Logan gelagapan ketika seember air di siramkan ke wajahnya. Membuatnya terbangun dari tidurnya. "Tuan muda! Hentikan, jangan bersikap seperti itu kepada Tuan muda kami!" pekik bodyguard dari Logan yang masih terikat juga. Marco dan Charles tidak memperdulikan celoteh para penjaga itu. kini mereka hanya fokus kepada Logan. Setelah tersadar, di ruangan yang cukup besar tapi terlihat seperti gudang itu sudah berkumpul Marco , Bella, Charles serta Nathalia. "Baguslah kau cepat bangun, jika tidak kami akan memotong telingamu!" Ujar Charles dengan penuh kebencian. Logan memandang keempat orang yang berdiri di depannya. Melihat wajah mereka satu persatu. Pandangannya terfokus kepada Nathalia yang terlihat tegang. "Kenapa kalian mengikatku seperti ini?" Logan berusaha melepaskan ikatannya tapi gagal, "Seburuk ini kah kalian kepada seorang tamu?" "Tamu?" Marco terkekeh, "Kamu bukan tamu disini melainkan maling yang hendak mencuri!" "Mencuri? Apa maksudmu dengan mengatakan
Satu bulan berlalu, sidang perceraian Nathalia dan Charles di gelar. Kedua belah pihak yang sudah berdamai membuat sidang cerai itu berjalan lancar. Palu di ketuk oleh pak Hakim, kini Nathalia dan Charles resmi bercerai, ada rasa lega di hati keduanya. Charles menghampiri Nathalia, "Selamat, kita bisa menjadi teman saja mulai sekarang." "Tentu, Kita bisa berbahagia dengan kehidupan kita selanjutnya." "Bolehlah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?" Pinta Charles. Nathalia mendekat lalu memeluk Charles dengan erat. "Berbahagialah dengan wanita pilihanmu, Char." "Sudah pasti. Kamu juga berbahagialah dengan Logan. Menjadi keluarga yang harmonis seperti Marco dan Bella." Lalu keduanya melepas pelukan, tak terasa netra Nathalia dan Charles sama-sama menganak sungai. "Nathalia?" Seru Logan di belakang Nathalia. "Ko Charles?" Seru Miskha juga dari belakang Charles. Nathalia dan Charles melepaskan diri dan menggandeng pasangan baru mereka. Semua orang tua sudah mengerti dengan
Nathalia menciumi pipi Logan dengan lembut. Membuat Logan terbangun dengan hembusan nafas lirih Nathalia. "Darling," Logan mengecup lembut bibir Nathalia. "Kamu ingin sarapan apa pagi ini? Biar aku yang memasaknya." tutur Nathalia sambil memainkan jarinya di dada Logan yang dipenuhi bulu halus. Logan tertawa meledek Nathalia, terakhir kali Nathalia membuat makanan hasilnya semua gosong dan aneh rasanya. "Kenapa tertawa? memangnya ada yang lucu dari ucapanku?" "Tidak ada yang lucu, Darling." Logan semakin erat memeluk Nathalia, "Hanya saja Aku tidak akan menuntutmu untuk melakukan ini itu, hanya cukup jadi istriku saja." "Bilang saja kalau kamu tidak ingin makan makanan gosong yang aku buat, " Nathalia mencubit lirih pinggang Logan, "Ngaku, kamu takut aku masak makanan gosong lagi kan?" Logan kembali terkekeh, usahanya untuk menutupi rahasianya gagal. Nathalia sudah tahu jika dia tidak ingin makan makanan gosong buatannya. Semakin erat Logan memeluk Nathalia. Hingga
Pernikahan Nathalia dan Logan berlangsung begitu khidmat dan bahagia. Semua orang turut bahagia kala mereka mengucapkan janji suci. "Kini kalian telah sah menjadi sepasang suami istri, silahkan cium mempelai anda." Titah pastur yang menikahkan Nathalia dan Logan. Logan mencium Nathalia pertama kali sebagai seorang istri. Semua orang bertepuk tangan atas kebahagiaan mereka. Rangkaian acara setelah menikah mereka lakukan. Walau ini bukan pernikahan pertama bagi Nathalia, tetapi cintanya sempurna dengan kehadiran Logan. Saat acara malam, Nathalia memakai gaun berwarna hitam dengan belahan bawah sampai atas paha. Bagian atas yang membuat dadanya menonjol dengan seksi. Melihat keanggunan dan keseksian Nathalia, Logan tidak bisa mengendalikan hasratnya. "Darling... kamu begitu... seksi." Seru Logan dengan menatap Nathalia tanpa berkedip. Nathalia tersipu malu, "Kamu juga begitu tampan, Darling." Logan mendekati Nathalia, lalu berbisik, "Aku inginkan kamu saat ini."
Bella tersenyum senang saat menerima sebuah foto yang di kirimkan oleh Raffa yang sudah berada di Amerika dan bersekolah di sana. Nampak Raffa sangat bahagia bersama Laura dan Diego. Hati Bella menjadi tenang jika Raffa di sana Bahagia. "Senyum-Senyum sendiri, pasti dapat pesan dari Raffa?" Goda Marco. "Iya Mas, Raffa sudah masuk sekolah disana dan cepat mendapatkan teman. Laura dan Diego pasti menjaganya dengan sangat baik." "Raffa sering berkabar denganmu, sedangkan denganku hanya sesekali. ini sungguh tidak adil." Marco pura-pura kesal. Bella mencubit hidung suaminya, "Dia anak laki-laki sudah pasti akan lebih dekat dengan ibunya." "aaw...." Marco lalu memeluk Bella dari belakang. "Kita pun melanjutkan hidup kita dengan bahagia. Axel dan Claire tumbuh sehat dan menggemaskan." "Nathalia dan logan, Charles dan Miskha serta Raffa bersama Laura dan Diego. Kita semua sudah memiliki kehidupan yang bahagia." Bella lantas membalikkan badan ke arah Marco dan melumat bib
25 Tahun kemudian..... **** "Maukah kau menjadi kekasihku?" ucap seorang wanita muda dengan malu-malu. Pria yang tengah bicara dengan wanita itu hanya menatap dingin, lalu mendekat agar menjadi lebih dekat dengan wanita tersebut. "Apakah aku terlihat seperti menyukaimu, dirimu?" ucapnya dingin. Tubuh Noura menjadi gemetar, "Ta..tapi Tristan, A..aku menyukaimu." Pria muda bernama Tristan itu mendengus, "Itu masalahmu. Lagi pula aku membenci gadis bodoh seperti dirimu!" Ucapan Tristan yang dingin dan kejam membuat Noura sangat terluka. Walau sudah tahu, jika pria yang dia sukai selalu bersikap dingin dan berkata kejam. Noura tetap saja menyukainya. Tristan yang berusia 30 tahun itu dikenal sebagai sosok pria yang memancarkan ketampanan dan kegagahan luar biasa hanya dengan melihatnya saja. Wajahnya dihiasi dengan rahang yang tegas dan simetris, dengan garis-garis wajah yang maskulin. Selain wajahnya yang tampan, Tristan juga memiliki tubuh yang tegap dan berotot,
Hari pertama Claire bekerja, wakil manajer malah memberinya begitu banyak pekerjaan. Mulai dari membantu menyalin laporan, memfoto copy bahkan menaruh berkas yang sudah tidak berguna ke dalam gudang. Claire menyandarkan tubuhnya di tembok, menarik nafasnya dalam. "Tidak apa-apa, aku pasti bisa melakukan semuanya." "Apa kau lelah?" Suara lembut dari wakil manajer mengagetkan Claire. "oh.. Tidak pak Lendra, saya hanya sedang istirahat sejenak." Jawab Claire sembari tersenyum. "Sudah tahu aku lelah, kenapa masih bertanya!" cerca Claire dalam hati pastinya. Baiklah, kalau begitu kembalilah segera ke mejamu." Lendra menyerahkan banyak tumpukan kertas kepada Claire, "Ubah Data dari berkas ini menjadi laporan yang ringkas dan mudah di pahami." "Baiklah, Saya akan segera menyelesaikannya." Lendra lalu melihat ke arloginya, "Kamu harus mengumpulkannya sebelum jam pulang kantor di meja saya." "Se..sekarang?" Claire sedikit terkejut. Pasalnya, saat ini saja sudah jam 2 sian
POV Claire Boom.... Party popper yang berisi kertas potongan warna warni Papa pecahkan untuk merayakan hari pertama Putri tersayangnya bekerja. Aku sangat bahagia, hari pertamaku bekerja dengan menyembunyikan identitas asliku sebagai Tuan Putri keluarga Pratama telah berhasil. Mama memelukku erat, Aku yang sudah berusia 25 tahun seperti sedang memeluk putrinya yang masih berusia 7 tahun. Walau sudah dewasa, tetapi Mama tetap saja menganggapku masih seperti anak kecil. Terlebih Kak Axel, sebagai kakakku satu-satunya, Kak Axel menjadi sangat menyayangi hingga menjadi sangat protektif sekali terhadapku. "Perayaan ini untuk Tuan Putri Claire yang sudah bisa memenuhi mimpinya untuk bekerja seperti yang di inginkannya." ucap Papa sembari mengecup keningku. Mama dengan lembut membelai kepalaku, "Ternyata Putri mama sudah dewasa, sudah tahu apa yang di inginkannya." "Mama dan Papa serta Kak Axel saja yang selalu memperlakukan diriku seperti aku ini masih anak kecil." seruku ber
Axel memeluk tubuh indah Anjani yang tanpa memakai sehelai baju dan hanya tertutup selimut. Setelah lelah, Keduanya menghabiskan waktu untuk bercerita. "Mas minta maaf, karna tetap tidak bisa membatalkan pernikahan dengan Sandra." Mendengar itu Anjani hanya terdiam, pandangannya menerawang langit-langit rumahnya. Axel tahu jika Istri tercintanya itu kecewa, tetapi tidak mau mengungkapkan isi hatinya. "Andai kami menikah secara Sah negara mungkin Aku bisa mencegah pernikahan kedua suamiku. Tidak ada wanita yang mau berbagi suami. Posisiku hanya istri siri." batin Anjani. "Sayang... Aku tahu ini berat, tapi aku janji tidak akan pernah berpaling darimu. Ini hanya pernikahan Bisnis," bujuk Axel lalu mengecup pipi mulus Anjani. "Benarkah?" Anjani mengerlingkan matanya. "Tentu, Kamulah wanita satu-satunya di hatiku." Axel hendak mencium bibir ranum Anjani, namun istri sirinya itu malah menjauh. "Bagaimana jika kamu jatuh cinta kepada Wanita itu setelah melakukan mala
Malam ini, Axel pulang ke Apartemen Anjani. Pikirannya benar-benar sangat kusut kali ini, permasalahan perusahaannya sudah berakhir. Tapi dia tetap harus menikah dengan Sandra dan hari H menuju pernikahan mereka tinggal 7 hari lagi. Bagaimana tidak? Undangan sudah di sebar, gedung sudah di pesan, terlebih Sandra sudah begitu mengharap. Dalam dunia ini memang yang paling kerjam adalah sebuah harapan. "Mas, mandilah dulu, Aku sudah menyiapkan air hangat untuk kamu berendam." celetuk Anjani membuyarkan segala macam pikirannya. Axel berjalan mendekati Anjani, lalu memegang tangannya mesra lalu berbisik di telinga Anjani. "Ikut aku mandi." "Aku sudah mandi, Mas." Tidak ingin mendapatkan penolakan dari Anjani, Axel mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Anjani lalu menciuminya. Hal yang Axel lakukan itu membuat Anjani memdesah pelan. "Sayang.. saat ini aku membutuhkanmu, jangan menolak permintaanku." bisiknya. "Baiklah kalau begitu." Setelah mendapat persetuju
"Pak Tristan, Maaf, saya ingin minta izin untuk pulang sekarang."Jono, Supir pribadi Tristan terlihat sangat panik. "Sa.. saya baru di kabari oleh ibu saya jika Istri saya jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri." Claire yang mendengarnya ikut khawatir dan kasihan. Namun, Wajah Tristan nampak tidak senang. "Bukankah saya sudah bilang jika saya tidak suka pekerja yang meminta izin di saat sedang bekerja!" Rasa kagum Claire saat di ruangan meeting tadi seolah sirna. Bosnya itu tetaplah pria dingin tak berperasaan. "Ma..Maafkan saya, Pak! Tapi ini sangat darurat, istri saya sedang mengandung 9 bulan, saya sangat khawatir dengan keadaan mereka berdua." Tristan nampak menimbang-nimbang, setelah mendengar istrinya Jono tengah mengandung masih ada sedikit rasa belas kasih di hati Tristan. "Baiklah, hanya kali ini saya menginzinkanmu." Awalnya Claire sangat tidak suka saat Tristan tidak mengizinkan Jono untuk pergi, tapi gadis itu juga ikut merasakan lega saat akhirnya
Pagi itu, Claire berjalan dengan cepat menghampiri ruangan CEO. Sorot matanya tajam penuh kemarahan dan tangannya mengepal karena menahan amarah. Baru hari ini Claire tahu masalah kedua orangtuanya tentang perusahaan mereka yang hampir bangkrut karena tender yang di rebut paksa oleh perusahaan Titan Corp, tempatnya bekerja. Bella dan Marco memang sengaja tidak memberitahukan keadaan mereka kepada Claire. Bagi mereka, Claire masih lah putri kecil yang tidak harus tahu segala permasalahan keluarganya. Ruangan Tristan yang memang berhadapan dengan meja kerja Claire sebagai sekretarisnya seolah tidak bisa menghentikan niat Claire untuk meluapkan emosinya. Tristan sedikit terkejut karena Claire membuka pintu ruangannya begitu saja. "Kenapa Anda melakukannya?" seru Claire tanpa rasa takut pada atasannya itu dan tanpa basa basi. "Rupanya kamu sudah mendengarnya?" Tristan tampak begitu santai menanggapi Claire. "Permasalahan sudah selesei, kamu tidak perlu khawatir lagi!"
Tristan duduk di depan sang ayah dengan perasaan berkecamuk. Pasalnya, sang Ayah telah mengambil langkah di luar perkiraannya, Franky langsung menyerang perusahaan Marco tanpa membicarakannya dengan Tristan terlebih dahulu. "Segera hentikan tindakan Papi!" Suara bariton Tristan berbicara santun namun tegas. "Bukan balas dendam seperti ini yang Aku inginkan, Pi." "Lalu seperti apa, Tan?" Franky menyesap rokoknya lalu menghembuskan asapnya. "Kamu terlalu lama dalam bertindak, sedangkan Aku sudah ingin melihat Marco dan keluarganya menderita." "Hal paling mudah untuk menyerang Marco memang langsung menyerang perushaannya." Tristan menyandarkan punggungnya dan menatap sang Ayah, "Hal itu pasti sudah Aku lakukan dari dulu, Pi. Tapi aku menginginkan hal yang lebih menyakitkan untuk mereka." "Hal seperti apa? Nyatanya, Papi belum melihat kamu melakukan tindakan apapun." "Aku ingin membuat Marco lebih menderita dengan memanfaatkan putri kesayangan mereka!" Tristan menatap taja
"A...Axel sudah menikah?" pekik Sandra terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Bella segera mengajak Sandra ke dalam kamar Axel agar tidak membuat keributan dan terdengar oleh Tuan Chandra. Axel juga terkejut melihat kedatangan Mamanya bersama Sandra. "Ada apa ini, Ma?" "Sepertinya kamu harus menjelaskan saat ini juga yang sebenarnya kepada Sandra, Axel." Melihat tatapan Sandra yang penuh tanda tanya dan juga kesedihan Axel mengerti maksud Mamanya. Mungkin tadi Sandra mendengar apa yang Bella dan Axel katakan. "Jelaskan semuanya kepadaku, Xel." Sandra duduk di samping Axel. "Aku butuh kejelasan untuk apa yang aku dengar." Axel menghembuskan nafasnya, sebenarnya Axel tidak tega jika menceritakan yang sebenernya kepada Sandra, tapi Sandra sudah mendengar kebenarannya. "Baiklah, Aku akan menceritakan semuanya kepadamu." Dengan penuh perhatian Sandra memperhatikan Axel yang tengah membicarakan tentang hubungannya dengan Anjani. Berulang kali Sandra memejamkam mat
"Axel , putraku." Seru Marco, "Kamu akan segera menikah dengan Casandra, ini sudah keputusan kami semua." Bagaikan petir di siang bolong, ucapan Ayahnya mampu membuatnya tidak bisa berkata apapun. "Papa dan Om Chandra sudah sepakat untuk menikahkan kamu dengan Casandra, satu bulan lagi." Lanjut Marco menjelaskan. "Pernikahan!" Pekik Axel tercekat. "Iya Axel, pernikahan kamu dan Casandra," Ulang Marco saat melihat putranya tercengang, "Papa sudah yakin bahwa kamu dan Casandra sangat cocok." "Tapi pa.." Marco segera memotong ucapan Axel, "Jika kamu ingin protes, kita bisa bicarakan nanti, sekarang ajak Casandra berbicara agar kalian jadi lebih dekat." Marco memberikan kode kepada Axel untuk berhenti tidak mengucapkan hal yang ingin dia katakan. "Tentang Anjani akan kita bicarakan setelah para tamu ini pulang. Sekarang, patuhi saja apa kata Papa." Tekan Marco dengan membisikkan pada putranya. Tidak ingin membuat malu Ayahnya, Axel terpaksa menuruti permintaannya.
"A...Apa?" Marco seolah tidak yakin dengan apa yang di dengarnya, "Kenapa Titan Excelent seolah menyerang perusahaanku?" Untuk pertama kalinya, perusahaan Marco mengalami kesulitan. Media yang terus 'menggoreng' berita menjadikan semakin runyam. Marco berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan mengadakan konferensi pers. Bermaksud agar kesalahpahaman menjadi terang. Marco membuat keputusan, "Segera adakan konferensi pers, agar masalah ini tidak berlarut dan semakin runyam." "Tapi pak, apakah kita tidak seharusnya mencari dalang di balik ini semua? Baru kita melakukan konferensi pers." ujar Axel memberi masukan. "Kita tidak punya waktu lagi, sebelum saham kita semakin merosot turun, kita harus memberikan penjelasan kepada khalayak." Saran Axel tidak di hiraukan oleh Marco. Konferensi pers itu akan segera di adakan. Besok siang adalah waktu yang tepat untuk meluruskan semua kesalahpahaman tersebut. Axel masuk ke ruangan ayahnya dengan raut wajah sedikit gusar, "Pah
Hubungan Marco dan Axel menjadi merenggang pasca Marco mengetahui, putranya telah menikahi seorang muslim. Marco tidak mempermasalahkan latar belakang Anjani, bukan soal harta. Hanya saja sebuah pernikahan harus berlandaskan pada pandasi yang kuat. Yang satu keyakinan saja masih sering mengalami cekcok , apalagi yang berbeda keyakinan. Marco hanya tidak ingin Putranya gagal. Bella yang tidak tahan melihat suami dan putranya saling mendiamkan merasa sangat jengah, "Sampai kapan kalian akan saling mendiamkan seperti ini?" "Sampai Axel memutuskan hubungan dengan Anjani." Seru Marco tanpa keraguan sembari melahap makanannya. Axel tidak terima dengan ucapan ayahnya, "Dan Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan Anjani, Pah." Brakk... Marco menggebrak meja makan dan membuat Bella serta Claire terkejut. "Apa kamu mau menghancurkan keluarga ini, Axel!" pekik Marco dengan suara baritonnya. "Tidak ada yang ingin menghancurkan keluarga ini, Anjani wanita yang sangat baik.