Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.
Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.
Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya.
"Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin itu dan apa artinya. Ia ingin tahu.
"Untuk kamu," jawab Bintang.
"Ta-tapi kita baru jadian beberapa hari. Kok kamu udah kasih aku cincin?"
"Ya karena aku serius sama kamu."
"Maksud kamu?"
"Aku gak main-main sama kamu. Aku mau kamu jadi yang terakhir untuk aku."
"Se-serius? Kamu yakin?"
Bintang mengangguk. "Aku yakin."
Rindu beranjak dari kursinya. Ia lalu memeluk Bintang sebagai tanda terima kasihnya karena Bintang sudah menjadikannya gadis spesial di malam ini. Ia gak nyangka kencan pertamanya akan seindah ini. Ia merasa sangat bahagia. Cowok itu berhasil membuatnya jadi berharga.
"Terima kasih Bi." Rindu lalu mencium pipi Bintang sebagai imbalan karena cowok itu sudah sangat baik padanya.
***
5 bulan kemudian. Hari masih terasa sama. Hubungan Rindu dan Bintang juga masih berjalan dengan baik. Saat ini mereka sedang berjalan di koridor dengan bergandengan tangan mesra, menuju kelas Rindu. Mereka tak lagi peduli dengan orang-orang yang mengusik hubungan mereka. Meski masih saja ada yang melihatnya sinis dan bahkan ada yang menertawakannya.
Tidak ada yang berubah dari mereka berdua. Bintang masih perhatian dengan pacarnya itu. Berbulan-bulan mereka jalani dengan rasa penuh bahagia. Begitu juga dengan saat ini. Tidak pernah Bintang lalai dalam memberikan perhatian untuk Rindu. Sekecil apapun tak pernah ia lewatkan. Selalu ia sempatkan waktunya untuk Rindu. Meski sebenarnya hatinya belum mantap untuk mencintai gadis pendiam itu.
Kini mereka telah tiba di kelas Rindu. Bintang melempar senyuman dan melambaikan tangan saat ia meninggalkan Rindu di kelas. Entah kenapa, yang dilakukan Bintang itu membuat Rindu ada pirasat buruk. Tapi ia tidak tahu apa yang akan menimba dirinya. Hanya sebuah pirasat tanpa tahu mengartikan apa yang akan terjadi.
"Rin, katanya hari ini ada murid baru," ujar Kasih bercerita.
"Dengar dari siapa?"
"Dari obrolan teman-teman kelas. Emangnya kamu gak dengar sama sekali?"
Rindu menggeleng.
"Dasar, gak update sih. Sibuk pacaran mulu."
"Apaan sih, enggak kok."
"Enggak salah lagi kan, maksud kamu. Hahaha."
"Kamu bisa aja."
"Hati-hati loh Rin."
"Hati-hati kenapa?"
"Aku dengar murid baru itu akan sekelas sama pacar kamu."
"Terus? Kenapa?"
"Ya kali aja Bintang kepincut sama dia."
"Ya enggak, lah. Aku tau kok Bintang itu seperti apa. Dia sangat baik sama aku, gak mungkin dia tega ngelakuin itu."
Kasih menghela nafas. Kini temannya itu terlalu percaya sama orang lain. Padahal setiap orang itu akan cepat berubah apabila ada yang baru. Ia takut aja Rindu tersakiti nanti karena terlalu percaya dengan Bintang. Walaupun Bintang dan temannya itu sudah berpacaran hampir setengah tahun, namun perubahan hati seseorang siapa yang tahu.
***
Bintang duduk di bangkunya paling depan. Ia menyimpan ranselnya di kolong meja. Ia duduk santai menunggu bel masuk berbunyi. Sebentar lagi bel akan berbunyi dan ia setia menunggunya.
Tak selang waktu lama bel masuk pun akhirnya berbunyi. Semua teman-teman kelas Bintang menyerbu masuk ke dalam kelas. 5 menit, 10 menit, ditunggu-tunggu guru yang mengajar di kelasnya pun tak kunjung datang. Kelas menjadi ribut seperti pasar ikan. Bintang jengah situasi kelasnya menjadi seperti ini. Namun seketika kelasnya menjadi hening saat Pak Hilmi memasuki kelas.
"Perhatian sebentar," ucap Pak Hilmi. "Hari ini kita kedatangan murid baru," lanjutnya.
"Siapa Pak?" tanya Aldi celingak-celinguk mencari keberadaan murid baru yang dikatakan Pak Hilmi.
"Silakan masuk," ucap Pak Hilmi mempersilahkan murid pindahan yang akan menempati kelasnya ini. Kebetulan ia menjabat sebagai wali kelas di kelas XI IPA 1 ini.
Seorang gadis berambut panjang lurus melangkahkan kakinya memasuki kelas. Saat ia sudah berdiri di depan kelas ia melempar senyuman manisnya dan membuat para cowok-cowok membalas senyumannya.
"Cantiknya," puji Aldi yang terkenal playboy di SMA Galaksi ini.
"Tari ..." ucap Bintang tak percaya akan apa yang ia lihat saat ini. Benarkah itu Tari, mantan pacarnya yang masih sering ia pikirkan.
"Silahkan perkenalkan diri kamu."
"Baik, Pak," sahut gadis cantik itu.
"Halo semuanya," sapa gadis itu dengan ramah dan ia melempar lagi senyuman manis miliknya. Siapapun akan terpanah dengan gadis cantik dan pintar ini. Ia langsung jadi sorotan di kelas barunya. Semua para siswa di kelas memandangnya dengan tatapan tak biasa.
"Halo!!!" sahut semua penghuni kelas kecuali Bintang yang diam mematung di bangkunya.
"Perkenalkan, aku Tari Putri Cantika. Salam kenal semuanya," ucap Tari singkat. Gadis itu lalu melarikan pandangannya pada seseorang yang sangat ia kenal betul itu siapa. Seseorang itu pernah ada di hatinya. Namun di masa lalu, dan kini mereka kembali bertemu. Perasaan itu masih ada. Meski kata putus sudah menjadi akhir dari hubungan mereka.
"Silakan duduk," ujar Pak Hilmi dan diangguki Tari.
Tari tidak perlu mencari-cari mana bangku yang akan ia tempati. Ia tinggal duduk saja di samping seseorang itu. Karena kebetulan seseorang itu duduk sendirian. Saat ia sudah duduk di sana, ia sengaja menyingkut tangan seseorang itu.
"Masih ingat aku gak?" tanya Tari pelan pada cowok yang sedang bengong melihat dirinya.
"Ha?" balas Bintang yang sedang bengong ini. Karena ia masih merasa tak percaya jika yang duduk bersamanya saat ini adalah seseorang yang selalu ia pikirkan. Ia gak sedang bermimpi kan? Benar gak sih pandangannya ini. Sekarang ia duduk bersama Tari. Ini betulan nyata atau bukan?
"Masih ingat aku gak?" tanya Tari kembali dengan suara pelan agar bercakapannya dengan Bintang hanya mereka yang mendengarkan.
Bintang mengangguk. Ia belum dapat berkata apa-apa. Ia masih syok dengan kedatangan Tari.
"Kamu apa kabar?"
Bintang meneguk salivanya. Ia fokus melihat wajah Tari yang semakin cantik dan membuatnya takjub. "Aku baik."
"Kamu kok bisa ada di sini? Bukannya kamu di Amrik?" tanya Bintang.
Tari menggeleng. "Aku udah pulang. Dan gak bakal ke sana lagi."
"Serius?"
"Iya," jawab Tari dengan berbisik.
"Kok bisa?"
"Bisa dong. Kalau udah Tuhan yang nentuin. Sama kaya kita yang ditakdirkan ketemu lagi. Ups..."
Mereka berdua saling melempar senyum.
"Maksud kamu apa?" tanya Bintang.
"Hem! Hem!" Pak Hilmi sengaja berdehem-dehem. Ia perhatikan muridnya sedang sibuk ngobrol dengan murid baru itu.
Bintang sadar Pak Hilmi sedang memperhatikannya. Ia pun pura-pura membuka buku paket dan pura-pura sibuk membaca buku itu.
"Bukannya belajar, malah sibuk kenalan," sindir Pak Hilmi dan membuat teman kelas Bintang tertawa. Mereka tahu Pak Hilmi sedang membicarakan siapa. Siapa lagi kalau bukan Bintang.
Bintang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia cuma salah tingkah karena merasa malu ditertawakan teman-temannya.
Tari diam-diam memegang tangan Bintang tanpa dilihat orang lain. Ia juga sengaja menggenggamnya. Ia memberikan kode keras sama Bintang. Kalau dia masih suka sama cowok bergingsul itu.
Bintang merasakan ada yang tak berubah darinya. Jantungnya masih saja berdebar-debar saat dekat dengan gadis yang sempat menjadi kekasihnya itu. Ia juga merasa ada kelegaan dalam dirinya setelah mengetahui gadis itu tidak akan kembali lagi ke Amerika. Asal tahu saja, hubungannya putus dengan gadis itu karena jarak yang harus memisahkan mereka. Namun siapa sangka, kini gadis itu kembali lagi. Apakah ini tanda, ia dan gadis itu memang ditakdirkan bersama? Namun Bintang kembali teringat sesuatu. Bukankah ia sudah memiliki Rindu. Lantas kenapa hatinya kini mengharapkan Tari kembali?
Tari tersenyum pada Bintang dan lebih erat menggenggam tangan kanan Bintang. Jantung cowok itu semakin berdebar kencang. Ia merasa senang Tari menggenggam tangannya saat ini. Ia merasa cewek itu masih suka padanya. Buktinya cewek itu memegang tangannya. Bahkan cewek itu terus tersenyum padanya.
***
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me
Kalian tau rasanya jatuh cinta?Tau rasanya dicintai?Lalu, kalian tiba-tiba dicampakkan begitu saja.Tau rasanya seperti apa?Tidak diperhatikan lagi, tidak dianggap lagi, tidak dipedulikan lagi. Terabaikan.Tau rasanya gimana?Percaya pada seseorang yang berkomitmen untuk membahagiakan, namun malah memberikan kesedihan.Gimana rasanya?Memilih bertahan, memilih berjuang sendirian, memilih untuk tetap kecewa walaupun semakin menderita. Tau rasanya bagaimana?Sakit. Iya, rasanya sakit memang. Entah pernah kalian alami atau tidak, namun itulah yang dialami oleh se
Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu
Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.
DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it
Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu
Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.
Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu