Kaivan adalah anak tunggal dari orangtuanya yang telah bercerai saat ia berumur 9 tahun. Diasuh oleh sang nenek Kaivan tumbuh dengan luka batinnya dan sangat merindukan cinta dan kasih sayang dari sosok ibu dan ayahnya. Hal ini membuat ia haus akan kasih sayang dan terus mencari rasa itu dari satu wanita ke wanita lain. Hingga suatu saat ia bertemu dengan salah satu pegawai di kafe-nya dan mulai jatuh cinta kepada Namara. Gadis dengan latar belakang yang biasa saja dibandingkan mantan-mantan Kaivan terdahulu, lantas apa yang membuatnya bisa menakhlukkan Kaivan? Dan apakah Namara juga bisa menyembuhkan serta mengisi kekosongan di hati Kaivan?
View MoreLangit sore terlihat indah hari ini, seorang gadis tengah termanggu menatapnya dengan syahdu sembari bersandar di kursinya dengan santai.
“Ngelamunin apa sih anak gadis?” ujar seorang lelaki mengagetkan gadis itu.
“ih apaan sih Van, ganggu aja” protes gadis tersebut kepada pria yang disebutnya Van itu.Kaivan Rajendra, nama lelaki yang barusan mengusik lamunannya yang juga masih saudara sepupunya itu lantas menarik kursi disampingnya dan segera menemaninya bersantai ria di kafe milik pria tersebut.
“Shei, lu tuh jangan kebanyakan ngelamun, pelanggan gue ntar pada kabur gara-gara elu” sahutnya kemudian sambil mengacak rambut sebahu Sheira.Sheira nampak protes untuk kedua kalinya dengan matanya sembari merapikan rambutnya kembali. Sepupunya itu memang usil, meskipun begitu sebenarnya kaivan adalah sosok yang cukup baik dan menyenangkan.
“Udahlah Van, mau gue curhat sampai mulut gue berbusa juga lu nggak akan pernah ngerti. Mana paham sih Casanova kayak elu sama perasaan cinta gue yang tulus ini” jawab Sheira seraya menyindir lelaki disampingnya itu.“Gue? Casanova? Sudah berapa kali gue bilang walaupun ganteng dan banyak yang suka, gue ini sangat menghormati perempuan Shei,” Kaivan tidak terima dengan ucapan Sheira.
“Terus apa dong namanya kalau tiap bulan lu bisa gonta-ganti gebetan bahkan sepertinya dibanding jumlah bulan dalam setahun, jumlah perempuan yang lu pacarin lebih banyak tuh” cerocos Sheira.
“Ya gimana dong itu kan resiko orang ganteng Shei, hehe” Kaivan membalas dengan cengiran di wajahnya. Sheira yang mendengar hal tersebut hanya melengos seakan mengaminkan ucapan Kaivan. Walaupun kenyataannya memang sebenarnya tidak ada yang salah dengan perkataan Kaivan barusan, sepupu tersayangnya itu memang memiliki paras yang cukup tampan walau tidak setampan artis idolanya, Lee Min Ho. Badan lelaki 24 tahun tersebut cukup tinggi dan atletis karena ia rajin berolahraga sekaligus mantan atlit basket selama di sekolah dan salah satu anggota club panjat tebing di kampusnya dahulu. Walaupun begitu kulit Kaivan tergolong cerah dan putih bersinar walaupun hobinya bercengkerama dengan sinar matahari, salah satu hal yang masih menjadi pertanyaan besar untuk Sheira selama ini. Membayangkan Kaivan melakukan perawatan kulit setelah beraktifitas seperti luluran membuatnya tersenyum geli sendiri.“Kenapa lu senyam-senyum sendiri?” tanya Kaivan.“Enggak apa-apa” kata Sheira seraya menggeleng “Eh terus sekarang cewek mana lagi yang lu pacarin Van?” lanjut Sheira seraya menyesap Strawberry Smoothies-nya yang tinggal setengah gelas.
“Masih sama Alanna, belum ada rencana mau putus sih sejauh ini dia juara bertahan di klasemen sementara percintaan gue” jawab Kaivan seraya melempar pandangannya kearah jendela seakan enggan menjelaskan lebih jauh lagi.
Sheira juga tidak berniat bertanya lebih lanjut mengenai kehidupan percintaan lelaki tersebut. Sudah jelas baginya ketika Kaivan menyebutkan nama seorang gadis yang sama dengan yang dia dengar dari mulut lelaki tersebut beberapa bulan lalu. Dalam hati Sheira cukup salut dengan sosok Alanna yang bisa bertahan hampir sepuluh bulan dengan lelaki tersebut. Entah bagaimana ia bisa bersabar dan membuat Kaivan hanya melihat kearahnya selama ini, meskipun begitu ia cukup sangsi jikalau Kaivan tidak curi-curi kesempatan untuk menggoda gadis lain selama sepuluh bulan terakhir.
“Wah roman-romannya neng Alanna bakal di seriusin nih!” seru Sheira sembari beranjak dari kursinya dan menyambar tasnya meninggalkan Kaivan.
Yang disindir hanya menyunggingkan senyum kecut sembari kembali bersandar dikursi dan menghisap rokok elektrik di tangan kanannya dengan sekuat tenaga dan sedetik kemudian menghembuskannya ke udara sehingga samar-samar tercium semerbak aroma manis Creamy Oat di ruangan dari asap tebal yang mengepul.
“Cih, casanova apanya? Dibanding itu harusnya gue disebut pengagum ciptaan Tuhan. Di sejarah juga casanova katanya lebih kurang ajar daripada gue. Jangankan tidur sama perempuan, main judi aja gue nggak pernah nyentuh, casanova darimananya sih gue?” batin Kaivan seraya menghisap kembali pucuk rokok elektriknya lalu sibuk dengan pikirannya sendiri.
♡♡♡♡♡
Setelah menyelesaikan makan siangnya yang dibumbui dengan beberapa adegan tersedak akibat ulah Kaivan, Namara lantas mengeluarkan laptop dari tasnya dan segera membuka file yang seminggu terakhir ini membuatnya lebih banyak begadang.Setelah memberikan beberapa penjelasan kepada Kaivan serta setelah melalui diskusi yang panjang akhirnya Kaivan menerima hasil kerja keras Namara dengan beberapa perbaikan menyesuaikan selera Kaivan sebagai pemilik dari project yang tengah ia kerjakan.Tidak terasa satu jam berlalu sejak kedatangan mereka dirumah makan tersebut, waktu juga tengah menunjukkan pukul 2 siang dimana satu jam lagi Namara harus pergi ke La Casa untuk bekerja.“Gue anter aja sekalian biar lo nggak telat, kantor gue searah” tawar Kaivan yang disambut senyuman yang sumringah dari Namara.Tentu saja gadis itu merasa seanang karena ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk menyewa jasa ojek online. Terlebih di siang hari yang terik seperti ini,
Hari ke delapan setelah terakhir kali Kaivan betemu dengan Namara akhirnya hari ini ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Gadis itu. Pagi ini Namara menghubunginya dan mengatakan bahwa tugas yang ia berikan padanya beberapa hari yang lalu telah rampung.Namara mengajak mereka bertemu di La Casa namun Kaivan menolaknya dan malah mengajaknya untuk menemaninya makan siang. Walau Namara mengajaknya bertemu di tempat janjian mereka namun hal tersebut juga ditolak oleh Kaivan karena ia enggan menunggu ataupun ditunggu sehingga Kaivan dengan sepihak memutuskan untuk menjeput Namara di Kampusnya.Namara yang malas berdebat dengan bossnya tersebut lantas mengiyakan tawaran Kaivan, alhasil hari ini ia kekampus menggunakan ojek online karena Ayahnya tengah sibuk berbelanja beberapa sparepart mobil pelanggan yang sudah beberapa hari diperbaiki oleh beliau.Setelah menyelesaikan konsultasi terakhir dengan para dosen pembimbing serta mendaftarkan jadwal s
Namara tengah asyik memainkan jarinya diatas layar smartphone saat sebuah tangan tiba-tiba merangkul lehernya dari samping. Gadis dengan rambut sepunggung tersebut tampak kaget hampir saja gawai yang dipegangnya tersebut lepas dari tangannya.“Astaga kak Cit kebiasaan banget deh! Kalau sampe jatoh kan gue terpaksa minta ganti pake smartphone yang harganya 20juta” Namara berdecak seolah merasa kesal.“Yeee itu sih elo-nya aja yang cari kesempatan dalam kesempitan, mau meras gue ya lo?”“Ya siapa tau kan lo berbaik hati beliin buat gue kak. Kan duit lo banyak hehe”“Aamiin ya Allah! Ntar kalo beneran duit gue banyak gue jajanin lo sepuasnya di gerobak es kelapa Bang Jali”“Nggak jadi deh, nungguin kak Citra jajanin mah keburu tuh kelapa Bang Jali jadi pohon lagi” sungut Namara.“Emang gitu kalau pengen yang gratisan Ra, lo kudu sabar. Biksu Tong nyari kitab suci ke barat aja mod
Dua minggu setelah pertemuan terakhir Kaivan dan teman lamanya di sebuah resto ternama, hari-hari setelahnya diisi kesibukan yang sangat menguras pikiran karena Kaivan harus mempersiapkan kontrak untuk calon investor barunya yang tidak lain adalah teman lamanya tersebut.Selain itu Kaivan juga tengah disibukkan dengan proses penjualan aset-asetnya yang juga menguras waktu dan pikirannya.Meskipun demikian, Kaivan tampak menikmati kesibukannya tersebut.Setidaknya ia patut berbangga hati bahwa kerja kerasnya selama beberapa bulan terakhir akhirnya memiliki secercah harapan. Bukankah tidak mudah bahkan bagi orang yang sudah berpengalaman sekalipun untuk dapat keluar dari bayang-bayang kegagalan bisnis mereka yang sudah berada di ujung tanduk?.Kaivan juga merasa beruntung sekali karena disaat perusahaannya terpuruk seperti ini ternyata masih banyak orang-orang baik serta hebat yang dimiliki neneknya di dalam perushaan yang juga dengan senang hati membantuny
Pagi ini Kaivan bangun dengan penuh semangat, bahkan ia selepas shalat shubuh ia masih sempat menghabiskan waktunya di ruang gym pribadinya, hal yang sudah hampir 2 bulan tidak pernah ia lakukan. Setelah mandi dan mencukur kumis serta janggut tipis di wajahnya Kaivan segera beranjak ke ruang makan untuk sarapan.Selain bajunya yang rapi seperti biasanya, penampilan Kaivan cukup berbeda hari ini, rambutnya tertata rapi, wajahnya bersih serta cerah sekali sepertinya semalam ia beristirahat dengan baik.Setelah menyelesaikan sarapan paginya Kaivan segera beranjak meninggalkan rumah menuju kantor. Ditengah perjalanan ia menghubungi Pak Banu dan meminta untuk membuatkan janji dengan salah satu konsultan keuangan karena ada yang harus ia diskusikan.Satu jam kemudian Kaivan bertemu dengan seorang konsultan keuangan yang dipilihkan oleh Pak Banu beberapa waktu yang lalu dikantor Kaivan.Sang konsultan keuangan meminta Kaivan memberikan gambaran detail mengenai k
Kaivan menyesap teh hangat yang disajikan oleh Namara beberapa waktu yang lalu, air di gelasnya tersebut nyaris tandas. Semenjak tadi ia asyik berbincang dengan lelaki paruh baya di hadapannya tersebut, ia sangat terkesan dengan pengalaman hidup Pak Dimas.“Dulu waktu diusia bapak yang masih muda, banyak sekali hal-hal baru yang bapak coba. Masa-masa pertengahan usia 20-an sepertimu ini adalah usia coba-coba dan masih berapi-api serta penuh ambisi. Salah sedikit kamu bisa terjerumus pada hal-hal yang berbahaya apalagi dengan latar belakangmu sebaiknya kamu berhati-hati menapaki jalan hidupmu kedepannya nak Ipan” Dimas menatap serius ke arah Kaivan.“Wah berarti masa muda bapak dulu seru sekali dong”“Seru? Kalau diingat memang seru. Namun bapak tidak ingin mengulanginya lagi. Yang lalu biarlah menjadi pelajaran supaya kedepannya kita bisa menjadi lebih baik lagi.” Raut wajah Dimas sedikit berubah menjadi mendung.
Setelah seharian berkutat dengan perkerjaan baru sebagai asisten dadakan Kaivan serta bersabar dengan kemacetan jalanan ibukota akhirnya sebentar lagi mobil yang ditumpangi oleh Namara itu akan segera sampai dirumahnya.Hari ini ia tidak perlu ke La Casa, Kaivan bilang ia sudah meminta Citra untuk memberikannya cuti karena sudah bersedia menemaninya seharian.“Makasih banyak udah ngasih gue pengalaman baru hari ini bos. Sejujurnya gue seneng banget waktu kita di studio ForQ tadi. Dulu gue pikir masuk di studio itu salah satu wishlist gue. Eh siapa sangka hari ini gue bisa kesana sebagai asisten klien hehe” ucap Namara tulus.“Santai aja, lagian itu bukan hal yang spesial. Perusahaan gue udah lama kerja bareng ForQ untuk mengahandle beberapa produk kami”“Iya sih, itu kan salah satu privilege lo makanya kesannya biasa aja. Tapi bagi orang kayak gue itu sesuatu yang spesial banget buat bisa masuk ke perusahaan besar seperti itu
Namara terperajat dari tempat tidurnya saat ia menyadari bahwa hari sudah terang benderang dan saat ia mengecek jam di smartphonenya menunjukkan pukul 10 pagi. Ia hampir tidak pernah bangun datas jam 8 pagi, walaupun dia adalah mahasiswi tingkat akhir yang tinggal menyiapkan sidang akhir untuk skripsinya dan sudah tidak perlu mengikuti kelas pagi, namun tetap saja bangun pagi adalah sebuah kewajiban untuk Namara.Ia segera beranjak dari tempat tidur dan buru-buru pergi menuju kamar mandi dengan terlebih dahulu menarik handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Sepuluh menit kemudian ia telah selesai membersihkan dirinya, kepalanya terasa pusing karena bangun kesiangan. Ditatapnya seisi rumah, tidak ada tanda-tanda kehidupan didalam rumah tersebut sepertinya semua anggota keluarganya telah melakukan aktivitasnya masing-masing.Namara lantas beranjak keaarah meja makan, ia langsung membuka tudung saji memeriksa apakah ada yang bisa ia makan untuk sarapannya yang
“Orang tua lo ngakpapa anaknya baru pulang jam segini?” tanya Kaivan setelah mereka cukup lama sibuk teggelam dengan pikiran masing-masing. “Nggak kok, kenapa? Lo khawatir banget ya sama gue boss?” “Dih pede amat. Jangan-jangan lo anak pungut ya?” “Jaga ucapan anda kisanak! Enak aja, gini-gini gue anak kesayangan tau!” protes Namara tidak terima. “Tuh buktinya lo nggak dicariin orangtua lo. Anak gadis tengah malam belom pulang ck ck ck.” Kaivan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Wah jangan-jangan nyawa lo belom kekumpul semua nih makanya ngomongnya ngaco. Menurut ngana siapa yang bikin gue pulang selarut ini? Lagian selama lo tidur kayak sleeping beauty tadi gue udah ijin sama orangtua gue kok.” “Hahaha iya iya gue bercanda” “Candaan lo nggak bikin gue ketawa tuh, yang ada malah bikin gue laper!” “yaudah cari makan dulu yuk! Lo pengen makan apa?” tawar Kaivan. “Hmm.... apa ya? Sate aja kali” “Lo Suza
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments