Beranda / CEO / Hamil Anak CEO / Mual Melihat Soto

Share

Mual Melihat Soto

Anjani terus berlari namun sayangnya para preman itu juga terus mengejarnya. Kaki Anjani sampai tersandung batu dan membuatnya terjatuh.

"Mau kabur ke mana sih kamu cantik? Ayolah sini kita bersenang senang!"

"Tolong jangan sentuh saya. Saya mohon," ucap Anjani mengiba.

Dia sudah tidak bisa kabur karena sudah dikepung oleh para preman mabuk itu.

'Ya Tuhan selamatkan aku!' batin Anjani ketakutan.

Ketika preman itu hendak menyentuh Anjani, tiba tiba seseorang datang.

"Lepaskan wanita itu!"

Anjani mendongak ketika mendengar suara bariton itu memerintahkan para preman agar berhenti mengganggu.

"Hehh siapa lu berani beraninya merintah kita? Asal lu tahu aja gadis ini udah jadi milik gua ha ha ha ha ... "

"Memangnya kalian siapa berani beraninya mengaku gadis itu milik kalian?"

"Nih kenalin gua penguasa wilayah sini. Jadi lu nggak usah macem macem kalau masih sayang nyawa. Ngomong ngomong gaya lu necis amat, bau bau orang kaya nih. Sini bagi semua duit lu sama gua kalau nggak mau nyawa lu melayang!"

"Kalian itu hanya preman pasar yang tidak berguna. Persetan dengan kekuasaanmu, kalau kalian sampai berani menyakiti wanita itu maka kalian akan berhadapan denganku!" ucap lelaki itu menantang.

"Halah anak kemarin sore aja belagu. Beri dia pelajaran biar tahu siapa kita!" titah ketua preman.

Akhirnya terjadi baku hantam namun semua preman itu akhirnya tumbang setelah melawan lelaki yang mereka remehkan.

'Siapa lelaki itu? Tampaknya dia bukan orang biasa!' batin Anjani. 

Setelah membereskan para preman itu, lelaki itu bergegas menghampiri Anjani dan membantunya berdiri.

"Anda tidak apa apa Nona?"

"Tidak apa apa, terimakasih sudah menyelamatkan saya. Saya tidak tahu bagaimana nasib saya jika tidak anda tolong tadi. Sekali lagi terimakasih banyak," ucap Anjani tulus.

"Sama sama Nona. Tapi alangkah baiknya bila Nona saya antar ke klinik terdekat. Sepertinya kaki Nona terluka," ucap lelaki itu setelah melirik kaki Anjani yang terluka.

"Ah tidak perlu, nanti akan saya obati sendiri setelah sampai rumah," tolak Jani dengan halus.

Lelaki itu juga menawarkan tumpangan tapi Anjani juga menolaknya dan akhirnya dia dipesankan taksi online.

***

Setelah Anjani masuk ke dalam takso online, lelaki itu menghubungi seseorang lewat sambungan telpon.

"Halo Tuan, wanita itu sudah aman. Hanya kakinya sedikit terluka dan menolak diobati!"

"Tetap pantau dia dan bantu bila dia membutuhkan pertolongan. "

"Baik Tuan," ucap lelaki itu setelahnya sambungan terputus.

***

Di dalam taksi, Anjani melamun sambil berusaha mengingat siapa yang telah menolongnya.

"Siapa sebenarnya orang tadi? Tidak mungkin seseorang yang berpenampilan seperti pejabat itu hanya membuang waktunya untuk menolongku. Aku yakin ini ada maksud lain. Aku harus waspada!" monolog Anjani.

Sesampainya di rumah, Anjani langsung membersihkan lukanya lalu beristirahat. Namun perutnya sudah keroncongan meminta di isi.

"Aduh aku lapar sekali. Mana dari tadi pagi belum sempat sarapan. Huhh tapi males keluar," keluh Anjani pada dirinya sendiri.

"Ahh tapi yaudahlah mendingan beli di warteg aja, aku harus hemat sampai dapat kerjaan lagi,"gumamnya kemudian.

Dengan langkah sedikit tertatih, Anjani pergi ke warteg. Sepulangnya dari warteg, dia melihat sebuah mobil berhenti dari kejauhan.

"Bukannya itu mobil yang dibawa orang yang nyelametin aku tadi ya? Kok aku jadi ngrasa diikutin orang itu ya?" gumamnya seorang diri.

Anjani segera pulang dan menutup rapat pintu kostnya. Setelah selesai makan, Anjani bersantai sambil mencoba mencari lowongan pekerjaan lewat situs pencari kerja. Sayang dia tak kunjung mendapatkannya hingga dia memutuskan menyudahi kegiatannya. Anjani mencoba memejamkan mata, namun dering hp membuatnya kembali membuka mata.

"Sisil? Tumben telpon ada apa ya?" gumamnya.

["Halo Sil, ada apa?"]

["Gue mau ke situ, lu share lok alamat lu ya!"]

["Oke Sil!"]

Jani lalu mengirim alamat kostnya. Satu jam kemudian, Sisil sampai tempat Anjani dengan menenteng beberapa plastik.

Tok tok tok

"Janiiiiiiii, gue di depan!"

Anjani terlonjak mendengar teriakan Sisil. Dengan langkah pelan dia membuka pintu dan mempersilahkan Sisil masuk.

"Jani, kaki lo kenapa?" tanya Sisil sambil setelah melihat langkah Anjani yang sedikit pincang.

"Sil, ucapin salam dulu kenapa!" tegur Anjani pada Sisil.

"Hehe iya iya maaf. Assalamualaikum Anjani. Dah tuh. Sekarang jawab pertanyaan gue kenapa kaki lo pincang?"

"Waalaikum salam Sisil, nah gitu dong. Jadi tadi waktu pulang cari kerjaan gue hampir diperkosa preman, untung aja ada orang baik yang nolongin gue," tukas Anjani.

Sisil merasa iba dengan temannya itu, dia berjanji akan mencarikan info lowongan kerja. Sisil hanya mampir sebentar untuk menengok Anjani setelah itu dia pamit pulang.

***

Beberapa minggu kemudian, dia sudah diterima di sebuah perusahaan garment dan sudah mulai bekerja. Namun saat dia hendak bangun tidur tiba tiba dia merasakan mual yang sangat luar biasa.

"Huwekk huwekk huweekkkk!"

'Haduh kenapa ini? Kok tiba tiba mual banget rasanya.' batin Anjani sambil terus mengeluarkan cairan bening karena belum sarapan.

"Pahit banget sih. Apa aku masuk angin ya?" 

Dia lalu menghirup aromatherapy sebanyak banyaknya untuk mengurangi rasa mual, namun rasa mual itu malah makin menjadi jadi. Tetapi dia tetal memaksakan diri untuk pergi bekerja. Namun anehnya menjelang siang mualnya malah semakin hilang.

***

Saat jam istirahat, rekan Anjani mengajaknya ke kantin.

"Jan, ke kantin yuk, cari makanan mumpung jam istirahat!"

Sejenak Anjani melirik jam lalu mengangguk.

"Ayo, aku juga udah laper nih," ucap Anjani. 

Mereka lalu beranjak ke kantin. 

Mereka memesan soto, namun saat pesanan datang, Anjani malah mual melihat soto.

"Jani lu kenapa? Masuk angin ya?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Abdullah Azzam
sedih baca ceritanya
goodnovel comment avatar
Annisa Marisya ulfa
kisah yang menyedihkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status