagian aku juga enggak ada ikatan apa pun, jadi bukan tanggung jawabku buat bikin dia happy. Kalau Kakak kan ... udah ada Kak Falisha sebagai istri.”

“Kamu enggak perlu menggurui.”

“Aku cuma ingetin. Ibarat Kakak baru dapet berlian, jangan disia-siain. Atau Kakak bakal menyesal.”

“Kamu ngancem?”

“Aku cuma ingetin.”

Adu mulut terhenti ketika terlihat Falisha mendekat.

“Syukurlah, Mas Arka belum berangkat. Ini, tadi Fal udah siapin bekal buat makan siang di kantor. Makanannya tetep hangat sampai nanti Mas Arka siap santap.” Falisha mengulurkan tas bekal ke arah Arka yang ditolak mentah-mentah.

“Aku ada meeting sama klien, jadi bisa sekalian makan di luar.” Arka membalas dengan abai, kemudian memasuki mobil tanpa memedulikan perasaan istrinya. “Tolong minggir.”

Falisha yang kecewa dengan penolakan Arka, tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan suaminya. Dia dan Arsya pun menggeser posisi, membiarkan mobil Arka dengan leluasa meninggalkan pelataran rumah.

“Sini, Kak. Bekalnya buat aku.” Arsya mengambil tas bekal dari tangan Falisha, bahkan tanpa persetujuan dari perempuan itu. “Berangkat dulu, ya. Makasih,” lanjutnya sambil sedikit mengangkat tas bekal, memperlihatkan raut bahagia karena sudah dibawakan bekal.

Falisha membalas perkataan Arsya dengan senyum samar. Dilihatnya lambaian tangan Arsya begitu memasuki mobil, kemudian berlalu meninggalkan pelataran di mana hanya tinggal Falisha yang masih berdiam diri di sana.

Ternyata rasanya sesakit ini saat aku menyadari, cinta Mas Arka bukan untukku. Gimana caranya mengambil hati Mas Arka?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 4

    “Bekal yang Kakak bawain kemarin itu enak banget. Boleh enggak, kalau aku minta dimasakin sama Kakak? Kebetulan, Mbak Nia baru pulang kampung karena ada urusan. Sementara Bi Atik, mendadak enggak enak badan. Jadi enggak ada yang masak.”Arsya baru bangun tidur dan membawa tas bekal ke dapur, bertepatan dengan Falisha yang sedang mengambil air minum.“Jadi Arsya suka? Arsya mau dimasakin apa? Nanti Kakak masakin habis mandi.”Tidak buru-buru menjawab, Arsya justru terpesona melihat cantiknya Falisha meski penampilannya masih terlihat berantakan dengan piyama yang dikenakan.“Arsya ....”“Kalau dimasakin sekarang, bisa, enggak? Aku udah laper banget,” pinta Arsya yang baru tersadar dari lamunan. “Aku bakal tungguin Kakak di meja makan. Atau ... mau aku bantu siapin bahan?”Dari Salma, Arsya tahu Falisha adalah tipe orang yang tidak enakan, sehingga kemungkinan kecil perempuan baik hati itu menolak permintaannya. Terlebih, Arsya sudah memperlihatkan tampangnya yang memelas.“Tapi, Kakak b

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 5

    “Kamu apa kabar, Fal? Apa kamu sakit, Nak? Bude lihat, muka kamu agak pucat gitu?”Falisha segera menampik pertanyaan Mirna dengan senyum disertai gelengan samar. “Fal sehat, Bude. Fal baik-baik aja di sini. Keluarga Mas Arka menerima Fal dengan baik dan Fal bahagia banget, Bude.”Terlihat wajah wanita paruh baya yang sedang melakukan panggilan video dengan Falisha itu tersenyum, menunjukkan rasa lega setelah beberapa hari belakangan, hatinya diliputi kekhawatiran.“Syukurlah kalau gitu. Bude seneng dengernya. Bude doain, semoga kamu sama Nak Arka lekas dikarunia momongan, biar lengkap.”Tidak ada yang salah dengan kalimat yang diucapkan Mirna, tetapi kali ini, rasanya sungguh menusuk ulu hati, hingga meninggalkan nyeri yang tidak terperi pada hati terdalam Falisha.Gimana Fal mau hamil kalau Mas Arka aja enggak sentuh Fal sama sekali, Bude? Bahkan secara terang-terangan Mas Arka menegaskan ke Fal, kalau pernikahan kami cuma hitam di atas putih. Mas Arka enggak cinta sama Fal dan tetap

    Last Updated : 2024-12-06
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 6

    “Bu, maaf. Tadi teh Bapak telepon, katanya minta diambilin dokumen, ada yang ketinggalan di meja ruang kerjanya. Saya diminta buat cariin dan kirim pakai kurir.” Atik mendekati Falisha, masih dengan koyo menempel di pelipis kanan dan kirinya.“Tapi, Bi, apa aman kalau dikirim pakai kurir?” Falisha menghentikan aktivitas sejenak, kemudian memperhatikan Atik yang terlihat sedikit pucat.“Nah, itu, Bu. Saya juga khawatir. Biasanya kan ada orang dari kantor yang ambilin misal ada yang ketinggalan,” terang Atik.Falisha baru menulis satu bab cerita untuk novel yang sedang dia publikasikan dalam bahasa Inggris. Namun, dia tidak bisa membiarkan dokumen Arka diantar kurir ke kantor, khawatir jika dokumen itu penting dan tidak aman dalam perjalanan.“Kalau gitu biar saya aja yang anterin ke kantor, Bi. Bibi bisa kembali istirahat.”“Syukurlah kalau gitu. Saya jadi lega, Bu. Makasih banyak ya, Bu, udah mau bantu.”Falisha mengulas senyum. “Saya yang harusnya berterima kasih sama Bibi karena udah

    Last Updated : 2025-01-17
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 7

    “Kita di mana, Arsya?”Falisha terbangun dan melihat sekitar. Pemandangan hijau di hadapan tertangkap indra penglihatan. Perempuan itu tidak sengaja tertidur setelah lelah menangis dalam perjalanan usai Arsya membawanya bertolak dari kantor.“Di hatimu.”Jawaban asal Arsya membuat Falisha menoleh ke arah lelaki yang masih terduduk di balik kemudi. Terlihat senyum tipis terukir di bibirnya.“Arsya ....” Falisha menghela napas panjang. Kedua matanya masih terlihat sembab.Laki-laki yang disebut namanya itu tidak segera membalas ucapan singkat Falisha. Dia justru meraih tisu dari dasbor dan menggunakannya untuk menghapus sisa-sisa air mata Falisha.“Fal bisa sendiri, Arsya. Mmm ... maaf, tapi Kakak bisa sendiri.” Falisha mengambil tisu dari tangan Arsya. “Maaf, kalau udah ngerepotin, Arsya.”“Fal?” Arsya menggumam sembari mengalihkan pandang dari Falisha. “Kenapa enggak aku-kamu aja sih, Kak? Kenapa harus selalu sebut nama?”Falisha tertunduk. “Udah biasa begini, apa ... Arsya enggak suka

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 8

    Malam sudah larut, tetapi Falisha tidak kunjung bisa memejamkan mata. Dalam benaknya masih teringat jelas kata-kata yang diucapkan Arkatama sore tadi.Apa Mas Arka bener-bener enggak bisa terima pernikahan ini? Lalu apa yang harus Fal lakuin, sementara Mas Arka secara terang-terangan bilang kalau dia enggak menginginkan Fal?Bulir bening luruh dari kedua sudut mata. Falisha merasa kalut dan tidak tahu harus melakukan apa.Gimana kalau sampai Bude tahu yang terjadi sebenarnya? Bude pasti bakal sedih dan kecewa, kan?Falisha mengusap air matanya dengan punggung tangan. Dalam kamarnya yang gelap, dia berniat menuju kamar mandi dan baru menyadari bahwa Arka sedang tidak berada dalam ruangan tersebut. Sofa yang biasa ditiduri Arka terlihat kosong dengan selimut berserak di lantai.Di mana Mas Arka? Kenapa jam segini enggak ada di kamar?Perlahan, Falisha bangkit dari tempat tidur. Dia mencari sosok Arka, tetapi di balkon kamar pun tidak ditemukan keberadaan sang suami, sehingga Falisha mem

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 9

    “Nanti sore Arsya bakal anter kamu ke salon. Ada acara penting sama para investor nanti malem dan kamu harus ikut.”Arka mengucapkan kalimat itu ketika Falisha baru saja meletakkan jas yang hendak dipakainya di atas tempat tidur, tidak jauh dari cermin di mana laki-laki mematut diri. Satu hal yang membuatnya terpaksa, karena pernikahannya dengan Falisha yang sengaja dirahasiakan dari khalayak ramai, akhirnya terbongkar karena Falisha tiba-tiba mendatanginya ke kantor.Di samping itu, Arka semakin kesal ketika Falisha sudah mengganggunya saat tengah memadu kasih dengan Sabrina yang baru saja datang untuk mengajaknya makan siang.“Tapi, bukannya ... kemarin Mas Arka bilang, Fal—”“Terlanjur.” Arka memotong. Lelaki itu membalikkan badan, menghadap Falisha, lalu menatapnya dengan tatap dingin dan angkuh. “Gara-gara kamu seenaknya dateng ke kantor, semua jadi tahu kalau aku udah nikah, jadi kamu harus terima konsekuensinya!”Tunggu! Apa yang dikatakan Arka? Falisha mengerutkan dahi.“Konse

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab10

    “Pak, lihat mobil di depan, enggak? Tadi Fal ... eh, saya pesan taksi online, katanya udah di depan, kok enggak ada, ya?”Falisha sedang terburu-buru, tetapi mendadak ada kendala yang tidak diprediksi. Dia tidak ingin terlambat sampai di kantor Arka sebelum lelaki itu membawanya ke acara makan malam bersama para investor. Namun, taksi online yang katanya sudah berada di depan pagar kediaman Wilis, tidak terlihat sama sekali.“Oh, jadi tadi itu taksi online yang Bu Falisha pesan? Anu, Bu, tadi—”"Aku udah bayar taksinya dan kusuruh pergi." Arsya memotong sebelum satpam yang biasa berjaga di rumahnya selesai menjelaskan.Adik ipar Falisha itu tampak rapi dengan kemeja hitam yang dikenakan. Terlihat jelas pose badannya yang atletis, telah mengundang perhatian Falisha. Ada debar tidak biasa yang mendadak dirasakan perempuan itu saat menatap Arsya."Masuk, Kak! Kak Arka kan minta aku anterin Kakak. Kenapa harus pesen taksi online segala?" protes Arsya sembari membukakan pintu mobil untuk F

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 11

    Falisha membuka mata dengan berat, kemudian mengerjap perlahan. Sinar matahari pagi menerobos masuk ke dalam kamar melalui celah gorden yang sedikit terbuka dan tepat mengenai wajah cantiknya."I love you, Falisha."Bisikan lembut yang begitu lirih semalam, berhasil membuat Falisha menyunggingkan senyum tipis sebelum dirinya benar-benar tersadar.Jemari mungil Falisha tergerak untuk membuka selimut yang menutup badan, dan senyum itu kembali menghiasi wajah. Rasanya masih seperti mimpi ketika dia merasakan sentuhan lembut yang dia inginkan sejak awal pernikahan.Falisha menjadi semakin yakin, usahanya untuk mengambil hati Arka tidak akan berakhir sia-sia. Namun, bibir Falisha mendadak datar ketika mengingat, Sabrina juga hadir dalam acara makan malam suaminya dan entah minuman apa yang diberikan perempuan itu kepadanya sebelum akhirnya, Falisha mendadak tidak sadarkan diri dan tiba-tiba terbangun dalam kamarnya yang gelap.It's okay, Falisha. Enggak ada yang perlu dipikirkan, karena ny

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 28

    “Beresi barang-barang kamu dan kita pulang hari ini juga!” titah Arka saat Falisha baru saja memasuki kamar.Sejenak, perempuan yang diajak bicara itu termenung di depan pintu. Dia menatap Arka tanpa suara.“Kenapa, sih, kalau diajak ngomong diem aja? Kamu mulai tuli?” Arka terlihat geram, tetapi masih mencoba untuk menjaga intonasi suara agar tidak terdengar dari luar.Dada Falisha naik turun seiring dengan napasnya yang tidak beraturan. Apa yang dikatakan Arka tadi? Laki-laki itu mempertanyakan apakah dia mulai tuli?Falisha sungguh tidak habis pikir. Dia mengira, sejak perlakuan sebenarnya Arka terhadap dirinya sudah diketahui Salma dan Wilis, laki-laki itu akan berubah. Namun, apa yang diharapkan Falisha ternyata tidak sesuai ekspektasi.Perempuan itu berjalan cepat menuju sisi lemari di mana kopernya berada. Dia pun membereskan semua barang bawaan tanpa terkecuali. Jangan ditanya tentang sedih atau tidaknya. Beberapa menit lalu, Falisha baru saja merencanakan dengan Thalita, mere

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 27

    “Fal, ayo. Semua udah pergi.” Arka membujuk Falisha yang masih berjongkok di sisi pusara Mirna supaya lekas bangkit. Dia tidak ingin berlama-lama tinggal begitu prosesi pemakaman selesai dilaksanakan.Falisha belum juga bergerak. Perempuan itu tentu merasa sangat kehilangan, karena baginya, Mirna adalah Ibu kedua setelah mamanya meninggal dalam kecelakaan bersama sang Papa. Falisha sangat menyayangi Mirna yang sering memanjakannya seperti anak sendiri.“Fal ....” Arka kembali bersuara karena melihat Falisha hanya bungkam. “Kamu denger, kan?”“Fal masih mau di sini. Mas Arka duluan aja.” Singkat, padat, dan jelas. Falisha sama sekali tidak menoleh saat membalas kalimat suaminya. Wajahnya masih basah dan kedua mata menatap kosong ke arah pusara.Arka mendecak kesal. Bagaimana bisa perempuan itu berucap dengan entengnya? Bisa-bisa dia kena marah Salma karena lagi-lagi akan dianggap tidak perhatian terhadap Falisha, bukan?“Kamu harus lekas istirahat. Atau ... kamu sengaja, nyiksa diri de

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 26

    “Kakak di sini aja, aku awasi Kakak dari tempat yang intinya Kak Arka enggak akan tahu aku di mana.” Arsya menghentikan langkah begitu mendekati stasiun dan Falisha menurut.Perempuan itu hanya bisa mengangguk. Dia tidak berani banyak bicara karena sempat salah tangkap akan kejadian beberapa menit lalu di mana Arsya menunduk untuk mengambil bulu mata yang dikhawatirkan akan masuk ke mata Falisha.“Kakak yakin, baik-baik aja?” Arsya memastikan, karena Falisha menjadi lebih banyak diam.“Baik, Arsya. Enggak ada yang perlu dikhawatirkan.”“Gimana aku enggak khawatir? Kakak baru aja baikan. Kemarin Kakak demam tinggi seharian.”Perempuan mana yang tidak akan tersentuh hatinya jika ada laki-laki yang begitu memperhatikan dirinya bahkan sampai hal terkecil sekali pun? Falisha betul-betul tidak bisa membalas kalimat Arsya. Dia tidak ingin salah bicara.“Ya udah, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa, aku pasti tonjok lagi mukanya Kak Arka.”“Tapi, Arsya—““Bercanda.” Arsya menyahut cepat sambil

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 25

    “Minum dulu biar Kakak lebih tenang,” pinta Arsya sambil menyorongkan botol berisi air mineral yang sudah dibuka untuk Falisha. Begitu Arka tidak terlihat, laki-laki itu membawa Falisha menuju Istana Park yang tidak jauh dari Stasiun MRT Orchard.Falisha menerima air mineral pemberian Arsya tanpa menoleh sedikit pun. Tatapannya terlihat kosong.“Kenapa Kakak nolak buat aduin kelakuan Kak Arka ke Mama sama Papa? Kak Arka itu udah keterlaluan sama Kakak. Harusnya dia dikasih pelajaran biar enggak seenaknya.” Arsya menekankan.Perempuan yang diajak bicara tidak menjawab. Pikirannya justru melayang dengan berbagai pertanyaan berkecamuk memenuhi isi kepala.Kalau memang udah ada seseorang yang mengisi hati Arsya, kenapa Arsya masih seperhatian ini sama Fal, Arsya? Jangan buat Fal merasa spesial di mata Arsya. Fal ... ah ... enggak. Fal milik Mas Arka. Iya, seharusnya Arsya biarin Fal menyelesaikan masalah Fal sendiri, Arsya. Bukan begini caranya.Falisha memejam sebentar sembari menggeleng

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 24

    “Bibir kamu kenapa, Arka?” Salma yang baru saja selesai memasak bersama menantu tercinta, memusatkan perhatian ke arah Arka.Laki-laki itu keluar dari kamar dengan penampilan rapi. Kemeja warna biru laut yang tidak dikancingkan, dipadukan dengan kaus putih yang sedikit menempel di badan membuatnya terlihat lebih cool.“Semalem ada insiden kecil, tapi Mama enggak perlu khawatir.”“Insiden apa? Gimana bisa?”“Segala kemungkinan kan bisa terjadi, Ma. Tapi enggak apa-apa, udah diobatin lukanya sama Falisha, jadi Mama tenang aja.” Arka mendekati meja makan di mana semua keluarga sudah terduduk di sana.“Jangan-jangan kamu berantem.” Wilis menimpali, sambil melipat koran yang tadi menutup wajah.“Kayak anak kecil aja udah setua ini masih berantem, Pa.” Salma tidak percaya.“Ya siapa tahu. Papa kan Cuma nebak aja.” Wilis melipat koran, kemudian meletakkannya di meja. “Ya sudah, yuk, sarapan! Sudah laper Papa gara-gara nungguin Arka.”Wilis membalik piringnya, sementara Salma bergerak cepat m

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 23

    “Arsya, kenapa? Jawab Kakak. Kenapa Arsya lakuin itu sama Mas Arka?”Arsya menjatuhkan diri di samping Falisha. Dia baru saja terbangun dari alam bawah sadar. Ingin sekali mengaku akan cintanya yang begitu besar untuk perempuan itu, tetapi mendadak sadar bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat.“Aku ... enggak bisa lihat Kakak diperlakukan seenaknya sama Kak Arka. Aku pengen Kak Arka buka mata kalau Kak Falisha itu lebih baik, jauh lebih baik dari Sabrina yang cuma ngincar harta keluarga kita.”Usai mengucap kalimat itu, Arsya menunduk dalam-dalam. Seandainya saja dia tahu Falisha yang dilamar kedua orang tuanya untuk Arka, sementara Arsya sendiri tahu Arka memiliki seorang kekasih, mungkin Arsya tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur.“Tapi Arsya enggak seharusnya lakuin itu. Arsya bisa negur Mas Arka baik-baik kalau mau. Arsya—““Kenapa Kakak malah belain Kak Arka? Sementara, aku lakuin itu buat belain Kakak. Aku enggak tega terus-terusan lihat K

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 22

    “Mas, Mas Arka kenapa, Mas?”Malam sudah menunjukkan pukul 00.30 waktu setempat, tetapi Falisha yang belum bisa tidur, memutuskan untuk duduk di tepi jendela, memperhatikan gemerlap lampu-lampu kota.Perhatian Falisha kini tertuju ke arah pintu kamar yang baru saja dibuka. Dia melihat Arka memasuki kamar dengan sudut bibir berdarah. Tidak peduli lagi dengan rasa sakit di kepala, Falisha lebih memilih untuk mendekati Arka.“Mas, kenapa bibirnya berdarah?” Jemari Falisha terangkat, hendak menyentuh wajah Arka, tetapi laki-laki itu menepisnya.“Enggak usah sok peduli. Seneng, kan, lihat aku kayak gini?”“Mas, Fal cuma mau lakuin kewajiban Fal sebagai istri Mas Arka. Sekarang Mas Arka duduk dulu, ya, biar Fal ambil air hangat buat kompres memar sekalian ambil kotak P3K.”Arkatama duduk di tepi tempat tidur sembari menghela napas panjang. Dia menarik lengan Falisha kuat-kuat hingga perempuan itu terduduk di pembaringan.“Diam aja di situ! Aku bisa obati sendiri.”Falisha mendesah lelah. Di

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 21

    “Mama betul-betul minta maaf, Falisha. Mama enggak pernah tahu kalau sikap Arka kurang baik ke kamu. Mama sama Papa sibuk sendiri sama bisnis kami sampai-sampai ... kurang memperhatikan apa yang terjadi dengan anak-anak Mama.”Falisha melihat air mata menggenang di pelupuk mata mama mertuanya. Dia menggeleng samar sambil sesekali mencuri pandang ke arah Arsya. Pasalnya, laki-laki itu sudah berjanji kepada Falisha, tidak akan memberi tahu Salma maupun Wilis tentang sikap Arka yang kurang baik terhadapnya. Namun, apa yang terjadi? Arsya tetap memberi tahu mereka.“Fal enggak apa-apa, Ma. Enggak ada yang perlu dikhawatirkan.”Arsya bukannya tidak merasa bersalah, tetapi memang dia tidak mengadukan apa pun kepada Salma dan Wilis yang secara kebetulan, tadinya Salma ingin mengetahui bagaimana romantisnya Arka memperlakukan Falisha saat mereka sedang berdua saja. Sayangnya, satu kenyataan pahit justru harus mereka lihat.“Gimana Mama enggak khawatir? Kamu sampai sakit begini, Nak.” Salma me

  • Hasrat Liar Adik Ipar   Bab 20

    “Kamu itu dari mana aja, Arka? Istri kamu sakit, tapi kamu malah keluyuran?” tegur Salma begitu melihat kedatangan anak pertamanya.Wanita itu sudah satu jam tiba di apartemen bersama sang suami, tetapi di dalamnya hanya menemukan Falisha yang terbaring lemah di kamar, ditemani Arsya yang duduk di sofa sudut sembari fokus menghadap laptop.“Papa sama Mama betul-betul kecewa sama kamu, Arka,” timpal Wilis. Laki-laki yang rambutnya mulai memutih itu duduk di sofa ruang tamu, berhadapan dengan Salma.“Maaf, Ma, Pa. Ini ....” Arka menaikkan tinggi-tinggi tas belanja di tangan. “Aku cuma tinggalin Falisha sebentar buat belanja dan bukan keluyuran seperti yang Mama kira,” elaknya dengan alibi yang dirasa tepat.“Mama tahu banget gimana kamu, Arka. Jadi enggak perlu banyak alasan.” Salma to the point. “Di mana dia? Nginap di mana? Biar Mama kasih tahu supaya dia enggak ganggu kamu lagi! Kamu udah jadi suami Falisha dan seharusnya kamu bertanggung jawab penuh atas istri kamu, bukan malah sibu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status