Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.
Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.
Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.
"Aku gapapa. Gak usah khawatir," ucap Bintang.
Belum juga Rindu bertanya pada cowok itu, cowok itu malah lebih dulu berbicara. Seakan cowok itu tahu jika Rindu sedang mengkhawatirkannya.Rindu menurunkan tangannya. Dan ia hanya tersenyum kecil.
Bintang membalas senyuman Rindu dan terjadilah tatap menatap diantara mereka. Sampai Rindu menundukkan pandangannya karena merasa tak nyaman diperhatikan oleh Bintang.
"Nama kamu siapa?" tanya Bintang. Ia penasaran dengan nama gadis yang di hadapannya. Gadis itu terlihat tak asing.
Rindu mendongak. "Aku Rindu," jawabnya.
Bintang tersenyum. "Nama yang bagus," katanya.
Bintang melihat Rindu kedinginan. Dan pakaian Rindu juga terlihat berantakan. Ia pun berinisiatif untuk meminjamkan jaketnya. Bintang membuka jaketnya lalu memakaikanya pada Rindu. "Pakai ini," katanya. "Kamu pasti dingi, kan."
Rindu hanya diam saat Bintang memberinya jaket. Ia gak nyangka Bintang sebaik ini padanya. Ia gak pernah diginiin sama cowok sebelumnya. Jangankan cowok, temannya saja yang perempuan tidak pernah sebaik ini. Ia jadi berpikir jangan-jangan Bintang adalah jawaban atas doanya. Ia sering kali berdoa meminta seseorang datang dan memberikannya kebahagian. Apakah Bintang seseorang itu?
Benarkah?
"Terima kasih, Bintang," ucap Rindu sambil menatap Bintang. Cowok itupun tersenyum dan memberikan anggukan. Rindu tidak banyak bicara. Ia kemudian diam dan menunduk saja.
"Aku anterin pulang ya," tawar Bintang. Ia khawatir sama Rindu jika pulang sendirian. Ia cemas gadis itu kenapa-napa lagi. Maklum daerah sini sepi. Jarang manusia berlalu lalang. Apalagi sekarang sedang hujan deras.
Rindu menggeleng. Ia tidak enak pada Bintang. Lagipula ia dan Bintang baru kenal. Bintang masih orang asing, ia belum tahu Bintang benaran baik atau hanya bersandiwara. Di jaman sekarang ini banyak penipu. Ia hanya was-was agar terhindar dari tindak kejahatan yang merajarela. Maklumlah, wajah boleh tampak baik namun hati siapa yang tahu.
"Uadh aku anterin aja. Kamu harus percaya sama aku. Aku orang baik kok. Gak mungkin aku macem-macemin kamu. Janji deh."
"Emmm..." Rindu masih mikir-mikir. Ia gak mau terlalu cepat memutuskan. Nanti ada penyesalan di akhir.
"Aku anak baik kok. Liat wajah aku, ada tampang penjahat gak?"
Rindu menggeleng.
"Ya udah, kita jalan sekarang."
Rindu mengangguk.
***
Seminggu kemudian.
Sejak kejadian malam itu Rindu dan Bintang menjadi dekat. Rindu yang sebelumnya hanya memiliki satu teman kini tidak lagi. Ia sekarang juga memiliki Bintang yang selalu ada untuknya dan mengurangi rasa kesepiannya. Setiap hari Bintang mengantarnya pulang. Ia dan Bintang jadi sangat akrab.
Rindu juga jadi tahu bahwa ternyata Bintang itu satu sekolah dengannya. Pantas saja malam itu ia merasa Bintang tak asing. Ternyata cowok itu adalah siswa yang sering dibicarakan teman-teman kelasnya. Bintang itu cowok Famous di sekolah. Namun kerena Rindu sering menetap di dalam kelas saja, jadi ia tidak terlalu tahu menahu tentang Bintang.
Sejak malam itu, Rindu sering menghabiskan waktunya bersama Bintang. Mereka pergi ke kantin bareng, Bintang juga suka mengantarnya ke kelas. Saat jam olahraga Bintang selalu membelikannya minuman dingin. Cowok itu juga suka mengikat tali sepatunya saat terlepas, membelikannya makanan untuk sarapan. Dan hal yang paling romantis adalah saat Bintang menggendongnya di pundak setiap hari saat jam pulang sekolah, dari kelasnya sampai ke gerbang sekolah. Momen itu adalah momen yang menyenangkan untuk Rindu. Dan semenjak ia dekat dengan Bintang tak satupun teman-teman sekolahnya membully dirinya lagi. Ia kini bisa bernafas lega. Semenjak mengenal Bintang hidupnya pun berubah. Yang sebelumnya muram kini berwarna.
Perhatian-perhatian kecil yang Bintang lakukan membuatnya mulai merasa nyaman. Awalnya ia tidak merasa apa-apa pada Bintang selain rasa hutang budi. Namun dalam seminggu ini mereka sering bersama-sama, Rindu mulai merasakan yang namanya:
Jatuh cinta.
Iya, Rindu jatuh cinta pada Bintang. Bintang pria pertama yang membuat Rindu merasakan apa itu cinta. Bintang jadi cinta pertama untuk Rindu. Rindu sangat bahagia. Akhirnya ia bisa menemukan pria yang tepat. Ya walaupun awalnya ia tidak tertarik untuk menjalin hubungan yang namanya pacaran. Namun apa salahnya jika ia jatuh cinta pada Bintang. Cinta itu suatu hal yang baik. Lagipula ia merasa jatuh cinta kepada cowok yang tepat, pikirnya.
Menurut Rindu, Bintang itu cowok yang sangat baik. Cowok yang ramah, baik ke semua orang, murah senyum, senyum manis cowok itu yang setiap kali Rindu sukai. Cowok itu perhatian, peduli, dan pria yang hebat. Cowok itu smart, tubuhnya bagus, rambutnya juga rapi, wajahnya tampan, tinggi, pipinya tirus, hidung mancung, mata cowok itu juga bagus, bibirnya merah muda, dan cowok itu memiliki bulu mata yang indah. Pokoknya cowok berginsul itu bisa dikatakan sempurna. Cowok itu memang seperti layaknya bintang di langit, bersinar. Pantas nama cowok itu Bintang, sesuai dengan orangnya.
Hal yang membuat Rindu jatuh cinta pada Bintang bukan karena Bintang cowok yang tampan. Juga bukan karena senyum manisnya. Bukan karena repotasinya yang sangat bagus. Tapi karena Bintang telah banyak melakukan kebaikan untuknya dan juga sudah mau berteman dengannya. Dan yang terpenting adalah karena Bintang telah berhasil membuatnya bahagia.
"Aku suka Bintang." Ia kadang berucap demikian saat Bintang di dekatnya. Namun ia mengucapkan hanya dari dalam hati. Tak berani untuk berterus terang. Ia terlalu sadar diri. Ia ini cuma gadis biasa dan Bintang seorang start di sekolah. Jadi agak tidak mungkin ia bisa bersama pria itu.
***
Seiring berjalannya waktu. Tidak terasa sudah satu bulan Rindu berhubungan baik dengan Bintang. Namun, Rindu masih mencintai Bintang dalam diam. Seperti kisah cinta Ali pada Fatimah. Rindu tidak berani mengutarakan perasaannya. Ia takut Bintang tidak mencintainya. Namun pada hari ini. Setelah 1 bulan mereka dekat. Tiba-tiba tadi pagi Bintang mengajak Rindu ke taman belakang sekolah. Dan kini mereka telah tiba di tempat yang dijanjikan Bintang. Mulanya hanya saling diam dan akhirnya Bintang mengatakan tujuannya mengajak Rindu ke tempat itu.
Dengan perasaan gugup Bintang meraih tangan Rindu. Rindu terkejut dengan apa yang dilakukan Bintang. Ia tidak mengira Bintang akan mememegangi tangannya. Dan akhirnya ia pun jadi berpikir, apakah Bintang telah menyukainya?
"Rin," ujar Bintang dengan nada suara yang lembut. Semacam seseorang yang meminta sesuatu dan berharap seseorang itu memberikan apa yang diinginkannya. Semacam itulah. Jelasnya Bintang menginginkan sesuatu dari Rindu.
"Iya, kenapa?" tanya Rindu.
Bintang mengusap tangan Rindu dengan ibu jarinya. Menatapnya, lalu___ ia menggapai pipi Rindu dan mengusapnya lembut. "Kamu cantik, Rin." Ia tersenyum setelah selesai memuji paras Rindu.
"Kamu bilang apa?" tanya Rindu. Sebetulnya ia mendengar Bintang bilang ia cantik. Namun ia ingin Bintang mengatakannya sekali lagi agar ia tidak mengira telinganya tidak salah dengar.
"Aku cinta sama kamu," ucap Bintang to the point. Ia langsung keinti pembicaraan saja. Inilah tujuannya mengajak Rindu ke taman belakang sekolah.
Rindu langsung melongo. Ia kaget, ia gak nyangka aja ternyata Bintang menyukainya bahkan mencintai dirinya yang penuh kekurangan ini dan gak ada apa-apanya dibandingkan dengan cowok itu.
"Rin ..." ucap Bintang.
"Iy-iya, Bi," ucap Rindu Gugup. Sumpah ini pertama kalinya ia ditembak cowok. Ternyata ditembak cowok itu rasanya jantung mau copot dan rasanya ia mau berhenti nafas saking gugupnya. Bukannya ia lebay ya. Ia gak nyangka aja cowok famous di sekolahnya menyukai dirinya dan bahkan menyatakan cinta padanya. Sungguh sebuah keajaiban dalam hidupnya.
"Aku suka sama kamu. Kamu mau gak, jadi pacar aku?"
***
DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan
Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me
Kalian tau rasanya jatuh cinta?Tau rasanya dicintai?Lalu, kalian tiba-tiba dicampakkan begitu saja.Tau rasanya seperti apa?Tidak diperhatikan lagi, tidak dianggap lagi, tidak dipedulikan lagi. Terabaikan.Tau rasanya gimana?Percaya pada seseorang yang berkomitmen untuk membahagiakan, namun malah memberikan kesedihan.Gimana rasanya?Memilih bertahan, memilih berjuang sendirian, memilih untuk tetap kecewa walaupun semakin menderita. Tau rasanya bagaimana?Sakit. Iya, rasanya sakit memang. Entah pernah kalian alami atau tidak, namun itulah yang dialami oleh se
Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it
Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu
Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.
Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu