Home / CEO / Hamil Anak CEO / Pertemuan Kedua Setelah Kejadian Itu

Share

Pertemuan Kedua Setelah Kejadian Itu

"Nggak tau Rin. Dari tadi pagi rasanya mual terus agak pusing gitu," ujar Anjani.

"Yaampun Jan, terus lu udah minum obat belum? Atau mau gue kerokin?" tawar Rini rekan kerja Anjani.

"Makasih Rin, tadi udah pakai aromatherapy kok Rin, udah agak mendingan!"

"Yaudah kamu makan gih biar ada tenaga!" titah Rini.

Rasa mual Anjani kembali hadir setelah melihat soto.

"Rin, aku kok malah jadi pengen muntah ya liat soto?” Ucap Anjani sambil menutup mulut.

"Aneh banget sih lu hari ini Jan, tingkah lu persis kayak orang hamil aja,”celetuk Rini.

Degggg

Anjani mematung mendengar celetukan Rini.

"Hamil? Ahh lo ada ada aja deh Rin. Udah ya Rin soto gue sekalian aja lo yang makan ya Rin, gue balik ke kantor dulu aja," ucap Anjani sambil berlalu dengan menutup mulut.

"Eh beneran nih? Makasih ya Jan. Semoga cepet sembuh!"  

Anjani hanya mengangguk sambil berlalu.

“Eh tapi kalo badan gue melar gimana Jan?” teriak Rini pada Anjani.

“Yaudah melar nanti dikempesin lagi hahaha...”

'Apa benar aku hamil?' batin Anjani yang mulai gelisah saat berjalan menuju ruangan kerjanya. Dia langsung melihat kalender setelah sampai di ruangannya. 

"Astaga, ternyata bulan ini aku belum dapet. Apa aku memang benar benar hamil?”

"Ahh nggak mungkin. Aku harus beli alat tes untuk memastikannya!" gumam Anjani sedikit takut.

***

Sepulangnya dari kantor dia mampir ke apotek untuk membeli tecpack. Dan sesampainya di rumah dia langsung menggunakannya.

"Apa? Garis dua? Ya Tuhan aku harus bagaimana?"

Tubuh Anjani merosot setelah melihat hasil tespack yang menunjukkan strip berubah menjadi dua. Dia menangis sejadi jadinya.

"Ya Tuhan apa dosa yang pernah ku perbuat  di masalalu hingga Engkau memberiku cobaan yang berat ini Tuhan? Apakah aku akan sanggup menjalaninya?" 

“Apakah aku harus menggugurkan kandungan ini? Aku harus mencari kemana orang itu sedangkan dia sama sekali tidak meninggalkan jejak. Aku bahkan tak mengetahui namanya,” gumam Anjani sambil terisak.

Sejenak dia melihat kain jarit miliknya. 

“Jika hidupku tak pernah merasakan kebahagiaan, lebih baik aku mati saja!” ucap Anjani dengan tatapan kosong.

Dia keluar membawa kain panjang itu dan hendak mencari pohon. Setelah dia menemukannya, dia lalu melilitkan kain itu ke pohon lalu hendak mengaitkannya ke leher. Namun belum sampai dia melakukannya, dia teringat sesuatu ceramah yang pernah dia dengar.

“Tidak, jika aku bunuh diri maka dosaku akan bertambah. Dan Tuhan pasti takkan mengampuni dosa dosaku. Aku tidak boleh bunuh diri!” ucapnya lalu mengurungkan niat bunuh diri.

Dia bergegas kembali ke kosnya. Dia langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat sunnah serta meminta ampunan.

“Ya Allah, hamba manusia yang sangat kotor Ya Allah, ampuni segala dosa dosa hamba Ya Allah, ampuni segala kekhilafan hamba. Berilah hamba jalan keluar Ya Allah. Engkaulah Yang Maha Pemaaf lagi Maha Penolong!” 

***

Setelah selesai sholat, dia mencoba merenung dan memikirkan baik baik langkah yang akan dia ambil. Dia melamun memikirkan hidupnya yang berantakan hingga akhirnya tertidur. Keadaannya sangat terpuruk tanpa ada yang menyupportnya.

"Aku akan mempertahankan bayi ini. Bagaimanapun dia tidak bersalah dan dia bukan sebuah kesalahan. Kuat kuat ya Nak, kamu satu satunya penyemangat Mama. Mama akan memperjuangkanmu sayang," ucap Anjani sambil mengelus perutnya yang masih rata.

Walau tengah hancur, tapi Anjani tetap memasang wajah seperti biasanya.

'Tidak boleh ada yang mengetahui tentang kehamilanku ini. Aku harus merahasiakannya dulu dari siapapun,' batin Anjani.

Hari ini dia memutuskan untuk tetap masuk seperti biasanya.

"Jangan rewel ya Nak di dalam sana, Mama hari ini kerja biar kita ada uang," monolog Anjani sambil mengelus perutnya.

***

Hari kini telah berganti bulan dan perut Anjani makin membesar, teman teman sekantornya mulai kepo tentang suami Anjani namun Anjani selalu menjawab suaminya bekerja di luar kota. Suatu ketika, CEO tempat Anjani bekerja berkunjung ke kantor itu.

"Semuanya segera bersiap, CEO kita akan segera tiba!" seru manajer.

Anjani dan teman temannya berbaris rapi menyambut CEO.

"Katanya CEO nya itu masih single loh belum punya pasangan!"

"Aku udah rapi belum? Aku harus terlihat cantik biar di lirik CEO ganteng!"

“Huuuu ngarep!”

"Eh tapi denger denger katanya dia dingin dan punya riwayat OCD loh jadi nggak sembarang orang bisa nyentuh dia!"

Kasak kusuk terdengar mengenai CEO mereka yang belum pernah menampakkan dirinya itu. Namun Anjani hanya cuek tidak terlalu antusias karena baginya yang terpenting sekarang adalah bekerja agar bisa mencukupi kebutuhan anaknya suatu saat.

"Jani keknya lu kurang excited ya sama CEO ini? Padahal temen temen cewek yang lain pada heboh sendiri loh!" tanya salah satu teman.

"Ahh aku mah nggak penasaran sama wajahnya, yang penting kerja dan dapat gaji udah cukup bagiku hehe," ucap Anjani yang sebenarnya juga sedikit kepo.

Waktu yang di tunggu telah tiba, sang CEO keluar dari mobil dan masuk ke dalam gedung. Semua karyawan termasuk Anjani menunduk. Namun saat sang CEO melewati Anjani, dia teringat sesuatu.

"Kamu-" dia berusaha mengingat. 

Sementara Anjani kaget bukan main dengan fakta yang tersaji di depannya.

"Kamu! Segera ke ruangan saya sekarang!" 

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Willie Sefha
cepet banget dah di kunci,bikin mlz baca jdi nya...
goodnovel comment avatar
Methewmelaka Melaka
terlalu mahal novel ini mencecah RM ribu ringgit satu novel, satu bab sahaja harga RM 10 kalau sampai lima ratus bab ribuan harganya
goodnovel comment avatar
Hendro
uuuh malas baca novel ujung ujungnya di kunci bikin penasaran saja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status