Dua minggu setelah pertemuan terakhir Kaivan dan teman lamanya di sebuah resto ternama, hari-hari setelahnya diisi kesibukan yang sangat menguras pikiran karena Kaivan harus mempersiapkan kontrak untuk calon investor barunya yang tidak lain adalah teman lamanya tersebut.
Selain itu Kaivan juga tengah disibukkan dengan proses penjualan aset-asetnya yang juga menguras waktu dan pikirannya.
Meskipun demikian, Kaivan tampak menikmati kesibukannya tersebut.
Setidaknya ia patut berbangga hati bahwa kerja kerasnya selama beberapa bulan terakhir akhirnya memiliki secercah harapan. Bukankah tidak mudah bahkan bagi orang yang sudah berpengalaman sekalipun untuk dapat keluar dari bayang-bayang kegagalan bisnis mereka yang sudah berada di ujung tanduk?.
Kaivan juga merasa beruntung sekali karena disaat perusahaannya terpuruk seperti ini ternyata masih banyak orang-orang baik serta hebat yang dimiliki neneknya di dalam perushaan yang juga dengan senang hati membantuny
Namara tengah asyik memainkan jarinya diatas layar smartphone saat sebuah tangan tiba-tiba merangkul lehernya dari samping. Gadis dengan rambut sepunggung tersebut tampak kaget hampir saja gawai yang dipegangnya tersebut lepas dari tangannya.“Astaga kak Cit kebiasaan banget deh! Kalau sampe jatoh kan gue terpaksa minta ganti pake smartphone yang harganya 20juta” Namara berdecak seolah merasa kesal.“Yeee itu sih elo-nya aja yang cari kesempatan dalam kesempitan, mau meras gue ya lo?”“Ya siapa tau kan lo berbaik hati beliin buat gue kak. Kan duit lo banyak hehe”“Aamiin ya Allah! Ntar kalo beneran duit gue banyak gue jajanin lo sepuasnya di gerobak es kelapa Bang Jali”“Nggak jadi deh, nungguin kak Citra jajanin mah keburu tuh kelapa Bang Jali jadi pohon lagi” sungut Namara.“Emang gitu kalau pengen yang gratisan Ra, lo kudu sabar. Biksu Tong nyari kitab suci ke barat aja mod
Hari ke delapan setelah terakhir kali Kaivan betemu dengan Namara akhirnya hari ini ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Gadis itu. Pagi ini Namara menghubunginya dan mengatakan bahwa tugas yang ia berikan padanya beberapa hari yang lalu telah rampung.Namara mengajak mereka bertemu di La Casa namun Kaivan menolaknya dan malah mengajaknya untuk menemaninya makan siang. Walau Namara mengajaknya bertemu di tempat janjian mereka namun hal tersebut juga ditolak oleh Kaivan karena ia enggan menunggu ataupun ditunggu sehingga Kaivan dengan sepihak memutuskan untuk menjeput Namara di Kampusnya.Namara yang malas berdebat dengan bossnya tersebut lantas mengiyakan tawaran Kaivan, alhasil hari ini ia kekampus menggunakan ojek online karena Ayahnya tengah sibuk berbelanja beberapa sparepart mobil pelanggan yang sudah beberapa hari diperbaiki oleh beliau.Setelah menyelesaikan konsultasi terakhir dengan para dosen pembimbing serta mendaftarkan jadwal s
Setelah menyelesaikan makan siangnya yang dibumbui dengan beberapa adegan tersedak akibat ulah Kaivan, Namara lantas mengeluarkan laptop dari tasnya dan segera membuka file yang seminggu terakhir ini membuatnya lebih banyak begadang.Setelah memberikan beberapa penjelasan kepada Kaivan serta setelah melalui diskusi yang panjang akhirnya Kaivan menerima hasil kerja keras Namara dengan beberapa perbaikan menyesuaikan selera Kaivan sebagai pemilik dari project yang tengah ia kerjakan.Tidak terasa satu jam berlalu sejak kedatangan mereka dirumah makan tersebut, waktu juga tengah menunjukkan pukul 2 siang dimana satu jam lagi Namara harus pergi ke La Casa untuk bekerja.“Gue anter aja sekalian biar lo nggak telat, kantor gue searah” tawar Kaivan yang disambut senyuman yang sumringah dari Namara.Tentu saja gadis itu merasa seanang karena ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk menyewa jasa ojek online. Terlebih di siang hari yang terik seperti ini,
Langit sore terlihat indah hari ini, seorang gadis tengah termanggu menatapnya dengan syahdu sembari bersandar di kursinya dengan santai.“Ngelamunin apa sih anak gadis?” ujar seorang lelaki mengagetkan gadis itu.“ih apaan sih Van, ganggu aja” protes gadis tersebut kepada pria yang disebutnya Van itu.Kaivan Rajendra, nama lelaki yang barusan mengusik lamunannya yang juga masih saudara sepupunya itu lantas menarik kursi disampingnya dan segera menemaninya bersantai ria di kafe milik pria tersebut.“Shei, lu tuh jangan kebanyakan ngelamun, pelanggan gue ntar pada kabur gara-gara elu” sahutnya kemudian sambil mengacak rambut sebahu Sheira.Sheira nampak protes untuk kedua kalinya dengan matanya sembari merapikan rambutnya kembali. Sepupunya itu memang usil, meskipun begitu sebenarnya kaivan adalah sosok yang cukup baik dan menyenangkan.“Udahlah Van, mau gue curhat sampai mulut gue berbusa juga lu ngg
Kaivan tengah asyik dengan pikirannya sehingga tidak menyadari seorang wanita datang menghampirinya, setelah jari-jari wanita itu menyentuh lembut bahunya barulah ia tersadar bahwa kekasihnya tersebut sudah berada disampingnya.“Baby, aku telepon daritadi kok kamu gak angkat sih?” tanya Alanna pada Kaivan.“Handphone aku ada dibawah”“Sengaja ya kamu gak bawa handphone? Biar aku gak periksa isi handphone kamu kan? Kamu masih kontak sama perempuan ganjen kemarin ya Van?” cecar Alanna panjang lebar sembari mengambil tempat duduk tepat dihadapan kekasihnya tersebut. Namun Kaivan hanya terdiam dan kembali ngehisap rokok elektriknya seraya membuang muka dari tatapan Alanna.“Kaivan! Aku tuh lagi ngomong sama kamu bukan sama angin!” ketus Alanna.“Kamu gausah mulai deh Na, aku gak ngapa-ngapain kok” sahut Kaivan santai.“Buktinya kamu sampai nggak bawa handphone sekarang, sengaja ka
Kaivan tengah asik menyeduh kopinya ketika Citra, salah satu pegawai di Kafenya mengingatkannya bahwa hari ini pegawai baru yang direkomendasikan oleh Sheira tengah menunggunya diruang kantornya.Ia bergegas mengaduk dan memasukkan es batu kedalam gelasnya seraya membawanya ke ruangan. Tak lupa ia berpesan agar menyediakan minuman untuk calon pegawai barunya tersebut kepada Citra.Sesampainya di ruangan Kaivan segera menyapa gadis yang tengah berdiri kikuk saat melihat ia membuka pintu.“Halo, maaf saya tadi ada urusan. Semoga kamu tidak kelamaan menunggu. Silahkan duduk”“Nama saya Kaivan, salah satu owner Kafe La Casa . Mungkin kamu udah denger dari Sheira kalau pemilik Kafe ini ada dua orang yakni saya dan Azrico. Nama kamu siapa?” lanjut Kaivan seraya mempersilahkan gadis didepannya duduk.“Selamat sore mas Kaivan, nama saya Leolina Namara panggilan saya Nara. Saya-““Kamu zodiaknya leo ya?&rdquo
Jam ditangan Namara tengah menunjukkan pukuh 14.40. Gadis itu telah tiba ditempat kerjanya 20 menit lebih cepat karena sejatinya ia adalah anak yang selalu ontime dan sangat bertanggungjawab atas apapun yang ia kerjakan. Perbincangan singkatnya dengan Citra kemarin semakin membuat ia bersemangat untuk belajar hal baru dari tempat kerjanya kali ini.Sesampainya didalam kafe ia segera menyapa Citra yang tengah asyik merapikan catatan serta nota-nota pembelanjaan bahan kebutuhan kafe yang bertebaran di samping meja kasirnya.“Halo kak Cit”“Eh hai Nara, cepet banget udah sampai” Citra membalas sapaan Namara seraya melirik jam di pergelangan tangannya.“Biasa kak hari pertama, harus bikin kesan yang baik supaya dapat nilai plus dari kak Citra”“bisa aja lo. Seragam lo ada di loker 8 ya ini kuncinya”“thanks kak Cit.” Namara mengambil kunci yang diberikan Citra dan bergegas menu
Jam di pergelangan Namara menunjukkan pukul 10.18 malam ketika ia tengah memundurkan sepeda motornya dari parkiran. Saat hendak menstarter motor matic-nya itu ia dikejutkan dengan sapaan dari Kaivan.“Udah mau pulang?” sapa Kaivan disambut lonjakan kecil dari bahu gadis didepannya yang seketika langsung menoleh kepadanya.“Astaga kaget!,” jawab Namara bersungut-sungut “iya nih udah malem, gue udah boleh balik kan?” lanjutnya masih dengan posisi duduk diatas sepeda motornya.“Emang kalau gue bilang nggak boleh, lo bakal ngapain?”“Ya gue bakal tetep pulang, kan sesuai perjanjian gue kerja mulai pukul 3 sore sampai 10 malam”“Nah itu ngerti”“Formalitas aja boss. Yaudah ya gue balik dulu” pamit Namara seraya menyalakan mesin motornya dan meninggalkan halaman parkir membiarkan Kaivan memandanginya sampai gadis itu menghilang ditelan hiruk pikuk jalan raya ya
Setelah menyelesaikan makan siangnya yang dibumbui dengan beberapa adegan tersedak akibat ulah Kaivan, Namara lantas mengeluarkan laptop dari tasnya dan segera membuka file yang seminggu terakhir ini membuatnya lebih banyak begadang.Setelah memberikan beberapa penjelasan kepada Kaivan serta setelah melalui diskusi yang panjang akhirnya Kaivan menerima hasil kerja keras Namara dengan beberapa perbaikan menyesuaikan selera Kaivan sebagai pemilik dari project yang tengah ia kerjakan.Tidak terasa satu jam berlalu sejak kedatangan mereka dirumah makan tersebut, waktu juga tengah menunjukkan pukul 2 siang dimana satu jam lagi Namara harus pergi ke La Casa untuk bekerja.“Gue anter aja sekalian biar lo nggak telat, kantor gue searah” tawar Kaivan yang disambut senyuman yang sumringah dari Namara.Tentu saja gadis itu merasa seanang karena ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk menyewa jasa ojek online. Terlebih di siang hari yang terik seperti ini,
Hari ke delapan setelah terakhir kali Kaivan betemu dengan Namara akhirnya hari ini ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Gadis itu. Pagi ini Namara menghubunginya dan mengatakan bahwa tugas yang ia berikan padanya beberapa hari yang lalu telah rampung.Namara mengajak mereka bertemu di La Casa namun Kaivan menolaknya dan malah mengajaknya untuk menemaninya makan siang. Walau Namara mengajaknya bertemu di tempat janjian mereka namun hal tersebut juga ditolak oleh Kaivan karena ia enggan menunggu ataupun ditunggu sehingga Kaivan dengan sepihak memutuskan untuk menjeput Namara di Kampusnya.Namara yang malas berdebat dengan bossnya tersebut lantas mengiyakan tawaran Kaivan, alhasil hari ini ia kekampus menggunakan ojek online karena Ayahnya tengah sibuk berbelanja beberapa sparepart mobil pelanggan yang sudah beberapa hari diperbaiki oleh beliau.Setelah menyelesaikan konsultasi terakhir dengan para dosen pembimbing serta mendaftarkan jadwal s
Namara tengah asyik memainkan jarinya diatas layar smartphone saat sebuah tangan tiba-tiba merangkul lehernya dari samping. Gadis dengan rambut sepunggung tersebut tampak kaget hampir saja gawai yang dipegangnya tersebut lepas dari tangannya.“Astaga kak Cit kebiasaan banget deh! Kalau sampe jatoh kan gue terpaksa minta ganti pake smartphone yang harganya 20juta” Namara berdecak seolah merasa kesal.“Yeee itu sih elo-nya aja yang cari kesempatan dalam kesempitan, mau meras gue ya lo?”“Ya siapa tau kan lo berbaik hati beliin buat gue kak. Kan duit lo banyak hehe”“Aamiin ya Allah! Ntar kalo beneran duit gue banyak gue jajanin lo sepuasnya di gerobak es kelapa Bang Jali”“Nggak jadi deh, nungguin kak Citra jajanin mah keburu tuh kelapa Bang Jali jadi pohon lagi” sungut Namara.“Emang gitu kalau pengen yang gratisan Ra, lo kudu sabar. Biksu Tong nyari kitab suci ke barat aja mod
Dua minggu setelah pertemuan terakhir Kaivan dan teman lamanya di sebuah resto ternama, hari-hari setelahnya diisi kesibukan yang sangat menguras pikiran karena Kaivan harus mempersiapkan kontrak untuk calon investor barunya yang tidak lain adalah teman lamanya tersebut.Selain itu Kaivan juga tengah disibukkan dengan proses penjualan aset-asetnya yang juga menguras waktu dan pikirannya.Meskipun demikian, Kaivan tampak menikmati kesibukannya tersebut.Setidaknya ia patut berbangga hati bahwa kerja kerasnya selama beberapa bulan terakhir akhirnya memiliki secercah harapan. Bukankah tidak mudah bahkan bagi orang yang sudah berpengalaman sekalipun untuk dapat keluar dari bayang-bayang kegagalan bisnis mereka yang sudah berada di ujung tanduk?.Kaivan juga merasa beruntung sekali karena disaat perusahaannya terpuruk seperti ini ternyata masih banyak orang-orang baik serta hebat yang dimiliki neneknya di dalam perushaan yang juga dengan senang hati membantuny
Pagi ini Kaivan bangun dengan penuh semangat, bahkan ia selepas shalat shubuh ia masih sempat menghabiskan waktunya di ruang gym pribadinya, hal yang sudah hampir 2 bulan tidak pernah ia lakukan. Setelah mandi dan mencukur kumis serta janggut tipis di wajahnya Kaivan segera beranjak ke ruang makan untuk sarapan.Selain bajunya yang rapi seperti biasanya, penampilan Kaivan cukup berbeda hari ini, rambutnya tertata rapi, wajahnya bersih serta cerah sekali sepertinya semalam ia beristirahat dengan baik.Setelah menyelesaikan sarapan paginya Kaivan segera beranjak meninggalkan rumah menuju kantor. Ditengah perjalanan ia menghubungi Pak Banu dan meminta untuk membuatkan janji dengan salah satu konsultan keuangan karena ada yang harus ia diskusikan.Satu jam kemudian Kaivan bertemu dengan seorang konsultan keuangan yang dipilihkan oleh Pak Banu beberapa waktu yang lalu dikantor Kaivan.Sang konsultan keuangan meminta Kaivan memberikan gambaran detail mengenai k
Kaivan menyesap teh hangat yang disajikan oleh Namara beberapa waktu yang lalu, air di gelasnya tersebut nyaris tandas. Semenjak tadi ia asyik berbincang dengan lelaki paruh baya di hadapannya tersebut, ia sangat terkesan dengan pengalaman hidup Pak Dimas.“Dulu waktu diusia bapak yang masih muda, banyak sekali hal-hal baru yang bapak coba. Masa-masa pertengahan usia 20-an sepertimu ini adalah usia coba-coba dan masih berapi-api serta penuh ambisi. Salah sedikit kamu bisa terjerumus pada hal-hal yang berbahaya apalagi dengan latar belakangmu sebaiknya kamu berhati-hati menapaki jalan hidupmu kedepannya nak Ipan” Dimas menatap serius ke arah Kaivan.“Wah berarti masa muda bapak dulu seru sekali dong”“Seru? Kalau diingat memang seru. Namun bapak tidak ingin mengulanginya lagi. Yang lalu biarlah menjadi pelajaran supaya kedepannya kita bisa menjadi lebih baik lagi.” Raut wajah Dimas sedikit berubah menjadi mendung.
Setelah seharian berkutat dengan perkerjaan baru sebagai asisten dadakan Kaivan serta bersabar dengan kemacetan jalanan ibukota akhirnya sebentar lagi mobil yang ditumpangi oleh Namara itu akan segera sampai dirumahnya.Hari ini ia tidak perlu ke La Casa, Kaivan bilang ia sudah meminta Citra untuk memberikannya cuti karena sudah bersedia menemaninya seharian.“Makasih banyak udah ngasih gue pengalaman baru hari ini bos. Sejujurnya gue seneng banget waktu kita di studio ForQ tadi. Dulu gue pikir masuk di studio itu salah satu wishlist gue. Eh siapa sangka hari ini gue bisa kesana sebagai asisten klien hehe” ucap Namara tulus.“Santai aja, lagian itu bukan hal yang spesial. Perusahaan gue udah lama kerja bareng ForQ untuk mengahandle beberapa produk kami”“Iya sih, itu kan salah satu privilege lo makanya kesannya biasa aja. Tapi bagi orang kayak gue itu sesuatu yang spesial banget buat bisa masuk ke perusahaan besar seperti itu
Namara terperajat dari tempat tidurnya saat ia menyadari bahwa hari sudah terang benderang dan saat ia mengecek jam di smartphonenya menunjukkan pukul 10 pagi. Ia hampir tidak pernah bangun datas jam 8 pagi, walaupun dia adalah mahasiswi tingkat akhir yang tinggal menyiapkan sidang akhir untuk skripsinya dan sudah tidak perlu mengikuti kelas pagi, namun tetap saja bangun pagi adalah sebuah kewajiban untuk Namara.Ia segera beranjak dari tempat tidur dan buru-buru pergi menuju kamar mandi dengan terlebih dahulu menarik handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Sepuluh menit kemudian ia telah selesai membersihkan dirinya, kepalanya terasa pusing karena bangun kesiangan. Ditatapnya seisi rumah, tidak ada tanda-tanda kehidupan didalam rumah tersebut sepertinya semua anggota keluarganya telah melakukan aktivitasnya masing-masing.Namara lantas beranjak keaarah meja makan, ia langsung membuka tudung saji memeriksa apakah ada yang bisa ia makan untuk sarapannya yang
“Orang tua lo ngakpapa anaknya baru pulang jam segini?” tanya Kaivan setelah mereka cukup lama sibuk teggelam dengan pikiran masing-masing. “Nggak kok, kenapa? Lo khawatir banget ya sama gue boss?” “Dih pede amat. Jangan-jangan lo anak pungut ya?” “Jaga ucapan anda kisanak! Enak aja, gini-gini gue anak kesayangan tau!” protes Namara tidak terima. “Tuh buktinya lo nggak dicariin orangtua lo. Anak gadis tengah malam belom pulang ck ck ck.” Kaivan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Wah jangan-jangan nyawa lo belom kekumpul semua nih makanya ngomongnya ngaco. Menurut ngana siapa yang bikin gue pulang selarut ini? Lagian selama lo tidur kayak sleeping beauty tadi gue udah ijin sama orangtua gue kok.” “Hahaha iya iya gue bercanda” “Candaan lo nggak bikin gue ketawa tuh, yang ada malah bikin gue laper!” “yaudah cari makan dulu yuk! Lo pengen makan apa?” tawar Kaivan. “Hmm.... apa ya? Sate aja kali” “Lo Suza