Deg
Jantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam.
"Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru.
"Rin, aku sayang sama kamu. Aku ingin kita selalu bareng, tapi gak sekedar teman. Aku juga udah terlanjur nyaman sama kamu," ucap Bintang memelas.
"Aku gak pantas jadi pacar kamu, Bi," balas Rindu lirih. Ia bukannya tidak mau jadi pacar Bintang. Tetapi ia tahu diri. Dia ini hanya gadis biasa. Dia juga gak merasa cantik. Sedangkan Bintang cowok tampan. Jadi ia merasa tidak cocok dengan cowok itu. Dia sadar diri ia ini siapa. Dan Bintang itu siapa.
Bintang mengangkat wajah Rindu untuk menatap matanya. "Kamu pantas kok jadi pacar aku. Aku senang bisa kenal kamu. Kamu juga baik. Dan satu lagi, kamu itu cantik Rindu. Kamu pantas buat aku."
"Benarkah?" Pikir Rindu.
"Kamu mau, kan?" tanya Bintang sekali lagi.
Lama Rindu terdiam hingga akhirnya ia berani mengatakan, "Aku mau," jawab Rindu.
Bintang tersenyum lebar dan langsung memeluk Rindu. "Makasih Rin."
Ada kelegaan di hati Bintang. Ia merasa senang perasaannya diterima. Sudah saatnya untuk ia belajar mencintai gadis lain. Ia harus melupakan mantannya. Rindu akan jadi pengobat untuknya yang terluka dan belum move on ini.
Rindu senang sekali. Hatinya berbunga-bunga. Apalagi saat ini ia sedang dipeluk oleh orang yang ia cintai. Ia tidak pernah sesenang ini sebelumnya. Hari ini adalah hari terbaik dalam hidupnya. Siapa sangka kini ia memiliki seorang pacar yang akan mencintai dan menyayanginya. Mungkin Bintang adalah penyelamat dalam hidupnya yang dikirim Tuhan untuknya.
"Terima kasih Bi, kamu udah menjadikan aku berarti dalam hidup kamu."
"Iya sama-sama, Sayang."
***
Rindu dan Bintang jalan bergandengan menuju kelas Rindu. Bintang mengantar pacarnya itu. Mereka berjalan dengan sejajaran dan saling melempar senyuman.
Teman-teman sekolah Rindu dan Bintang memandangi mereka berdua. Dengan tatapan tak percaya jika seorang Bintang sedang menggandeng cewek yang sering dibully itu. Ada juga yang tertawa melihat mereka. Iya, mereka sangat tidak sangka Bintang mau dengan cewek itu. Bagi mereka Bintang dan Rindu itu seperti langit dan bumi. Sangat jauh dan tak pantas bersama.
"Liat apa kalian?!" Bintang menghentikan langkahnya dan melihat tajam ke arah 2 orang siswa yang sedang menertawakannya.
"Enggak, heran aja," jawab cowok dengan papan nama yang bertuliskan Aldi.
"Apa yang kalian heranin? Hah?" tanya Bintang kesal. Rindu mencoba menghentikannya dan meminta mengabaikan siswa itu tapi Bintang tidak mau.
"Udah kita ke kelas aja," pinta Rindu.
"Enggak Rin. Aku gak bakal biarin mereka ngejek kamu."
"Gapapa kok. Aku udah biasa."
"Enggak. Sekarang udah ada aku. Dan aku bakal jagain kamu," ucap Bintang tegas.
Mendengar perkataan Bintang membuat Rindu sangat senang. Akhirnya ia memiliki seseorang yang bisa menjaganya. Ia bangga dengan Bintang. Dalam hatinya tak henti berterima kasih pada cowok bergingsul itu.
"Ngapain sih lo dekat sama kuman kaya dia! Dia itu pembawa sial di sekolah kita. Lo juga, kaya gak laku aja sampai pdkt sama dia," cerca Aldi.
"Lo!" Bintang ingin menghajar Aldi tapi Rindu menghentikan tangannya.
Rindu menggeleng, meminta Bintang tidak melakukan hal kasar pada Aldi.
Bintang menghela napas gusar dan mengurung niatnya untuk meninju wajah Aldi yang songong itu.
Aldi dan satu temannya tertawa.
"Lo cemen ya ternyata. Mau aja nurut sama Si kuman," ucap Aldi mengejek.
"Hahaha, tau ni Si Bintang. Lo dipelet apa sih sama dia? Sampai mau gandengan tangan segala sama Si kuman," timbal Kiki.
"Hahaha, goblok banget lo, Bi," tambah Aldi.
Bintang tidak terima dengan ucapan itu. Seperti kilat menyambar, Bintang langsung menonjok wajah Aldi sampai hidung cowok itu berdarah hanya dalam sekali pukulan.
Kiki yang melihat temannya dihajar cuma bisa terdiam. Dia tidak bisa berkelahi hanya pandai buat keributan.
"Kalau gue dengar kalian nyebut cewek gue kuman lagi, gue gak bakal tinggal diam. Lo! Berurusan dengan gue!" ancam Bintang tidak main-main.
Rindu meraih tangan Bintang dan membawa pacarnya itu pergi menjauh dari Aldi. Ia tidak mau masalah jadi panjang. Dan ia tidak mau nanti Bintang kenapa-napa karena Aldi.
***
Rindu tiba di kelasnya bersama Bintang. Ia meminta pacarnya itu untuk tenang. Setelah Bintang terlihat lebih baik baru ia mengajak cowok itu berbicara.
"Bi, kamu jangan kaya gitu lagi ya. Aku gak mau kamu dapat masalah," pinta Rindu.
"Tapi Rin, aku gak mau kamu diejek sama mereka. Aku gak bakal tinggal diam kalau kamu disakiti."
Rindu menghela napas. "Aku memang gak pantes kok sama kamu. Yang mereka bilang itu benar. Kamu gak seharusnya dekat sama aku. Apalagi jadi pacar kamu."
Bintang memegang tangan Rindu. "Dengerin aku ya. Jangan dengerin omongan mereka. Yang berhak atas hidup kita itu ya kita bukan mereka. Aku suka sama kamu urusan aku, bukan mereka. Biarin aja mereka gak setuju. Terpenting, aku beneran sayang sama kamu. Kamu cewek yang baik, cantik, dan aku gak peduli dengan omongan mereka."
"Tapi..."
"Sttt..." Bintang mendaratkan telunjuknya di bibir Rindu. "Gak ada tapi. Aku mau kamu tetap disisi aku. Gak ada lagi omongan yang bilang kamu itu gak pantas untuk aku. Bagi aku, kamu sangat pantas." Bintang memeluk Rindu. Kebetulan kelas Rindu tidak ada siapapun jadi mereka berpelukan tanpa ada hinaan lagi.
"Terima kasih, Bi. Semenjak ada kamu, aku merasa hidup aku gak sunyi lagi. Makasih ya..."
Bintang mengusap kepala Rindu. "Jangan sering berterima kasih. Udah jadi tugas aku untuk bahagiain kamu."
Bel masuk berbunyi. Bintang melepaskan pelukannya. Sudah saatnya ia berpisah dengan Rindu untuk sementara waktu. Inilah nasibnya jika beda kelas jadi ia selalu terpisahkan.
"Aku pamit ke kelas ya," pamit Bintang seraya mau beranjak pergi.
Rindu mengangguk. Saat bintang sudah di ambang pintu cowok itu memberikan kiss bye untuknya dan ia jadi senyum-senyum.
Tak selang waktu lama semua teman kelas Rindu masuk ke dalam kelas. Dan disusul oleh Bu Rita, guru Matematika di kelasnya.
Seorang cewek berkerudung duduk di sebelah Rindu sambil melempar senyum pada Rindu. Dia Kasih, teman sekelas Rindu yang baik hati.
Di selang waktu pelajaran yang membosankan. Kasih menyingkut siku Rindu. Ia bosan mendengarkan penjelasan Bu Rita yang membahas soal-soal yang tidak sampai otaknya.
"Kenapa?" tanya Rindu di sela mencatat pembahasan soal yang Bu Rita tulis di papan tulis.
"Kamu lagi dekat ya, sama Bintang?" tanya Kasih dengan suara pelan supaya Bu Rita tidak mendengarnya mengobrol dengan Rindu. Kalau ia ketahuan bisa habis dia. Bu Rita terkenal galak naudzubillah. Entah kenapa setiap guru yang mengajar Matematika selalu terkesan killer.
Rindu mengangguk.
"Cieee, akhirnya ada yang deketin juga."
Rindu tersenyum-senyum malu.
"Udah jadian belum?"
Malu-malu Rindu mengangguk.
"Hah! Udah!" Refleks Kasih bersuara keras. Semua orang jadi melihat ke arahnya. "Upsss..."
Ia cuma terkejut mengetahui Rindu sudah jadian dengan Bintang. Ia terkejut karena temannya itu berarti tidak jomblo lagi dan artinya ia tinggal sendirian. Ah... ia sedih.
"Kasih! Apa-apan sih kamu! Sangat mengganggu proses mengajar saya!" ketus Bu Rita dengan berkacak pinggang dan jangan lupakan matanya yang melotot seakan mau keluar bola matanya.
"Maaf Bu, saya gak sengaja."
"Sini kamu!"
"Mau ngapain Bu?"
"Kerjakan soal halaman 53. 1 sampai 5!"
"Ta-tapi Bu..." Kasih bukan murid pintar, apalagi bisa Matematika. Kali ini ia benar-benar apes. Mana soal yang diberikan banyak. Matilah sudah.
"Gak ada tapi-tapian! Ke depan! Dan kerjakan!"
Kasih menghela napas berat. "Baik Buk." Ingin ia pingsan aja kali ini. Tapi ia gak jago acting. Kalau ketahuan akan menambah masalah. Jadi pasrah saja.
Kasih beranjak dari duduknya. Ia berjalan gontai menuju ke depan kelas. Bu Rita memandanginya, guru itu melihatnya dengan tatapan menakutkan. Seperti ingin memakannya hidup-hidup.
Teman sekelasnya tidak menertawainya. Tapi ia yakin mereka tertawa. Cuma karena takut aja sama Bu Rita makanya teman-teman kelasnya itu diam saja. Tapi dalam hati menertawakannya.
Ah! Ia apes sekali pagi ini.
***
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan
Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me
Kalian tau rasanya jatuh cinta?Tau rasanya dicintai?Lalu, kalian tiba-tiba dicampakkan begitu saja.Tau rasanya seperti apa?Tidak diperhatikan lagi, tidak dianggap lagi, tidak dipedulikan lagi. Terabaikan.Tau rasanya gimana?Percaya pada seseorang yang berkomitmen untuk membahagiakan, namun malah memberikan kesedihan.Gimana rasanya?Memilih bertahan, memilih berjuang sendirian, memilih untuk tetap kecewa walaupun semakin menderita. Tau rasanya bagaimana?Sakit. Iya, rasanya sakit memang. Entah pernah kalian alami atau tidak, namun itulah yang dialami oleh se
Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu
Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it
Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu
Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.
Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu