Revan memacu kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia ingin segera sampai di rumah sakit secepatnya."Ayolah kenapa mereka lemot sekali? Nggak tahu orang lagi darurat apa?" gerutunya sambil berusaha menyalip kendaraan di depannya.Sesampainya di rumah sakit, dia bergegas menuju ruang operasi. Dia meminta izin pada dokter agar diperbolehkan menemani istrinya yang sedang berjuang."Boleh Tuan, tapi harap jangan mengganggu jalannya operasi ya, Tuan!" kata dokter."Baik, Dok."Revan segera memakai baju steril yang sudah disediakan dan segera masuk ke ruang operasi."Mas Revan," sapa Anjani dengan lirih dan lemah.Revan segera mendekat dan menciumi Anjani yang sedang berbaring di meja operasi."Sayang, kamu harus kuat demi aku dan kedua anak kita," ucap Revan menguatkan Anjani.Revan tidak beranjak dari sisi Anjani selama operasi. Saat bayi pertama berhasil di keluarkan, Revan sempat mematung mendengar suara tangis bayinya."Anakku," ucapnya lirih.Disusul ke luarnya bayi kedua
"Makanya buruan nikah Val, biar Mama punya banyak cucu," celetuk Nurma. "Ahh bentar lah Ma, masih pengen sendiri dulu. Biar bebas nggak ada yang melarang," jawab Valdi santai. "Padahal nikah itu enak lho Val, keperluan apapun sudah ada yang menyiapkan, mau makan tinggal minta di masakin. Malamnya juga dapat servis, rugi lho kalau nunda-nunda," ujar Revan memprovokasi. "Gampanglah ntar kalau udah ada calonnya pasti nikah kok. Secara iparmu yang ganteng kan juga jadi incaran para Mama mertua, jadi tinggal pilih aja kalau udah kepingin menikah" ucap Valdi percaya diri. "Huu dasar kepedean!" sahut Anjani dan Arya. "Eh bentar, ini anak kalian mau dinamai siapa?" tanya Mila tiba-tiba. Semua yang ada di ruangan itu menepuk keningnya karena lupa jika bayinya belum di beri nama. "Emm, sesuai kesepakatan kami berdua, anak yang kami yang cowok kami namai Kalandra Adi Purnomo dan yang cewek namanya Alindra Putri Purnomo," jawab Revan. *** Setelah beberapa waktu mereka semua pamit undur di
"Usir pezina itu dari kawasan ini! Usir, usir, usir!" Teriakan warga sekitar menggema di depan pintu kontrakan Anjani. "Astaghfirullah, kenapa aku telanjang seperti ini? Apa yang telah dilakukan orang itu padaku? Dan kemana orang itu sekarang?" Anjani sedikit pusing karena sempat pingsan akibat dipukul. Namun dia berusaha bangkit karena mendengar kebisingan dari luar. "Keluar atau kami dobrak paksa pintu rumahmu! Keluar Anjani!" Anjani yang kalut langsung memakai bajunya, namun saat hendak melangkah keluar dia merasakan sakit di area sensitifnya."Aww kenapa sakit sekali? Apa jangan sampai orang itu sudah minum kesucianku?" gumam Anjani sambil berjalan tertatih.Jani keluar dan membuka pintu kontrakannya. "Pak RT, ada apa ini Pak? Kok ramai ramai ke sini?" tanya Jani."Usir saja pezina itu dari kontrakan ini Pak RT! Kami nggak mau kena azab karena mempertahankan pezina di lingkungan ini!" seru beberapa warga."Astaghfirullah hal adzim!" Anjani membekap mulut."Tenang saudara sau
"Nggak usah teriak di dekat telinga gue juga dong Sil. Gue nggak budek!" sungut Anjani seraya menutup telinganya."Hehehe ya sory Jan, habisnya gue kaget nggak ada angin nggak ada hujan kok tiba tiba lu dipecat. Emang bikin kesalahan segede apa lu? Perasaan kinerja lu di sini baik baik aja ga pernah bikin onar!" ucap Sisil penasaran. "Gue habis kena musibah Sil, kemarin malam gue diperkosa, terus gue juga diusir dari kontrakan eh sekarang dipecat gara gara masalah itu. Gue nggak tau siapa yang udah nyebarin kabar ini ke direktur. Udah jatuh ketimpa tangga pula," papar Anjani sambil menghela nafas lesu."Yaampun kok bisa sih? Bukannya kemarin malam lu lembur ya Sil? Diperkosa dimana lu?" "Waktu baru habis mandi setelah dari kantor tiba tiba ada yang ngetuk pintu kencang banget, nah waktu gue buka tiba tiba itu orang main nerobos masuk. Kayaknya dia kena pengaruh obat perangsang, apesnya waktu mau teriak ini mulut udah dibekap duluan, gue diseret terus dipukul sampai pingsan. Habis i
"Santai dong Jani, nggak usah ngegas gitulah. Asal lo tau aja ya, gue tuh nggak suka lo selalu berada satu tingkat diatas gue. Dan gue juga udah berbaik hati bukan buat nyelametin nama baik lo biar nggak jelek di lingkup kantor? Harusnya lo berterima kasih sama gue!" ucap Sandra penuh kemenangan."Jadi lo yang udah bikin gue dipecat?" "Gue sih nggak niat buat nyingkirin lo dari sini, tapi ya gimana lagi? Daripada lo nanggung malu, lagian perusahaan nggak mungkin juga buat mempertaruhkan nama baiknya hanya demi mempertahankan satu karyawan yang udah ketahuan terjerat skandal bukan? Udahlah kalau emang jalang ya jalang aja nggak usah ngelak!" Hati Anjani mencelos mendapat fitnahan itu. Apalagi beberapa karyawan lain yang baru akan pulang juga menyaksikan perdebatan mereka. Mereka berbisik membicarakan kelakuan Sandra yang terkesan arogan."Cukup Sandra, lo nggak ngerti apa yang sedang gue alami sekarang dan lo juga nggak tau rasanya di posisi gue. Ingat ya karma itu nggak salah jalan.
Anjani terus berlari namun sayangnya para preman itu juga terus mengejarnya. Kaki Anjani sampai tersandung batu dan membuatnya terjatuh."Mau kabur ke mana sih kamu cantik? Ayolah sini kita bersenang senang!""Tolong jangan sentuh saya. Saya mohon," ucap Anjani mengiba.Dia sudah tidak bisa kabur karena sudah dikepung oleh para preman mabuk itu.'Ya Tuhan selamatkan aku!' batin Anjani ketakutan.Ketika preman itu hendak menyentuh Anjani, tiba tiba seseorang datang."Lepaskan wanita itu!"Anjani mendongak ketika mendengar suara bariton itu memerintahkan para preman agar berhenti mengganggu."Hehh siapa lu berani beraninya merintah kita? Asal lu tahu aja gadis ini udah jadi milik gua ha ha ha ha ... ""Memangnya kalian siapa berani beraninya mengaku gadis itu milik kalian?""Nih kenalin gua penguasa wilayah sini. Jadi lu nggak usah macem macem kalau masih sayang nyawa. Ngomong ngomong gaya lu necis amat, bau bau orang kaya nih. Sini bagi semua duit lu sama gua kalau nggak mau nyawa lu m
"Nggak tau Rin. Dari tadi pagi rasanya mual terus agak pusing gitu," ujar Anjani."Yaampun Jan, terus lu udah minum obat belum? Atau mau gue kerokin?" tawar Rini rekan kerja Anjani."Makasih Rin, tadi udah pakai aromatherapy kok Rin, udah agak mendingan!""Yaudah kamu makan gih biar ada tenaga!" titah Rini.Rasa mual Anjani kembali hadir setelah melihat soto."Rin, aku kok malah jadi pengen muntah ya liat soto?” Ucap Anjani sambil menutup mulut."Aneh banget sih lu hari ini Jan, tingkah lu persis kayak orang hamil aja,”celetuk Rini.DeggggAnjani mematung mendengar celetukan Rini."Hamil? Ahh lo ada ada aja deh Rin. Udah ya Rin soto gue sekalian aja lo yang makan ya Rin, gue balik ke kantor dulu aja," ucap Anjani sambil berlalu dengan menutup mulut."Eh beneran nih? Makasih ya Jan. Semoga cepet sembuh!" Anjani hanya mengangguk sambil berlalu.“Eh tapi kalo badan gue melar gimana Jan?” teriak Rini pada Anjani.“Yaudah melar nanti dikempesin lagi hahaha...”'Apa benar aku hamil?' bati
Anjani mendongak kaget, sementara karyawan lainnya hanya bisa melongo dan bertanya tanya apakah Anjani mengenal pimpinan mereka."Lu kenal sama pimpinan kita?""Eng-enggak tahu gue. Gue juga baru pertama kali lihat tuh CEO," ucap Anjani berkelit.‘Sial, kenapa juga harus dipanggil?’ batin Anjani.Dia melangkah ke ruangan CEO dengan langkah yang sedikit gemetar. 'Aku nggak menyangka orang yang telah memperkosaku ternyata CEO. Aku harus bagaimana? Aku takkan menyerahkan anak ini bila suatu saat dia memintanya!' batin Anjani bergelut dengan pikirannya sendiri.***Tok tok tok "Permisi!""Masuk!"Anjani hanya mematung tidak mengindahkan perintah atasannya untuk segera masuk ke ruangan."Silahkan masuk. Anda tidak mungkin akan berdiri di situ sampai nanti kan?" ucapnya.Anjani terkesiap lalu segera masuk."Silahkan duduk," ucap sang CEO.Anjani berusaha untuk tenang, dia bingung harus bicara apa dan hanya diam saja menunggu lawannya berbicara. "Kamu masih mengingat saya?"Anjani sejenak