Beranda / Romansa / Goodbye Pacar / 6~Belum move on

Share

6~Belum move on

Penulis: Dream.owner
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana. 

Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan sering dibully di sekolah.

"Aku boleh mampir gak?" tanya Bintang. Ia tidak mau menunggu Rindu menawarinya untuk mampir. Karena pacarnya itu tidak pernah mengajaknya duluan. 

"Emmm... ya udah boleh," jawab Rindu ragu-ragu. Pamannya saat ini sedang tidak di rumah. Jadi ada rasa takut untuknya mengajak Bintang masuk ke dalam rumahnya. Karena ia belum seratus persen percaya pada Bintang. 

"Yes." Bintang kesenangan. Akhirnya ia bisa mampir ke rumah pacarnya itu. 

"Ya udah, ayo," ajak Rindu. 

Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah. Saat sudah di dalam Bintang melihat-lihat sekitar rumah Rindu. Sedangkan Rindu duduk saja di sofa melihat pacarnya.

"Di rumah tinggal sama siapa aja?" tanya Bintang sambil melihat pajangan foto keluarga Rindu. 

"Sama Paman aja."

"Ohh. Mama-papa kemana?"

Rindu tertunduk sedih. "Udah gak ada," jawab Rindu lirih. 

Merasa membuat Rindu sedih, Bintang menghampiri  Rindu dan duduk di samping cewek itu. "Maaf ya, aku gak maksud."

"Gapapa. Udah lama juga kok."

"Seberapa lama?"

"Cukup lama."

"Karena apa?"

"Ibu aku meninggal saat melahirkan aku. Dan ayah karena sakit keras."

Bintang turut prihatin. Ia yang memiliki kedua orang tua secara lengkap merasa bersyukur. Karena masih memiliki orang tua. Sedangkan Rindu sudah tidak memiliki keduanya. Ia merasa sedih dan memberikan Rindu pelukan untuk menenangkan cewek itu. 

"Tenang ya, sekarang udah ada aku," ucap Bintang lalu melepaskan pelukannya. 

"Aku janji, akan selalu ada buat kamu. Kalau kamu sedih kamu boleh curhat sama aku. Cerita apa aja sama aku. Aku siap mendengarkan."

"Mulai sekarang jangan merasa sendiri. Ingat, ada aku yang selalu siap untuk kamu."

Bintang tersenyum. 

"Makasih, Bi."

"Iya, sama-sama," balas Bintang sembari mengusap kepala Rindu.

"Oh ya, kamu punya saudara?"

Rindu menggeleng.

"Sama dong, aku juga gak punya. Untungnya aku punya kamu." Bintang jadi cengengesan.

"Mau aku buatkan minuman?"

"Gak usah. Kamu duduk sini aja sama aku."

"Yakin gak mau minum?"

"Enggak, Sayang. Aku mau kamu aja."

Rindu tersenyum malu. 

"Paman kamu mana?"

"Masih kerja. Nanti malam baru pulang."

"Ohh, jadi kita berdua aja nih sekarang?"

Rindu mengangguk perlahan. 

Bintang tersenyum. Ia merapatkan posisi duduknya di samping Rindu. Lalu ia menatap pacarnya itu sangat dalam.

Rindu menggenggam tangannya sendiri. Situasi seperti ini yang ia takutkan. Apakah Bintang mau berbuat macam-macam padanya? Sekarang cowok itu menatapnya dan wajah cowok itu semakin mendekatinya. Bahkan helaan napas cowok itu dapat ia rasakan. 

"Boleh aku cium kamu?" tanya Bintang dengan suara menggoda. 

Rindu meneguk salivanya. Sekarang bibir Bintang di depan matanya. Ia sangat gugup dan meremas roknya. Saat seperti ini belum pernah ia rasakan sebelumnya. Jantungnya jadi tak karuan.

"Boleh atau tidak?" tanya Bintang lagi. 

Rindu cuma kikuk. Tidak bisa berucap apa-apa saking gugupnya karena wajah Bintang di depan matanya. Cowok itu juga terus melirik matanya. 

Bintang meneguk salivanya. Ia susah tergoda. Ia sudah lama tidak mencium seorang gadis. Ia ingin merasakannya sekarang juga. Lagipula Rindu sudah menjadi pacarnya. 

Karena Rindu hanya diam. Bintang angap cewek itu tidak menolak. Ia memajukkan wajahnya lebih dekat. Lalu ia menyusupkan tangannya di leher cewek itu. "Ini tidak akan sakit," ucapnya. Ia lalu mendaratkan bibirnya pada bibir tipis milik Rindu. 

Rindu kaget dan cuma bisa mematung di tempat sambil meremas roknya. Ini ciuman pertama dalam seumur hidupnya. 

Tidak sekedar mengecup bibir Rindu. Bintang mulai bermain di bibir cewek itu. Kecupannya berubah menjadi ciuman. Baru sebentar Rindu sudah kewalahan dengannya. Ia melepaskan ciumannya dan membiarkan Rindu bernafas normal kembali.

"Maaf, aku..." Bintang merasa bersalah. Ia terlalu tak terkontrol tadi. Jadi kelepasan. 

"Gapapa," balas Rindu. Lalu ia menunduk-menyembunyikan rona di pipinya yang memerah.

"Apa itu yang pertama?" tanya Bintang. Melihat reaksi Rindu yang terlihat sangat tidak fasih dalam berciuman membuatnya jadi bertanya.

Rindu mengangguk.

"Apa jangan-jangan... aku ini pacar pertama kamu?"

"Iya."

Bintang seakan tak percaya dia jadi pacar pertama untuk Rindu. Tapi bagus, berarti ia juga jadi cinta pertama untuk cewek itu.

"Yes."

"Kok senang?"

"Itu artinya aku juga cinta pertama kamu, kan?"

Rindu mengangguk. 

Bintang tersenyum. "Aku senang, jadi yang pertama untuk kamu."

"Kalau kamu?" tanya Rindu. 

Bintang terdiam. 

Rindu melihat raut wajah Bintang berubah. Dan tatapan mata cowok itu jadi sendu.

"Gak jawab juga gapapa," ucap Rindu lalu tersenyum pada Bintang.

Bintang membalas senyuman itu. Ia diam karena ia tidak mau menjawab. Ia tidak mau terus teringat masa lalunya. Rindu memang bukan yang pertama tapi kedua. Dan ia masih belum bisa lepas dari cinta pertamanya. Ia masih memikirkannya meski sudah berusaha melupakannya. Tapi sekarang ada Rindu, ia berharap cewek itu akan membawanya pada perubahan. 

"Besok malam aku ajak jalan mau gak?" Ajak Bintang. 

"Kemana?"

"Besok kan, malam minggu. Gimana kalau aku ajak kamu ke resto."

"Kamu yakin mau ajak aku ke sana?"

"Loh, emangnya kenapa?"

"Nanti aku malu-maluin kamu."

"Ya enggak lah, aku malah senang kalau kamu mau menerima ajakkan aku."

"Aku pikir-pikir dulu ya."

"Yah, kok pikir dulu. Aku kecewa loh kalau kamu nolak."

"Aku minta izin paman dulu."

"Iya deh iya."

Bintang melihat jam tangannya yang melingkar di tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan 5 sore. Ia sudah harus pulang sekarang. Kalau tidak ia akan dicari mama-papanya. 

"Sayang, aku pamit pulang ya."

Rindu mengangguk. Ia mengantar Bintang sampai depan rumahnya. 

"Dadah, Sayang," pamit Bintang seraya berdadah. 

"Dahhh."

Sepeninggalan Bintang. Rindu masuk kembali ke dalam rumah. Ia beranjak ke kamarnya. Sampai di kamar ia melompat-lompat di atas tempat tidur. Ia merasa sangat senang karena ia sudah resmi berpacaran dengan Bintang. Ia juga senang karena mendapat first kiss dalam hidupnya. Ia tidak pernah sesenang ini sebelumnya. Andai dari dulu ia berjumpa dengan Bintang. Pasti ia tidak akan mengeluh dalam hidupnya. Kini ia benar-benar bersyukur dalam hidup. Ia sangat berterima kasih pada Tuhan karena telah menghadirkan Bintang. 

"Tuhan! Terima kasih!" teriaknya girang.

***

Dikediaman Bintang. Kini cowok bergingsul itu sedang duduk di meja belajarnya dan ditemani tumbukan buku di atas meja. Ia sudah selesai mengerjakan tugasnya. Sekarang ia sedang termenung memikirkan perasaannya. Jujur, ia memang sudah jadian dengan Rindu. Tetapi sampai saat ini hanya rasa nyaman yang ia rasakan pada cewek itu. Ungkapan cinta yang ia katakan hanya sekedar dari mulut tapi tidak dari hati. Ia dekat dengan Rindu sebetulnya hanya ingin melupakan kisah cintanya yang lalu. Walaupun ia sebenarnya tidak ingin melupakan gadis yang dari masa lalunya itu. Ia masih sayang pada mantannya. Tapi,  jarak memisahkan mereka. 

Bintang mengacak rambutnya frustasi. Ia kemudian meraih ponselnya dan menghubungi Rindu. Berharap dengan menghubungi gadis itu ia bisa menghilangkan pikirannya dari bayang-bayang masa lalu percintaannya.

Di lain sisi. 

Rindu naik ke atas tempat tidurnya sambil mengambil ponselnya yang berada di atas nakas samping tempat tidur. Ponselnya berdering dan ia mengeceknya. Ternyata Bintang yang menghubunginya.

Rindu tersenyum bahagia. Senangnya ada yang mencari keberadaannya. Ia jadi tidak sabar mendengar suara pacarnya itu. Ia cepat mengangkat telpon itu. 

"Hallo ...." Suara Bintang terdengar. Jantungnya langsung tak karuan, berdebar-berdebar seperti saat ia berada di dekat cowok itu. Ia senang sekali mendengar suara Bintang dan akan mengobrol dengan pacarnya itu.

"Assalamualaikum, Bi ..." Rindu menyapa dengan bersemangat.

"Waalaikumsalam, Sayangku. Kok lama sih ngangkat telponnya?"

"Kenapa, kamu kangen ya sama aku?" Perkataannya ini membuat kedua sudut bibir Rindu terangkat membentuk senyum lebar. Ia sebenarnya tidak bisa sepede ini. Tetapi mulutnya gatal ingin berucap begitu.

"Ya kangen lah, Sayang. Makanya aku hubungi kamu. Tapi kamunya lama ngangkat. Kamu marah ya sama aku? Hayo marah kenapa?"

Rindu tertawa. "Ah, enggak kok. Aku gak marah. Tadi itu aku gak tau kamu nelpon. Aku lagi mandi soalnya."

"Ih, kok mandinya malem sih. Nanti kamu sakit, aku gak mau ya, pacar aku sakit."

"Ih, apaan sih. Aku kan, bukan anak kecil."

"Mandi malem-malem itu gak bagus buat kamu, Sayang. Mulai besok jangan mandi malem lagi, ya. Aku takut kamu sakit. Aku maunya kamu itu sehat-sehat aja."

"Iya deh, iya Kapten. Hahaha."

"Wah, udah ada panggilan sayang ni buat aku."

"Hahaha."

"Aku juga punya panggilan sayang buat kamu?"

"Apa?"

"Ibu negara. Gimana? Bagus gak?"

"Emm, bagus kok."

"Oh iya, Ibu negara lagi apa nih sekarang?"

"Lagi mikirin Kapten terus. Kalau Kapten gimana?"

"Hem, aku juga lagi mikirin Ibu negara nih."

Rindu menutup mulutnya menahan tawa yang mau keluar. Geli juga percakapannya ini, tapi menyenangkan. Bintang berhasil membuat sikap dingin dan pendiamnya berkurang. Kini ia jadi banyak bicara setelah mengenal cowok itu. Dan merasa lebih percaya diri juga. 

"Ibu negara," panggil Bintang.

"Iya, kenapa?"

"Kok kamu diem? Udah ngantuk ya?"

"Sedikit."

"Jangan ngantuk dulu dong."

"Emangnya kenapa?"

"Aku masih kangen kamu soalnya."

"Ah gombal."

"Sumpah gak gombal."

"Iya deh, aku percaya."

"Sayang."

"Apa?"

"Besok malam jadi gak?"

"Belum tau."

"Jadi ya, soalnya aku mau kasih kamu sesuatu."

"Apa?"

"Ada deh, kejutan pokoknya."

"Kok main rahasian sih."

"Gapapa sekali-kali."

"Iya deh, aku terima ajakan kamu."

"Yes. Terima kasih, Sayang."

"Iya."

Obrolan mereka terus berlanjut hingga Rindu sampai tertidur. Dan lupa mengucapkan selamat tidur pada pacarnya itu. Ia hanya samar-samar mendengar suara Bintang yang memberikannya ucapan selamat malam yang romantis padanya.

"Selamat malam, Sayang. Semoga mimpi indah. Dan terima kasih sudah memberikan kesempatan pada aku untuk hadir di dalam hidup kamu. I love you, Rindu. Aku sayang sama kamu, selamanya. Muah ... assalamualaikum."

Bintang menutup telponnya. Pacarnya itu sudah tidur. Ia sudah mengobrol berjalam-jam hingga larut malam. Meski sudah menghubungi Rindu tapi perasaannya tidak berubah sedikitpun. Hanya terasa datar dan sekadar asik tanpa terbawa ke hati. Ah, ia terlalu mencintai masa lalunya. Jadinya seperti ini. Susah move on. 

Bintang menarik diri ke tempat tidur. Sebelum tidur ia memainkan ponselnya. Membuka galeri dan melihat fotonya bersama seorang gadis yang ia rangkul dalam foto itu. Ia masih menyimpan kenangan itu meski kebersamaannya dengan cewek itu sudah lama berlalu. Tapi tidak ia lupakan dan ia dijadikan momen penting dalam hidupnya. 

"Aku rindu sama kamu, Tar," ucapnya sambil melihat foto cewek itu.

"Aku belum bisa move on dari kamu. Walaupun sekarang aku udah jadian sama orang lain. Tapi, aku belum bisa melupakan kamu."

***

Bab terkait

  • Goodbye Pacar   7~Kembalinya Sang Mantan

    Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it

  • Goodbye Pacar   8~Diabaikan

    Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa

  • Goodbye Pacar   9~Kehilangan

    Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce

  • Goodbye Pacar   10~Tidak dianggap

    Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me

  • Goodbye Pacar   1~Kisah Rindu

    Kalian tau rasanya jatuh cinta?Tau rasanya dicintai?Lalu, kalian tiba-tiba dicampakkan begitu saja.Tau rasanya seperti apa?Tidak diperhatikan lagi, tidak dianggap lagi, tidak dipedulikan lagi. Terabaikan.Tau rasanya gimana?Percaya pada seseorang yang berkomitmen untuk membahagiakan, namun malah memberikan kesedihan.Gimana rasanya?Memilih bertahan, memilih berjuang sendirian, memilih untuk tetap kecewa walaupun semakin menderita. Tau rasanya bagaimana?Sakit. Iya, rasanya sakit memang. Entah pernah kalian alami atau tidak, namun itulah yang dialami oleh se

  • Goodbye Pacar   2~Malaikat Penolong

    Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu

  • Goodbye Pacar   3~Jatuh Cinta

    Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.

  • Goodbye Pacar   4~Jadian

    DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu

Bab terbaru

  • Goodbye Pacar   10~Tidak dianggap

    Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me

  • Goodbye Pacar   9~Kehilangan

    Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce

  • Goodbye Pacar   8~Diabaikan

    Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa

  • Goodbye Pacar   7~Kembalinya Sang Mantan

    Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it

  • Goodbye Pacar   6~Belum move on

    Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan

  • Goodbye Pacar   5~Janji

    Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke

  • Goodbye Pacar   4~Jadian

    DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu

  • Goodbye Pacar   3~Jatuh Cinta

    Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.

  • Goodbye Pacar   2~Malaikat Penolong

    Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu

DMCA.com Protection Status