"Ma, Mama nggak capek setiap hari selalu ngoceh tentang pernikahan? Yang mau menjalani rumah tangga itu Revan Ma bukan Mama, ngertiin Revan dong Ma!" "Nggak ada alasan lagi Revan. Mama udah kenyang setiap hari dengar alasan kamu yang cuma mentingin kerja kerja kerja. Mama itu juga pengen segera menimang cucu Revan. Mama malu setiap arisan teman teman Mama selalu tanya kapan kamu nikah!" oceh Mama Linda panjang lebar. "Lagian Mama tuh nggak perlu selalu mendengarkan perkataan orang Ma, orang lain itu tahunya cuma ngomong dan menilai Ma, kita yang lebih tahu apa yang terbaik buat kita. Lagian Mama kan juga udah punya cucu dari dari Vina!" "Ya beda dong Van, Mama juga mau cucu dari kamu. Pokoknya Mama nggak mau tahu kalau kamu nggak mau menikah Mama akan menjodohkanmu dengan anak teman Mama. Malam ini kamu harus pulang dan membawa kekasihmu jika kamu tidak ingin Mama yang turun tangan mencarikan kamu jodoh!" "Iya Mama iya nanti malam Revan bakal pulang tapi Mama janji bagaimanapun pi
"Enggak Revan aku nggak mau pisah dari kamu Revan. Maafin aku Revan, beri aku kesempatan," ucap Mayra mengiba. Revan benar benar muak dengan drama yang Mayra buat. Dia tak habis fikir dengan jalan pikiran Mayra. "Cukup Mayra, apa masih kurang kesempatan yang aku berikan selama ini? Apa kamu fikir aku tidak tahu dengan semua kelakuanmu di luar sana? Bahkan aku sering mendapat laporan kamu pergi dengan teman lelakimu tanpa sepengetahuanku. Tapi dengan begitu naifnya aku hanya diam dan terus saja memberimu kesempatan untuk terus menyakiti hatiku!" Degg Mayra tersentak mendengar pernyataan Revan. "Da-dari mana kamu tahu? Atau jangan jangan selama ini kamu memata mataiku?" tanya Mayra gugup. "Memangnya kenapa kalau aku memerintahkan seseorang untuk mengawasimu?" tanya Revan balik. "Revan aku juga punya privasi yang tak harus kau tahu semua tentang aktivitasku!" sungut Mayra tak mau mengalah. "Dan jika kau lupa kau juga harus tahu bahwa kau juga harus menjaga batasanmu apalagi kita s
"Apakah Revan terlihat bercanda Ma?"Bughh BughhBughhRevan mendapat serangan bogem mentah mendadak dari papanya. Sementara mama Linda yang syok seketika menjadi lemas."Bajingan kamu Revan! Papa nggak pernah mendidik kamu untuk merusak wanita! Papa kecewa sama kamu!""Pa aku bisa jelasin semuanya Pa!" sahut Revan."Sudah Om hentikan. Kasihan Mas Revan Om!" pinta Anjani sambil berusaha meraih Revan."Pa, sudah Pa jangan pukuli anak kita Pa!"Akhirnya Hendra menghentikan pukulannya pada Revan. Sementara mama Linda menatap nyalang pada Revan dan juga Anjani."Revan, Mama tahu kamu pasti sakit hati setelah pernikahanmu gagal, tapi bukan begini caranya Revan. Kenapa kamu tega menghamili wanita lain? Dan lihat bahkan perutnya sudah membesar. Apa kata orang nanti Revan? Mama kecewa sama kamu!" ujar mama Linda setelah meminum air yang diberikan bibi."Ma, Pa, Revan dijebak. Saat itu kami sedang melakukan pertemuan bisnis, tapi ada yang sengaja mencampurkan obat perangsang pada minuman Reva
Anjani terbangun setelah mendengar suara adzan berkumandang. Dia bergegas bangun dan menunaikan ibadah wajib setelahnya turun ke bawah untuk membuat sarapan."Oh iya kan lupa belum belanja, hari ini bikin roti panggang aja deh," gumam Anjani sambil menyiapkan roti dan selai.Saat dia tengah menyantap sarapannya, asisten rumah tangganya datang untuk membersihkan rumah. Tanpa diketahui, asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh Revan sudah ditugasi untuk mengawasi gerak gerik Anjani oleh seseorang.***Sementara ditempat lain, orang tua angkat Anjani harus menghadapi para rentenir yang datang menagih hutang karena sudah jatuh tempo.DokDokDokBodyguard sang rentenir menggedor pintu."Danu ... keluar kamu! Cepat bayar hutangmu!"Danu beserta istrinya keluar dengan raut ketakutan."Mana uang yang kamu janjikan kemarin?" tagih rentenir itu."Maafkan kami Tuan, kami belum mendapatkannya hari ini, kami akan mengusahakannya lagi Tuan, tolong beri kami waktu!" bujuk Danu pada rentenir."Ti
"Ehh bener juga ya. Tapi memangnya kamu tahu alamatnya Mas?" "Oh iya ya aku lupa nggak tanya hehe!" jawab Danu disertai cengiran.Ratin memutar bola matanya malas."Sudahlah Bu, kita tunggu saja. Kamu tahu sendiri kan anak itu bagaimana. Setidak teganya dia pasti akan pulang. Kita tunggu sajalah Bu!""Ya Sudahlah Mas!" ucap Ratin pasrah.***Sedangkan di tempat lain, Revan sedang berdiri di depan rumah Anjani. Dia memencet bel namun si empunya rumah tak kunjung membuka pintu."Ke mana ya Anjani kok belum dibukain pintunya?" Saat dia akan menelepon Anjani pintunya dibuka."Anjani!""Mas Revan! Kukira siapa Mas. Maaf ya agak lama tadi nggak dengar!""Iya nggak apa apa Jani!" ucap Revan sambil tersenyum."Silahkan masuk Mas," ucap Anjani.Setelah di dalam rumah, Anjani menawarkan Revan minum."Ada perlu apa ya Mas?" tanya Anjani setelah menyuguhkan kopi pada Revan."Begini Anjani, hari ini rencananya aku akan mengajakmu untuk fitting dan dan membeli cincin. Kamu mau konsep pernikahan y
Sementara Anjani diam membeku ditempatnya. Banyak pasang mata yang mendengar ucapan Sandra tentangnya bahkan ada yang mulai menggunjing. "Siapa anda berani beraninya memotong pembicaraan saya?" ucap Sandra angkuh. "Saya suami Anjani. Ingat jangan pernah mengganggu istri saya lagi atau anda akan menyesal!" ancam Revan. "Apa? Suami Anjani?" ucap Sandra terkaget. Dia lalu menoleh ke arah Anjani dan memindai penampilan Anjani."Pinter juga lo menggait laki laki tampan. Penampilan lo sekarang juga beda jauh sama yang dulu. Pakai pelet apa lo?" tanya Sandra terus memprovokasi. Anjani yang memang sedang sensitif langsung tersulut emosi. Dia lalu membalas perkataan Sandra. "Apapun yang sekarang gue lakuin itu nggak ada sangkut pautnya sama lo San, dan siapapun jodoh gue itu juga nggak ada urusannya dengan lo. Jadi berhenti julidin hidup gue!" tegas Anjani sambil menunjuk ke arah Sandra. "Jani kenapa sih lo tuh selalu ngegas setiap ngomong sama gue? Biasa aja dong ha ha ha ..." ejek Sand
Anjani dan Revan sontak menoleh ke belakang. "Raisa ... " desis Revan."Kamu kenal Mas sama dia?" tanya Anjani pada Revan."Tentu kami sangat kenal dekat, kami berteman dari kecil. Bahkan kami akan segera melangsungkan pertunangan!" potong Raisa mendahului Revan."Omong kosong apa yang kau bicarakan ini Raisa? Aku takkan pernah mau dan sudi menikah denganmu!"Anjani sontak menengok ke arah Revan dengan penuh tanya, "Apa benar yang dikatakan wanita ini Mas?""Tidak Anjani, aku tidak pernah punya hubungan apapun dengan Raisa dan dia hanya temanku saja, tolong percayalah padaku," bujuk Revan."Revan, apa kau tak ingat jika kita dulu sangat dekat? Bahkan dulu kau sering menolongku Revan, kita sering menghabiskan waktu berdua. Apa kau sudah lupa?" ujar Raisa mengompori.Anjani sudah mulai meragukan Revan."Sebenarnya mana yang benar Mas? Lebih baik kau jujur saja padaku Mas aku tak apa!" tukas Anjani datar.Revan langsung menatap ke arah Anjani."Anjani tatap mataku. Aku sudah berbicara d
"Hahh yang benar saja kau!" "Ya itu memang kenyataannya!" tukas Anjani sambil melirik lelaki itu sekilas. Lelaki itu membatu di tempatnya. Dia mulai berpikir yang tidak tidak tentang Anjani, namun dia menepisnya. "Duduklah, apa kau tidak lelah terus berdiri dengan ekspresi menggelikan seperti itu?" Tukas Anjani sambil terkekeh. Pria itu terkesiap saat Anjani menyuruhnya duduk. Dia lalu duduk di sebelah Anjani setelah dipersilahkan. "Emm boleh aku tahu namamu?" tanya pria itu. "Aku Anjani," sahutnya. "Nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Perkenalkan aku Rivaldi, panggil saja Valdi," ucapnya memperkenalkan diri."Apa kau sering ke telaga ini? tanyanya kembali. "Ya, aku ke sini jika sedang ingin menenangkan diri dari segala masalah. Lalu kau?" Valdi tersenyum setelah mendengar Anjani bertanya. Sejujurnya dia mengagumi Anjani sejak pertama kali melihat. Dia bertekad akan mendapatkan Anjani dan akan menerima bagaimanapun masa lalunya. "Aku ke sini jika sedang stres dengan p