Tau rasanya dicintai?
Lalu, kalian tiba-tiba dicampakkan begitu saja.
Tau rasanya seperti apa?
Tidak diperhatikan lagi, tidak dianggap lagi, tidak dipedulikan lagi. Terabaikan.
Tau rasanya gimana?
Percaya pada seseorang yang berkomitmen untuk membahagiakan, namun malah memberikan kesedihan.
Gimana rasanya?
Memilih bertahan, memilih berjuang sendirian, memilih untuk tetap kecewa walaupun semakin menderita. Tau rasanya bagaimana?
Sakit. Iya, rasanya sakit memang. Entah pernah kalian alami atau tidak, namun itulah yang dialami oleh seorang gadis yang baru duduk di bangku kelas XI. Ia seorang gadis pendiam. Tidak banyak bicara tidak pula banyak tingkah. Ia gadis lugu yang tertutup. Ia seorang yang biasa saja. Tidak terlalu pintar dan tidak pula famous di sekolah. Ia seorang cewek yang sederhana. Ia bukan cewek yang gaul, ia saja hanya memiliki satu teman. Ia hanya berteman pada teman sebangkunya. Itupun karena teman sebangkunya sama sepertinya yang terasingkan. Mereka senasib dan cocok menjadi teman. Itulah faktanya.
Ia gadis yang suka menyendiri. Dari sikapnya yang tertutup itulah ia dijauhi. Banyak yang menghindarinya karena menganggapnya aneh. Namun ia tidak peduli. Hidupnya urusannya dan hidup mereka yang mengusik hidupnya itu urusan mereka. Ia memang berpikiran seperti itu. Ia tidak peduli jika orang-orang tidak ingin berteman padanya. Ia pun tidak memaksa. Di sekolah tugasnya mencari ilmu bukan untuk mencari teman apalagi lawan. Ia fokus saja pada pendidikannya dan fokus saja pada hidupnya yang sudah rumit jadi tidak sempat mengurusi kehidupan orang lain yang sibuk mengusik hidupnya.
Ia menjadi seorang yang pendiam bukan tanpa sebab. Hal tersebut karena sedari kecil ia terbiasa sendiri. Ia yatim piatu, gadis yang tanpa ayah dan ibu. Ayahnya sakit keras dan akhirnya meninggal. Sedangkan ibunya meninggal saat melahirkannya. Ia gadis sebatang kara yang tinggal bersama pamannya saja. Pamannya juga sebatang kara, pria duda yang ditinggal mantan istrinya yang berselingkuh darinya. Hidupnya sederhana. Tidak kaya tidak pula terlalu kekurangan harta. Setidaknya untuk makan sehari-hari masih bisa terpenuhi berkat pamannya yang bekerja sebagai karyawan di suatu perusahan yang cukup besar. walaupun hanya sebagai karyawan biasa.
Ia gadis yang banyak menyimpan kesedihan. Ia kurang kasih sayang dan perhatian. Pamannya selalu sibuk kerja dan tentu saja tidak banyak waktu untuk memberikannya perhatian. Terkadang ia iri melihat gadis-gadis sebayanya yang diantar jemput di sekolah. Sedangkan ia selalu pulang sendiri dengan berjalan kaki. Ia juga kadang iri melihat teman-teman sekolahnya yang diperhatikan oleh pacar mereka. Meskipun ia tidak tertarik dengan yang namanya pacaran namun ia sangat tertarik dengan perhatian kecil yang diberikan oleh pacar-pacar teman sekolahnya itu. Andai ia juga memiliki seorang pria yang juga memperlakukannya seperti gadis-gadis yang diliatnya di kantin sekolah. Tidak harus pacar sebatas sahabat saja tidak masalah. Namun sayangnya, itu hanya andaian saja. Ia merasa keinginannya agak mustahil. Gadis seperti ia ini mana ada yang mau. Ia jelek, dan aneh. Itu yang dikatakan orang-orang tentangnya. Jadi mana mungkin ada yang mau mendekatinya. Ia bukannya pesimis namun hanya melihat fakta saja. Mungkin saja akan ada yang menyukainya di suatu saat nanti tapi ia yakin orang itu bukan bagian dari teman sekolanya. Atau mungkin orang yang akan mendekatinya itu berasal dari planet lain.
Di sekolah kadang ia hanya berdiam diri di kelas, atau sesekali menghabiskan waktunya di perpustakan. Dan ke kantin ketika merasa lapar saja. Kadang ia juga mengisi waktunya dengan duduk sendiri di taman belakang sekolah. Sekedar untuk merenung, meratapi nasib malangnya yang belum juga berakhir. Untungnya ia memiliki satu teman baik di sekolah. Setidaknya ia memiliki teman untuk berbagi cerita atau untuk teman mengobrol saja. Memiliki satu teman namun orang itu sangat ia percaya. Temannya adalah teman sebangkunya. Temannya itu juga sama sepertinya yakni pendiam. Namun jika mereka berbicara mereka tidak terlihat dua gadis yang pendiam. Mereka terlihat dua orang normal. Tertawa jika obrolan mereka terdengar lucu dan sedih jika mereka membicarakan hal yang menyayat hati.
Menjadi gadis pendiam itu juga tidak menyenangkan. Ada kalanya ia merasa kesepian. Ingin juga ia memiliki banyak teman seperti teman-teman sekolahnya. Namun balik lagi, tidak ada yang mau berteman dengannya. Ia terlihat gadis cupu. Gadis kutu buku yang dianggap misterius. Terkadang ia juga dibully karena tidak memiliki ayah dan ibu. Ia juga dibilang gadis pembawa sial di sekolah. Hidupnya memang benar-benar menyedihkan. Tetapi ia gadis yang kuat. Ia tetap diam meski telinganya mulai panas mendengar perkataan-perkataan jahat yang menyakitinya. Ia tetap tegar dan tidak peduli. Walaupun terkadang ia menangis juga. Meratapi nasibnya yang sungguh menyedihkan ini.
Gadis pendiam ini selalu berdoa. Ia selalu meminta Tuhan mendatangkan seseorang yang baik hati yang menerimanya dengan segala kekurangannya. Ia ingin seseorang itu menghapus air matanya. Ia ingin seseorang itu membuatnya tersenyum dan melupakan segala kesedihannya. Ia selalu berharap doanya terkabul. Setiap hari ia mendoakan hal yang sama. Dan ia yakin suatu hari nanti doanya akan di dengat Tuhan dan seseorang itu akan datang.
Gadis pendiam ini adalah Rindu. Itu bukanlah sebuah rasa namun sebuah nama. Ia dinamai orang tuanya Rindu. Gadis berambut sebahu ini juga tidak tahu alasan kenapa orang tuanya menamainya Rindu. Ia hanya beranggapan orang tuanya memberi namanya Rindu karena mungkin orang tuanya akan selalu merindukannya setiap saat. Sehingga ia selalu dirindukan siapa saja yang mengenali dirinya. Namun sayang, bukan ialah yang dirindukan. Akan tetapi ialah yang merindukan orang-orang yang dikasihinya. Nama adalah sebuah doa. Dan itu adalah benar. Jika disuruh memilih ia tidak mau dinamai Rindu. Nama itu terlalu berat untuknya dan terbukti sekarang ia mengalami hidup yang berat. Dari kecil ia sudah menjalankan kehidupan yang menyedihkan. Dan sampai detik ini masih terus berjalan. Entah sampai kapan ia pun tidak tahu. Ia hanya berharap ia tidak menyerah pada keadaan.
Meski ucapannya kadang tak selaras dengan yang ia rasakan. Ia manusia. Normal baginya untuk menyerah. Untuk berhenti di saat tidak mampu bertahan lagi. Ia selalu mengatakan, "Aku kuat. Aku bisa melewati semua ini. Aku akan bahagia. Akan ada orang yang datang dan memberikan cinta untukku." Perkataan itu sama sekali bukan dari hatinya. Hatinya bilang, "Cukup sampai di sini. Kamu sudah berusaha. Sudah saatnya berhenti. Tidak perlu menjadi kuat. Menangislah jika hidup ini melelahkanmu."
Rindu tidak mendengarkan isi hatinya itu. Ia tidak mau menyerah. Ia akan berusaha untuk selalu tegar. Orang-orang tidak boleh tahu kesedihannya. Cukup dirinya dan Tuhan saja yang tahu.
"Aku kuat," ucapnya selalu disaat ia merasa terpuruk akan suatu keadaan. Ia selalu mensugesti dirinya untuk tetap tegar dikondisi apapun. Alasannya bertahan hanya karena ia ingin membalas jasa ibunya yang rela berkorban nyawa demi melahirkannya. Ia tidak boleh menyerah. Jika ia menyerah sama saja kematian ibunya sia-sia. Ibunya rela berkorban nyawa demi melahirkannya di dunia ini. Maka bagaimana pun keadaannya, ia harus tetap tegar. Ia harus tetap menjalankan hari-harinya walaupun dengan air mata.
***
Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu
Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.
DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan
Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it
Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu
Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.
Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu