Anjani dan Revan sontak menoleh ke belakang. "Raisa ... " desis Revan."Kamu kenal Mas sama dia?" tanya Anjani pada Revan."Tentu kami sangat kenal dekat, kami berteman dari kecil. Bahkan kami akan segera melangsungkan pertunangan!" potong Raisa mendahului Revan."Omong kosong apa yang kau bicarakan ini Raisa? Aku takkan pernah mau dan sudi menikah denganmu!"Anjani sontak menengok ke arah Revan dengan penuh tanya, "Apa benar yang dikatakan wanita ini Mas?""Tidak Anjani, aku tidak pernah punya hubungan apapun dengan Raisa dan dia hanya temanku saja, tolong percayalah padaku," bujuk Revan."Revan, apa kau tak ingat jika kita dulu sangat dekat? Bahkan dulu kau sering menolongku Revan, kita sering menghabiskan waktu berdua. Apa kau sudah lupa?" ujar Raisa mengompori.Anjani sudah mulai meragukan Revan."Sebenarnya mana yang benar Mas? Lebih baik kau jujur saja padaku Mas aku tak apa!" tukas Anjani datar.Revan langsung menatap ke arah Anjani."Anjani tatap mataku. Aku sudah berbicara d
"Hahh yang benar saja kau!" "Ya itu memang kenyataannya!" tukas Anjani sambil melirik lelaki itu sekilas. Lelaki itu membatu di tempatnya. Dia mulai berpikir yang tidak tidak tentang Anjani, namun dia menepisnya. "Duduklah, apa kau tidak lelah terus berdiri dengan ekspresi menggelikan seperti itu?" Tukas Anjani sambil terkekeh. Pria itu terkesiap saat Anjani menyuruhnya duduk. Dia lalu duduk di sebelah Anjani setelah dipersilahkan. "Emm boleh aku tahu namamu?" tanya pria itu. "Aku Anjani," sahutnya. "Nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Perkenalkan aku Rivaldi, panggil saja Valdi," ucapnya memperkenalkan diri."Apa kau sering ke telaga ini? tanyanya kembali. "Ya, aku ke sini jika sedang ingin menenangkan diri dari segala masalah. Lalu kau?" Valdi tersenyum setelah mendengar Anjani bertanya. Sejujurnya dia mengagumi Anjani sejak pertama kali melihat. Dia bertekad akan mendapatkan Anjani dan akan menerima bagaimanapun masa lalunya. "Aku ke sini jika sedang stres dengan p
Tiba tiba Hendra datang dan menyahut pembicaraan Revan dan Linda. Tubuh Linda menegang saat Hendra bertanya. Dia tidak mungkin memberitahu suaminya karena takut Hendra akan memarahinya."Ehh Papa, nggak ada apa apa kok Pa. Biasalah Revan kan kalau di suruh ke sini emang agak sulit jadinya sampek di sini marah marah," ujar mama Linda berkelit.Revan sudah jengah dengan drama yang dibuat mamanya. Dia sudah hafal betul watak mamanya itu."Revan kebetulan kamu ke mari. Nanti sekalian makan malam di sini ya. Setelah itu ku ikut Papa ke ruang kerja, ada hal yang ingin Papa bicarakan berdua sama kamu," titah papa Hendra."Baik Pa!"Mama Linda lalu mengajak suami beserta anaknya untuk makan malam. Seusai makan malam, Revan mengikuti Hendra ke ruang kerja. "Mereka mau bicarain apa sih? Jadi penasaran," gumamnya.Linda yang penasaran mencoba untuk menguping, namun ternyata dia ketahuan."Siapa itu?" 'Aduh mati aku ketahuan Papa,' batin Linda.Tiba tiba Hendra menyahut lagi, "Kamu ngapain berd
Linda hanya terkekeh mendengarnya."Ahh sayang kamu bisa saja. Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu!" ujar Linda sambil merentangkan tangan memeluk orang itu."Kabarku tidak baik karena sudah lama tidak bisa menyentuhmu sayang!" ujarnya membalas pelukan Linda."Maafkan aku sayang, Mas Hendra sekarang sering di rumah jadi aku tidak bisa bebas ke luar seperti dulu. Tapi jangan khawatir aku akan berusaha memberikan service yang terbaik setiap kita bertemu," bujuk Linda sambil menggerayangi dada seseorang itu."Cukup Linda, kamu selalu membuatku mabuk kepayang. Kenapa tidak kamu tinggalkan saja si Hendra itu dan menikah denganku sayang?" ujarnya sambil mencium leher Linda.Linda mendesah dengan perlakuan lelaki itu."Sabar Mas Alex sayang tidak semudah itu. Aku masih memerlukan statusku sebagai Nyonya Purnomo sayang!" "Selalu saja begitu alasanmu. Ngomong ngomong ada apa tiba tiba kamu ingin bertemu sampai memesan tempat yang privat ini?" tanya Alex pada Linda."Aku ingin mem
Revan terkejut saat membaca isi surat tersebut.“Anjani ... kenapa kamu meninggalkanku?” Revan berteriak seperti orang kesetanan. Dia bergegas menelepon Andre untuk melacak keberadaan Anjani.[Halo. Ada yang bisa saya bantu Tuan?][Lacak keberadaan Anjani sekarang juga][Baik Tuan]"Kurang ajar, aku harus segera menemui Raisa."***Sementara Raisa yang sedang berbincang dengan ibunya mendadak mendengar suara notifikasi dari ponselnya.Ting[Bisa kita bertemu sekarang?][Revan, ada apa kok tumben ngajak ketemu? Tunggu ya aku akan bersiap][Baik, kutunggu di kafe bintang]Raisa tidak membalas lagi pesan Revan namun dia langsung bersiap siap."Kamu kayaknya happy banget Nak, ada apa?" tanya mamanya."Revan ngajakin aku ketemu Ma, kayaknya dia mau ngebahas masalah pertunangan kami deh Ma," ucapnya penuh antusias."Ah ternyata, semoga saja kabar bagus yang akan disampaikan Revan. Mama akan segera mengabari Tante Linda secepatnya kalau kalian sudah setuju. Ya sudah kalau begitu hati hati d
Revan tercengang mendengar pertanyaan Hendra."Apa ada yang berniat mencelakaiku Pa?""Iya, sepertinya dia menginginkan kamu celaka!""Tapi dari mana Papa tahu?" "Tadi Papa bertemu dengan Polisi di depan UGD, dan kaya Polisi kemungkinan besar rem mobil yang kamu kemudikan blong.""Lho bagaimana bisa? Padahal saat berangkat tadi masih baik baik saja Pa!" Revan semakin tercengang dengan penuturan papanya."Papa menduga ada salah satu karyawan di kantormu yang usil. Tapi tenang saja, Polisi masih menyelidikinya."Setelah beberapa jam di rumah sakit, Revan diperbolehkan pulang bersama papanya setelah diperiksa oleh dokter."Lukanya tidak terlalu serius jadi hari ini sudah bisa pulang Pak.""Baik Dokter terima kasih," ucap Hendra."Sama sama, kalau begitu saya permisi dulu mau memeriksa pasien lain."***Sementara di sisi lain, Anjani yang tengah membantu Bu Foni memotong sayuran tiba tiba perasaannya tidak enak. Karena tidak fokus akhirnya tangannya terkena pisau yang dia gunakan."Awww
"Ahh tidak apa apa sayang," jawabnya sedikit gugup."Mama kenapa terlihat gugup begitu?" "Ah enggak kok Van cuma perasaan kamu aja. Yaudah ya Van kamu istirahat lagi aja, Mama mau ke luar dulu.""Ya silahkan Ma."Setelah mama Linda pergi dari kamar Revan, dia langsung menghubungi Andre.[Ndre tolong lihat seluruh CCTV di kantor. Siapa tahu ada jawaban!][Baik, Tuan!]***Sementara itu, Anjani yang sudah sampai di panti nampak sedikit panik setelah bertemu Dina. Pasalnya Dina pasti akan memberitahu ibu Nurma jika dia di kota ini."Aduh aku harus bagaimana. Apa sebaiknya aku pergi dari sini saja? Tapi tabunganku juga menipis." Drrrttt drrrtttTiba tiba ponselnya bergetar. Saat mengetahui ibu angkatnya yang menelepon, Anjani enggan menjawab teleponnya."Pasti mau minta uang dan ngancam ngancam lagi. Huhhh ... "Dia terus saja membiarkan teleponnya berdering dan melanjutkan aktivitasnya.***Sementara di rumah orang tua Anjani, Nurma yang sudah diberitahu Dina jika Anjani ada di kota in
Danu dan Ratin saling berpandangan. "Emm gini Juragan, anak kami Dina itu masih kecil Juragan, sedangkan Anjani kami dengar dia sudah kembali ke kota ini namun tidak pulang ke rumah ini Juragan. Dan kami dengar dia juga sedang hamil!" "Bukankah si Anjani itu juga anak kalian? Dan apa katamu tadi? Dia hamil?” “Emm Anjani itu anak angkat kami Juragan,” ucapnya sedikit takut.Juragan Darno berpikir sejenak, “Tidak masalah, aku tidak mempermasalahkan kehamilannya, yang penting aku bisa menikahi anakmu yang cantik itu. Aku tidak mau tahu, kalau kalian tidak sanggup dengan perjanjian ini maka rumah ini beserta isinya akan menjadi milikku!" ucap juragan Darno.Juragan Darno lalu menengok pada salah satu bawahannya."Cepat cari tahu di mana calon istriku itu tinggal!" "Maaf Juragan, kami kan belum tahu orangnya gimana." celetuk salah satu bawahannya. Jugaran Darno menepuk keningnya. Ratin yang paham segera mengambil foto Anjani dan memberikannya pada preman itu. Juragan Darno yang meman