Pukul 1 malam Nathalia pulang dengan tubuh terhuyung karena mabuk. Marco langsung menyalakan lampu begitu Nathalia sampai di ruang tamu. "Dasar Adik tidak tahu diri!" Pekik Marco. Nathalia yang masih mencoba mengumpulkan kesedarannya, samar melihat sang Kakak begitu murka kepadanya. "Beginikah kelakuanmu, Nath! Pulang malam seolah kau ini masih lajang, hah!" Marco mencengkram erat lengan Nathalia, "Sadarlah, kamu ini sudah menjadi seorang ibu, Nathalia!" Dengan kasar Nathalia menepis tangan Marco, "Ada apa sih kak? Bukankah Kakak sudah tahu jika Aku tidak bisa meninggalkan gaya hidupku!" Plaaakkkk... Tamparan keras Marco berikan tepat di pipi kiri Nathalia. Sontak saja mata Nathalia menjadi terbuka lebar. Seumur hidup baru kali ini Kakaknya menamparnya, biasanya Marco selalu memanjakan dan memaklumi setiap kesalahan yang di perbuat. "Kakak!" Pekik Nathalia dengan mata melotot. "Kenapa? Kamu tidak terima jika Aku tampar?" "Kakak tidak berhak menaparku seperti ini!"
Logan gelagapan ketika seember air di siramkan ke wajahnya. Membuatnya terbangun dari tidurnya. "Tuan muda! Hentikan, jangan bersikap seperti itu kepada Tuan muda kami!" pekik bodyguard dari Logan yang masih terikat juga. Marco dan Charles tidak memperdulikan celoteh para penjaga itu. kini mereka hanya fokus kepada Logan. Setelah tersadar, di ruangan yang cukup besar tapi terlihat seperti gudang itu sudah berkumpul Marco , Bella, Charles serta Nathalia. "Baguslah kau cepat bangun, jika tidak kami akan memotong telingamu!" Ujar Charles dengan penuh kebencian. Logan memandang keempat orang yang berdiri di depannya. Melihat wajah mereka satu persatu. Pandangannya terfokus kepada Nathalia yang terlihat tegang. "Kenapa kalian mengikatku seperti ini?" Logan berusaha melepaskan ikatannya tapi gagal, "Seburuk ini kah kalian kepada seorang tamu?" "Tamu?" Marco terkekeh, "Kamu bukan tamu disini melainkan maling yang hendak mencuri!" "Mencuri? Apa maksudmu dengan mengatakan
Satu bulan berlalu, sidang perceraian Nathalia dan Charles di gelar. Kedua belah pihak yang sudah berdamai membuat sidang cerai itu berjalan lancar. Palu di ketuk oleh pak Hakim, kini Nathalia dan Charles resmi bercerai, ada rasa lega di hati keduanya. Charles menghampiri Nathalia, "Selamat, kita bisa menjadi teman saja mulai sekarang." "Tentu, Kita bisa berbahagia dengan kehidupan kita selanjutnya." "Bolehlah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?" Pinta Charles. Nathalia mendekat lalu memeluk Charles dengan erat. "Berbahagialah dengan wanita pilihanmu, Char." "Sudah pasti. Kamu juga berbahagialah dengan Logan. Menjadi keluarga yang harmonis seperti Marco dan Bella." Lalu keduanya melepas pelukan, tak terasa netra Nathalia dan Charles sama-sama menganak sungai. "Nathalia?" Seru Logan di belakang Nathalia. "Ko Charles?" Seru Miskha juga dari belakang Charles. Nathalia dan Charles melepaskan diri dan menggandeng pasangan baru mereka. Semua orang tua sudah mengerti dengan
Nathalia menciumi pipi Logan dengan lembut. Membuat Logan terbangun dengan hembusan nafas lirih Nathalia. "Darling," Logan mengecup lembut bibir Nathalia. "Kamu ingin sarapan apa pagi ini? Biar aku yang memasaknya." tutur Nathalia sambil memainkan jarinya di dada Logan yang dipenuhi bulu halus. Logan tertawa meledek Nathalia, terakhir kali Nathalia membuat makanan hasilnya semua gosong dan aneh rasanya. "Kenapa tertawa? memangnya ada yang lucu dari ucapanku?" "Tidak ada yang lucu, Darling." Logan semakin erat memeluk Nathalia, "Hanya saja Aku tidak akan menuntutmu untuk melakukan ini itu, hanya cukup jadi istriku saja." "Bilang saja kalau kamu tidak ingin makan makanan gosong yang aku buat, " Nathalia mencubit lirih pinggang Logan, "Ngaku, kamu takut aku masak makanan gosong lagi kan?" Logan kembali terkekeh, usahanya untuk menutupi rahasianya gagal. Nathalia sudah tahu jika dia tidak ingin makan makanan gosong buatannya. Semakin erat Logan memeluk Nathalia. Hingga
Pernikahan Nathalia dan Logan berlangsung begitu khidmat dan bahagia. Semua orang turut bahagia kala mereka mengucapkan janji suci. "Kini kalian telah sah menjadi sepasang suami istri, silahkan cium mempelai anda." Titah pastur yang menikahkan Nathalia dan Logan. Logan mencium Nathalia pertama kali sebagai seorang istri. Semua orang bertepuk tangan atas kebahagiaan mereka. Rangkaian acara setelah menikah mereka lakukan. Walau ini bukan pernikahan pertama bagi Nathalia, tetapi cintanya sempurna dengan kehadiran Logan. Saat acara malam, Nathalia memakai gaun berwarna hitam dengan belahan bawah sampai atas paha. Bagian atas yang membuat dadanya menonjol dengan seksi. Melihat keanggunan dan keseksian Nathalia, Logan tidak bisa mengendalikan hasratnya. "Darling... kamu begitu... seksi." Seru Logan dengan menatap Nathalia tanpa berkedip. Nathalia tersipu malu, "Kamu juga begitu tampan, Darling." Logan mendekati Nathalia, lalu berbisik, "Aku inginkan kamu saat ini."
Bella tersenyum senang saat menerima sebuah foto yang di kirimkan oleh Raffa yang sudah berada di Amerika dan bersekolah di sana. Nampak Raffa sangat bahagia bersama Laura dan Diego. Hati Bella menjadi tenang jika Raffa di sana Bahagia. "Senyum-Senyum sendiri, pasti dapat pesan dari Raffa?" Goda Marco. "Iya Mas, Raffa sudah masuk sekolah disana dan cepat mendapatkan teman. Laura dan Diego pasti menjaganya dengan sangat baik." "Raffa sering berkabar denganmu, sedangkan denganku hanya sesekali. ini sungguh tidak adil." Marco pura-pura kesal. Bella mencubit hidung suaminya, "Dia anak laki-laki sudah pasti akan lebih dekat dengan ibunya." "aaw...." Marco lalu memeluk Bella dari belakang. "Kita pun melanjutkan hidup kita dengan bahagia. Axel dan Claire tumbuh sehat dan menggemaskan." "Nathalia dan logan, Charles dan Miskha serta Raffa bersama Laura dan Diego. Kita semua sudah memiliki kehidupan yang bahagia." Bella lantas membalikkan badan ke arah Marco dan melumat bib
25 Tahun kemudian..... **** "Maukah kau menjadi kekasihku?" ucap seorang wanita muda dengan malu-malu. Pria yang tengah bicara dengan wanita itu hanya menatap dingin, lalu mendekat agar menjadi lebih dekat dengan wanita tersebut. "Apakah aku terlihat seperti menyukaimu, dirimu?" ucapnya dingin. Tubuh Noura menjadi gemetar, "Ta..tapi Tristan, A..aku menyukaimu." Pria muda bernama Tristan itu mendengus, "Itu masalahmu. Lagi pula aku membenci gadis bodoh seperti dirimu!" Ucapan Tristan yang dingin dan kejam membuat Noura sangat terluka. Walau sudah tahu, jika pria yang dia sukai selalu bersikap dingin dan berkata kejam. Noura tetap saja menyukainya. Tristan yang berusia 30 tahun itu dikenal sebagai sosok pria yang memancarkan ketampanan dan kegagahan luar biasa hanya dengan melihatnya saja. Wajahnya dihiasi dengan rahang yang tegas dan simetris, dengan garis-garis wajah yang maskulin. Selain wajahnya yang tampan, Tristan juga memiliki tubuh yang tegap dan berotot,
Hari pertama Claire bekerja, wakil manajer malah memberinya begitu banyak pekerjaan. Mulai dari membantu menyalin laporan, memfoto copy bahkan menaruh berkas yang sudah tidak berguna ke dalam gudang. Claire menyandarkan tubuhnya di tembok, menarik nafasnya dalam. "Tidak apa-apa, aku pasti bisa melakukan semuanya." "Apa kau lelah?" Suara lembut dari wakil manajer mengagetkan Claire. "oh.. Tidak pak Lendra, saya hanya sedang istirahat sejenak." Jawab Claire sembari tersenyum. "Sudah tahu aku lelah, kenapa masih bertanya!" cerca Claire dalam hati pastinya. Baiklah, kalau begitu kembalilah segera ke mejamu." Lendra menyerahkan banyak tumpukan kertas kepada Claire, "Ubah Data dari berkas ini menjadi laporan yang ringkas dan mudah di pahami." "Baiklah, Saya akan segera menyelesaikannya." Lendra lalu melihat ke arloginya, "Kamu harus mengumpulkannya sebelum jam pulang kantor di meja saya." "Se..sekarang?" Claire sedikit terkejut. Pasalnya, saat ini saja sudah jam 2 sian
Pagi itu Claire duduk di dekat Tristan, sambil memegang lengan kanan Tristan lembut. "Pak, Aku harap Bapak bisa segera sadarkan diri." lirih Claire lalu mengecup lembut tangan Tristan. Entah dari kapan Claire memiliki perasaan kepada Tristan, nyatanya perasaan itu kini mulai timbul di hatinya. Ada kekhawatiran melihat kondisi Tristan yang lemah. Lama Claire mengecup tangan Tristan sambil memejamkan mata, sampai Gadis itu tidak sadar jika pemilik tangan itu tengah menatapnya. "Claire." Panggil Tristan dengan suara parau. Sontak Claire membulatkan kedua mata indahnya dan melepas genggaman tangannya. "Pak Tristan! Anda sudah sadar?" Melihat Claire yang terkejut dan pipinya merona merah, Tristan malah terkekeh. "Saya sudah sadar diri semalam, Claire." Claire sontak terkejut, kenapa jika ia sudah sadar kenapa tidak membangunkannya? "Kenapa Bapak tidak membangunkanku?" "Saya tidak tega," Tristan mencoba untuk duduk, Claire lalu membantunya. "Kamu terlihat begitu
Di depan ruang ICU, Claire duduk dengan gelisah. Sudah 2 jam berlalu, sedangkan Tristan masih dalam penanganan dokter. "Tenanglah Claire, dokter sedang menangani Pak Tristan," Alvin mencoba menenangkan Claire yang gelisah. Gadis itu kembali menitikkan airmata. "Bagaimana Aku bisa tenang, Vin. Pak Tristan seperti ini karena menolongku!" Alvin mendesah, temannya itu memang berhati lembut. Jelas semua itu terjadi karena kecelakaan. Tapi Claire masih saja menyalahkan dirinya begitu. Hal itu lah yang membuat Alvin menaruh hati kepadanya. Sejak duduk di bangku SMA, Alvin sudah menyukai Claire. Alvin yang berasal dari keluarga sederhana bisa beruntung mendapatkan beasiswa untuk sekolah di bangku SMA yang ternama. Tak sedikit kala itu yang memandang Alvin sebelah mata karena status sosialnya. Tapi ada satu gadis yang cantik, ceria dan juga kaya begitu baik dan tak memandang status sosial seseorang. Gadis itu adalah Claire, dia mau berteman dengan Alvin di saat teman lai
Bugh... Tubuh Claire terhuyung karena seseorang mendorongnya ke pinggir jalan. Hampir saja Claire tertabrak oleh pengemudi mobil yang ngebut. "Claire!" pekikan teman-teman di sebrang jalan terdengar panik. Perasaan terkejut dan juga takut masih menguasai Claire, sampai dia tidak melihat siapa yang telah menolongnya. Perlahan Claire membalikkan tubuhnya dan melihat Tristan tidak sadarkan, gadis itu lebih terkejut lagi saat melihat darah mengalir di kening Bosnya itu. "Pak Tristan!" pekik Claire kaget. Spontan Claire memegang wajah Tristan dan mencoba untuk membuat pria itu tersadar. Alvin, Rendi dan Eva juga segera berlari ke sebrang jalan untuk menolong Tristan. "Bagaimana keadaanmu, Claire?" Alvin nampak sangat khawatir pada Claire, lalu pandangannya beralih kepada Tristan. "Aku baik-baik saja, Vin." Claire nampak sangat panik. "Karena Pak Tristan menolongku, akhirnya dia yang malah terluka!" Claire terlihat ketakutan, bahkan sampai menangis. Segera Alvin m
Claire memegangi perutnya, hari ini adalah hari pertama dia datang bulan. Kram dan nyeri perut sering di rasakannya di saat hari pertama. Berbeda dari bulan kemarin, kali iki rasanya lebih nyeri, tapi Claire tahan karena setelah makan siang nanti akan ada rapat penting dan dia harus datang mendampingi Bosnya. Alvin, Eva dan Rendi datang untuk mengajak Claire makan siang di restoran chiken di dekat kantor. "Hai Claire, pekerjaanmu sudah selesei?" tanya Alvin sembari menepuk pundak Claire. "Sudah ini, oya kalian mau makan siang, bukan?" "Tentu, makannya kami kemari untuk mengajakmu." sahut Eva. "Ayo kita makan di restoran chiken dekat kantor, di sana ada menu spesial." ajak Rendi. "Sepertinya kalian pergi makan tanpaku. Aku sedang tidak enak badan." Tolak Claire lirih sembari meringis menahan nyeri haidnya. "Kamu sedang sakit?" Tanya Eva lagi. Belum sempat Claire menjawab, suara bariton milik Tristan mengagetkan mereka bertempat. "Siapa yang sakit?" Sont
Di atas Sofa dekat kolam renang, dengan Bella berada di dekapan suaminya, Marco. Mereka menikmati malam yang cerah dengan bertabur bintang. Setelah pertempuran panas mereka tadi, dengan tubuh hanya tertutup selimut, Marco dan Bella menikmati keindahan malam. "Jika berada di apartemen ini membuatku senang karena banyak kenangan indah yang kita lalui bersama, Baby." Bella terkekeh, susah 20 tahun lebih, tapi suaminya itu masih memanggilnya Baby. Tentu panggilan itu hanya akan di lakukan jika mereka tengah berdua saja. "Iya Mas, di tempat ini pertama kali kita bersama dan aku pertama kali menjadi Sugar Baby mu." Marco mengecup kening Bella. "Aku beruntung memilikimu, Baby." Pandangan Marco lalu tertuju ke arah kolam renang. "Lihatlah kolam renang itu, di sana kita menghabiskan waktu untuk bercinta." Sejurus kemudian Bella juga memandang kolam renang yang berwarna biru dengan airnya yang hangat. Dulu dia dan Marco bercinta di dalam kolam renang dengan begitu berg
"Mas, kenapa kamu mengajakku kemari?" Protes Bella pada Marco yang membawanya ke Apartemen lotus. "Aku merindukanmu, Sayang." Jawab Marco sembari mengecup lembut bibir Bella."Ish kamu ini Mas." Wajah Bella merona merah. "Kita sedang sibuk loh mengurus pernikahan Axel dan Sandra.""Oleh karena itu, Mas ingin mencuri waktu sibuk kita untuk menghabiskan waktu bersama." Kembali Marco menyesap bibir lembut Bella, walau hampir berusia kepala 5, Bella masih terlihat muda dan cantik.Perlahan Marco bahkan mengecupi leher jenjang Bella. Tawa kecil terdengar dari bibir Bella. "Mas, kamu ini gak sabaran terus."Tidak memperdulikan protes Istrinya, Marco justru membawa Bella ke atas ranjang mewah yang sudah dia siapkan.Tanpa melepaskan pagutannya, Marco mulai menindih tubuh Bella. Perlahan mulai membuka kancing kemeja berwarna skyblue yang di pakai Bella satu per satu. Menikmati Aroma bargamot dan lavender di setiap inci tubuh Bella.Perlahan Marco mulai melepas penutup kedua gunung kembar
Axel memanggil Claire berulang kali tapi tidak menyahut, gadis itu tengah melihat ke arah kolam koi sambil tersenyum. Pikiran Claire melayang ke tempat lain, pertemuan dengan Tristan di pagi hari tadi saat jogging membuatnya berbunga-bunga. Wajah tampan Tristan yang seolah menjadi daya tarik tersendiri untuknya. Entah perasaan apa yang menguasai Claire, gadis itu belum memahami betul yang terjadi kepadanya. Kesal adiknya tidak menyahut terus, Axel mendekati Claire yang masih saja asyik menatap ke arah kolam koi sembari tersenyum itu. "Claire.. Kakak panggil kamu dari tadi, sedang melamunin apa sih!" keluh Axel pada adiknya itu. Claire sontak kembali ke alam nyata dan menatap kakak laki-lakinya itu. "Kakak manggil aku?" "Iya, tapi kamu malah asyik melamun disini." Axel pura-pura sebal. "Kakak mau minta tolong sama kamu." "Iya maaf ka, Claire sedang memikirkan sesuatu tapi sudah lupakan saja, tidak penting kok. Kakak mau minta tolong apa?" Beruntung Axel tidak be
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Claire belum bisa tidur juga. Pikirannya teringat saat makan malam bersama Tristan. Dari waktu yang mereka habiskan, tampak sisi lain dari Tristan yang Baik dan hangat. Jantung Claire kembali berdetak lebih cepat, apalagi teringat saat Tristan membersihkan nasi yang menempel di bibir Claire. Claire segera menepuki kepalanya perlahan. "Apa yang kamu pikirkan, Claire!" Selimut tebal berwarna ivory itu segera di tariknya untuk menutupi seluruh tubuhnya, agar berhenti membayangkan tentang Tristan.Claire akhirnya tertidur begitu saja tanpa sengaja. Waktu berlalu begitu cepat, pagi segera menampakkan sinar matahari yang hangat dan cerah. Gadis cantik itu menggeliat, lalu terdiam sejenak dan berdecak. "Bahkan di mimpiku pun, Aku memimpikannya!" gerutu Claire merasa kesal pada dirinya sendiri. Claire memimpikan Tristan, pria itu sekarang seolah melekat dalam pikirannya. "Lebih baik Aku mandi lalu pergi berolahraga sa
Axel memeluk tubuh indah Anjani yang tanpa memakai sehelai baju dan hanya tertutup selimut. Setelah lelah, Keduanya menghabiskan waktu untuk bercerita. "Mas minta maaf, karna tetap tidak bisa membatalkan pernikahan dengan Sandra." Mendengar itu Anjani hanya terdiam, pandangannya menerawang langit-langit rumahnya. Axel tahu jika Istri tercintanya itu kecewa, tetapi tidak mau mengungkapkan isi hatinya. "Andai kami menikah secara Sah negara mungkin Aku bisa mencegah pernikahan kedua suamiku. Tidak ada wanita yang mau berbagi suami. Posisiku hanya istri siri." batin Anjani. "Sayang... Aku tahu ini berat, tapi aku janji tidak akan pernah berpaling darimu. Ini hanya pernikahan Bisnis," bujuk Axel lalu mengecup pipi mulus Anjani. "Benarkah?" Anjani mengerlingkan matanya. "Tentu, Kamulah wanita satu-satunya di hatiku." Axel hendak mencium bibir ranum Anjani, namun istri sirinya itu malah menjauh. "Bagaimana jika kamu jatuh cinta kepada Wanita itu setelah melakukan mala