"Usir pezina itu dari kawasan ini! Usir, usir, usir!"
Teriakan warga sekitar menggema di depan pintu kontrakan Anjani."Astaghfirullah, kenapa aku telanjang seperti ini? Apa yang telah dilakukan orang itu padaku? Dan kemana orang itu sekarang?"
Anjani sedikit pusing karena sempat pingsan akibat dipukul. Namun dia berusaha bangkit karena mendengar kebisingan dari luar.
"Keluar atau kami dobrak paksa pintu rumahmu! Keluar Anjani!"Anjani yang kalut langsung memakai bajunya, namun saat hendak melangkah keluar dia merasakan sakit di area sensitifnya.
"Aww kenapa sakit sekali? Apa jangan sampai orang itu sudah minum kesucianku?" gumam Anjani sambil berjalan tertatih.
Jani keluar dan membuka pintu kontrakannya.
"Pak RT, ada apa ini Pak? Kok ramai ramai ke sini?" tanya Jani."Usir saja pezina itu dari kontrakan ini Pak RT! Kami nggak mau kena azab karena mempertahankan pezina di lingkungan ini!" seru beberapa warga.
"Astaghfirullah hal adzim!" Anjani membekap mulut.
"Tenang saudara saudara, kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin. Mbak Anjani, saya mendapat laporan dari Mang Dikin, katanya dia melihat Mbak Anjani membawa lelaki masuk ke kontrakan, dia juga melihat lelaki itu keluar dari kontrakan Mbak Anjani subuh tadi. Apakah itu benar? " selidik pak RT.
"Tadi malam sewaktu saya pulang lembur, ada yang memblokir pintu kontrakan Pak RT, lalu ketika saya buka orang itu seperti linglung dan membekap mulut saya. Dia menyeret saya ke kamar lalu setelah itu saya tidak ingat apapun karena kepala saya dipukul hingga pingsan. Dan setelah saya bangun tiba tiba saya sudah ditelanjangi dan orang itu kabur Pak RT," jelas Anjani setengah menangis.
Namun para warga terlanjur tidak mempercayai Anjani dan mereka lebih memilih percaya pada kata orang lain.
“Halah nggak usah banyak drama lah, buktinya nikmatin juga kan?” teriak bu Romlah. "Sudah semuanya diam dulu. Mohon maaf Mbak Anjani, saya mungkin bisa mempercayai jika Mbak Anjani tidak berbohong, tetapi para warga sudah terlanjur emosi. Demi kebaikan bersama, saya mohon Mbak Anjani segera meninggalkan kontrakan ini sebelum warga bertindak anarkis!" pinta pak RT pada Anjani.Akhirnya dengan berat hati Anjani meninggalkan kontrakan itu. Dia berjalan mencari kost yang masih kosong.
Setelah mendapatkan kost yang baru, dia langsung membereskan barangnya lalu membersihkan diri. Karena kejadian hari ini, dia memutuskan untuk ijin tidak masuk kerja.
***
Keesokan harinya saat Anjani sedang fokus menyelesaikan tugas, tiba-tiba Sisil menghampiri Jani di ruangannya.
"Jani, saya dipanggil ke ruangan HRD!""Loh, emang ada apa Sil kok aku dipanggil?"
"Nggak tau, dah sana buruan kesana, gue mau ke kantin dulu. Semangat Anjani!" sambung Sisil sambil meninggalkan ruangan Jani.
"Iya Sil makasih ya," ucap Jani yang hanya diangguki oleh Sisil.
"Kok perasaanku nggak enak gini ya? Perasaan aku nggak bikin masalah deh. Semoga aja penyelesaianku nggak benar-benar," gumam Jani sambil melangkah menuju HRD.
Tok tok tok "Permisi Pak," ucap Anjani di depan pintu."Silahkan masuk!" ucap pak Rusli kepala HRD mempersilahkan masuk.
"Mohon maaf apakah Pak Rusli memanggil saya?" tanya Anjani pelan.“Iya benar, saya memanggil kamu ke sini!”
“Ada apa ya Pak?” ucap Jani berhati hati. Seketika Anjani menunduk karena sangat tegang melihat raut wajah pak Rusli.Pak Rusli yang sedang fokus di depan layar laptop lalu beralih menatap Anjani dan melepas kacamatanya. Beliau menghela napas sebelum memulai pembicaraan.
"Mbak Anjani, saya mendapat laporan bahwa kamu baru di usir dari tempat tinggalmu karena berzina, memang benar kabar belum tersebar luas namun kami tidak ingin masalah ini sampai tersebar di seluruh kantor yang mempengaruhi nama baik perusahaan kami. Tentunya kami juga berusaha melindungi kamu dari gosip yang berhembus ini!" tukas pak Rusli sambil menyesap kopinya.
"Walaupun kinerjamu selama ini lumayan bagus dan kamu juga belum pernah membuat masalah, tapi maaf kami tidak bisa menemukan jalan lain untuk mempertahankanmu. Jadi dengan berat hati anda kami berhentikan dan mulai besok tidak perlu bekerja di sini lagi," sambung pak Rusli.
Sejenak Anjani memejamkan mata seraya menundukkan kepalanya.
"Saya mohon Pak beri saya kesempatan untuk bekerja di sini Pak," ucap Jani memohon.
"Mohon maaf Mbak Anjani, ini sudah menjadi keputusan pimpinan perusahaan, dan saya hanya menjalankan perintah atasan!" tukas pak Rusli.
Pak Rusli lalu menyerahkan amplop berisi pesangon pada Jani.
"Inu pesangon untukmu. Silahkan manfaatkan sebaik mungkin. Kamu anak berprestasi semoga segera mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi di luar sana," ucap pak Rusli menyemangati."Baik Pak. Kalau begitu saya permisi!"
"Silahkan!"
Jani lalu mundur dari ruangan pak Rusli. Dia berjalan dengan gontai ke ruangannya dan segera membereskan semua barangnya.
“Jani, nih gue bawain maka-,” ucapan Sisil terpotong kala melihat Anjani membereskan semua barang barangnya.
"Lu mau kemana Jan? Kok beberes gini? Lu mengundurkan diri?" tanya Sisil sambil memperhatikan semua barang yang dibereskan Anjani.
"Gue dipecat!"
"Apaaa?"
"Nggak usah teriak di dekat telinga gue juga dong Sil. Gue nggak budek!" sungut Anjani seraya menutup telinganya."Hehehe ya sory Jan, habisnya gue kaget nggak ada angin nggak ada hujan kok tiba tiba lu dipecat. Emang bikin kesalahan segede apa lu? Perasaan kinerja lu di sini baik baik aja ga pernah bikin onar!" ucap Sisil penasaran. "Gue habis kena musibah Sil, kemarin malam gue diperkosa, terus gue juga diusir dari kontrakan eh sekarang dipecat gara gara masalah itu. Gue nggak tau siapa yang udah nyebarin kabar ini ke direktur. Udah jatuh ketimpa tangga pula," papar Anjani sambil menghela nafas lesu."Yaampun kok bisa sih? Bukannya kemarin malam lu lembur ya Sil? Diperkosa dimana lu?" "Waktu baru habis mandi setelah dari kantor tiba tiba ada yang ngetuk pintu kencang banget, nah waktu gue buka tiba tiba itu orang main nerobos masuk. Kayaknya dia kena pengaruh obat perangsang, apesnya waktu mau teriak ini mulut udah dibekap duluan, gue diseret terus dipukul sampai pingsan. Habis i
"Santai dong Jani, nggak usah ngegas gitulah. Asal lo tau aja ya, gue tuh nggak suka lo selalu berada satu tingkat diatas gue. Dan gue juga udah berbaik hati bukan buat nyelametin nama baik lo biar nggak jelek di lingkup kantor? Harusnya lo berterima kasih sama gue!" ucap Sandra penuh kemenangan."Jadi lo yang udah bikin gue dipecat?" "Gue sih nggak niat buat nyingkirin lo dari sini, tapi ya gimana lagi? Daripada lo nanggung malu, lagian perusahaan nggak mungkin juga buat mempertaruhkan nama baiknya hanya demi mempertahankan satu karyawan yang udah ketahuan terjerat skandal bukan? Udahlah kalau emang jalang ya jalang aja nggak usah ngelak!" Hati Anjani mencelos mendapat fitnahan itu. Apalagi beberapa karyawan lain yang baru akan pulang juga menyaksikan perdebatan mereka. Mereka berbisik membicarakan kelakuan Sandra yang terkesan arogan."Cukup Sandra, lo nggak ngerti apa yang sedang gue alami sekarang dan lo juga nggak tau rasanya di posisi gue. Ingat ya karma itu nggak salah jalan.
Anjani terus berlari namun sayangnya para preman itu juga terus mengejarnya. Kaki Anjani sampai tersandung batu dan membuatnya terjatuh."Mau kabur ke mana sih kamu cantik? Ayolah sini kita bersenang senang!""Tolong jangan sentuh saya. Saya mohon," ucap Anjani mengiba.Dia sudah tidak bisa kabur karena sudah dikepung oleh para preman mabuk itu.'Ya Tuhan selamatkan aku!' batin Anjani ketakutan.Ketika preman itu hendak menyentuh Anjani, tiba tiba seseorang datang."Lepaskan wanita itu!"Anjani mendongak ketika mendengar suara bariton itu memerintahkan para preman agar berhenti mengganggu."Hehh siapa lu berani beraninya merintah kita? Asal lu tahu aja gadis ini udah jadi milik gua ha ha ha ha ... ""Memangnya kalian siapa berani beraninya mengaku gadis itu milik kalian?""Nih kenalin gua penguasa wilayah sini. Jadi lu nggak usah macem macem kalau masih sayang nyawa. Ngomong ngomong gaya lu necis amat, bau bau orang kaya nih. Sini bagi semua duit lu sama gua kalau nggak mau nyawa lu m
"Nggak tau Rin. Dari tadi pagi rasanya mual terus agak pusing gitu," ujar Anjani."Yaampun Jan, terus lu udah minum obat belum? Atau mau gue kerokin?" tawar Rini rekan kerja Anjani."Makasih Rin, tadi udah pakai aromatherapy kok Rin, udah agak mendingan!""Yaudah kamu makan gih biar ada tenaga!" titah Rini.Rasa mual Anjani kembali hadir setelah melihat soto."Rin, aku kok malah jadi pengen muntah ya liat soto?” Ucap Anjani sambil menutup mulut."Aneh banget sih lu hari ini Jan, tingkah lu persis kayak orang hamil aja,”celetuk Rini.DeggggAnjani mematung mendengar celetukan Rini."Hamil? Ahh lo ada ada aja deh Rin. Udah ya Rin soto gue sekalian aja lo yang makan ya Rin, gue balik ke kantor dulu aja," ucap Anjani sambil berlalu dengan menutup mulut."Eh beneran nih? Makasih ya Jan. Semoga cepet sembuh!" Anjani hanya mengangguk sambil berlalu.“Eh tapi kalo badan gue melar gimana Jan?” teriak Rini pada Anjani.“Yaudah melar nanti dikempesin lagi hahaha...”'Apa benar aku hamil?' bati
Anjani mendongak kaget, sementara karyawan lainnya hanya bisa melongo dan bertanya tanya apakah Anjani mengenal pimpinan mereka."Lu kenal sama pimpinan kita?""Eng-enggak tahu gue. Gue juga baru pertama kali lihat tuh CEO," ucap Anjani berkelit.‘Sial, kenapa juga harus dipanggil?’ batin Anjani.Dia melangkah ke ruangan CEO dengan langkah yang sedikit gemetar. 'Aku nggak menyangka orang yang telah memperkosaku ternyata CEO. Aku harus bagaimana? Aku takkan menyerahkan anak ini bila suatu saat dia memintanya!' batin Anjani bergelut dengan pikirannya sendiri.***Tok tok tok "Permisi!""Masuk!"Anjani hanya mematung tidak mengindahkan perintah atasannya untuk segera masuk ke ruangan."Silahkan masuk. Anda tidak mungkin akan berdiri di situ sampai nanti kan?" ucapnya.Anjani terkesiap lalu segera masuk."Silahkan duduk," ucap sang CEO.Anjani berusaha untuk tenang, dia bingung harus bicara apa dan hanya diam saja menunggu lawannya berbicara. "Kamu masih mengingat saya?"Anjani sejenak
"Aku yakin keluargaku pasti akan bisa menerimamu dengan baik. Aku akan membujuk mereka," ucap Revan dengan yakin."Bagaimana bila kenyataannya mereka tidak memberikan restunya pada kita?" ucap Anjani pesimis."Kita akan tetap menikah dengan atau tanpa restu keluargaku!""Dan kamu Jani, mulai hari ini kamu tidak perlu bekerja lagi. Pulanglah dan berkemas, aku akan membawamu pindah dari rumah sempit itu!" titah Revan."A-apa itu artinya saya dipecat? Ta-tapi aku sudah terlanjur membayar untuk satu bulan. Sayang kan uangnya kalau nggak di tempati," cicit Jani lesu."Aku tidak menerima penolakan. Berapa pun yang kamu minta aku pasti akan berikan dan apa pun yang kamu inginkan pasti akan selalu aku turuti bagaimanapun caranya. Aku akan mencukupi kebutuhanmu mulai saat ini. Tapi tolong menurutlah padaku Anjani, lagian sebentar lagi kita akan menikah dan kamu akan menjadi tanggung jawabku, aku tak mungkin membiarkanmu bekerja sementara aku mampu menafkahimu," ucap Revan sambil mengusap pucuk
"Ma, Mama nggak capek setiap hari selalu ngoceh tentang pernikahan? Yang mau menjalani rumah tangga itu Revan Ma bukan Mama, ngertiin Revan dong Ma!" "Nggak ada alasan lagi Revan. Mama udah kenyang setiap hari dengar alasan kamu yang cuma mentingin kerja kerja kerja. Mama itu juga pengen segera menimang cucu Revan. Mama malu setiap arisan teman teman Mama selalu tanya kapan kamu nikah!" oceh Mama Linda panjang lebar. "Lagian Mama tuh nggak perlu selalu mendengarkan perkataan orang Ma, orang lain itu tahunya cuma ngomong dan menilai Ma, kita yang lebih tahu apa yang terbaik buat kita. Lagian Mama kan juga udah punya cucu dari dari Vina!" "Ya beda dong Van, Mama juga mau cucu dari kamu. Pokoknya Mama nggak mau tahu kalau kamu nggak mau menikah Mama akan menjodohkanmu dengan anak teman Mama. Malam ini kamu harus pulang dan membawa kekasihmu jika kamu tidak ingin Mama yang turun tangan mencarikan kamu jodoh!" "Iya Mama iya nanti malam Revan bakal pulang tapi Mama janji bagaimanapun pi
"Enggak Revan aku nggak mau pisah dari kamu Revan. Maafin aku Revan, beri aku kesempatan," ucap Mayra mengiba. Revan benar benar muak dengan drama yang Mayra buat. Dia tak habis fikir dengan jalan pikiran Mayra. "Cukup Mayra, apa masih kurang kesempatan yang aku berikan selama ini? Apa kamu fikir aku tidak tahu dengan semua kelakuanmu di luar sana? Bahkan aku sering mendapat laporan kamu pergi dengan teman lelakimu tanpa sepengetahuanku. Tapi dengan begitu naifnya aku hanya diam dan terus saja memberimu kesempatan untuk terus menyakiti hatiku!" Degg Mayra tersentak mendengar pernyataan Revan. "Da-dari mana kamu tahu? Atau jangan jangan selama ini kamu memata mataiku?" tanya Mayra gugup. "Memangnya kenapa kalau aku memerintahkan seseorang untuk mengawasimu?" tanya Revan balik. "Revan aku juga punya privasi yang tak harus kau tahu semua tentang aktivitasku!" sungut Mayra tak mau mengalah. "Dan jika kau lupa kau juga harus tahu bahwa kau juga harus menjaga batasanmu apalagi kita s