Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.
Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.
Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu sedia payung karena di bulan ini sudah memasuki musim hujan. Tapi ia tetap saja tidak mendengarkan perkataan pamannya itu. Sehingga kejadiannya seperti sekarang ini. Ia harus pulang dalam keadaan basah.
Sambil berjalan, Rindu memeluk dirinya sendiri karena kedinginan. Sudah cukup jauh ia berjalan hingga sampailah ia pada tempat yang sunyi. Tempat yang selalu membuatnya merasa takut jika ia melewatinya saat malam hari. Namun ia harus tetap melewati jalan itu. Tidak ada jalan lain, ia hanya bisa melewati tempat itu untuk sampai di rumahnya. Ia mau tidak mau melewati gang sempit dan sunyi itu. Jauh dari keramaian dan juga sangat membahayakan keselamatannya. Namun ia harus melewatinya jika tidak ia tidak akan sampai di rumah.
Langkah Rindu terhenti.
Rasa takut muncul pada Rindu ketika ia melihat seseorang yang tiba-tiba muncul dari arah depan. Entah darimana seseorang itu tiba-tiba saja terlihat di depannya dengan jarak tak jauh darinya. Pikirannya langsung menduga seseorang itu akan berbuat jahat padanya. Seseorang itu terus melangkah mendekat. Rindu menyadari ia dalam bahaya besar.
Tanpa pikir panjang lagi Rindu langsung ingin lari namun tangannya dicekal. Tangannya ditarik dengan paksa oleh orang asing itu yang diduganya adalah penjahat yang ingin berniat buruk padanya.
"Lepas!" ucap Rindu setengah berteriak kepada seseorang pria yang memegangi tangannya saat ini. Ia tidak bisa melihat jelas wajah seseorang itu.
"Tenang Sayang, tenang." Pria jahat itupun kini membekap tubuh Rindu di dalam pelukannya agar Rindu tidak bisa melarikan diri.
Rindu pun menangis, berteriak, namun tak ada yang datang membantunya. Orang asing itu kini mulai berani menyentuh tubuhnya. Rindu terus berusaha ingin melepaskan diri. Tetapi, tenaganya tak sebanding dengan orang itu.
"Tenang cantik, aku tidak akan menyakitimu. Aku akan bermain dengan perlahan. Kau tidak perlu takut," ucap Sang penjahat sembari membelai wajah gadis yang kini berderai air mata karena ketakutan. Sudah lama dia mengincar gadis ini. Namun baru kali ini dia berhasil mendapatkannya.
"Tolong! Tolong!" teriak Rindu sembari menangis. Ia sangat ketakutan.
"Sssttt.... Percuma kamu berteriak, Sayang. Gak akan ada yang datang menolong kamu. Ha ha ha."
Perlahan, penjahat itu mulai membuka paksa pakaian Rindu. Dia membukannya dengan kasar hingga robek. Rindu tahu apa yang diinginkan orang jahat itu. Pria jahat itu menginginkan tubuhnya.
Rindu meronta-ronta ingin melarikan diri. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia juga menjerit minta tolong. Kini ia berderai air mata. Wajahnya basah bercampur dengan rintikan hujan yang semakin deras saja. Ia terus berdoa dalam hati meminta keajaiban datang. Ia tidak mau mahkotanya direbut oleh orang asing itu. Ia tidak mau kesuciannya hilang dan masa depannya hancur. Ia takut sekali, ia sangat ketakutan.
Adakah yang akan datang membantunya? Atau ia akan berakhir di sini?
"Tolong ... Hiks ..."
Rindu memukul-mukul dada pria yang terus saja menjamah tubuhnya dengan membabi-buta. Ia terus beronta-ronta ingin melepaskan diri. Namun pria jahat itu langsung memegangi tangannya dengan kasar dan membentaknya.
"Diam!!!" bentak pria bertopi hitam itu.
Rindu tersentak ketakutan. Ia terdiam dan hanya mampu menitikkan air matanya. Ia pun memejamkan mata saat pria jahat bertopi hitam itu ingin mencium wajahnya. Rindu tidak bisa memberikan perlawanan lagi. Ia sudah tidak bisa bergerak. Kedua tangannya sudah dipegang dengan erat dan tubuhnya sudah dikekang oleh tubuh kekar yang dimiliki penjahat itu. Rindu hanya bisa pasrah sekarang. Ia hanya bisa menangis dengan mata yang tertutup rapat. Ia sungguh ketakutan.Beberapa saat kemudian.
Entah kenapa Rindu tidak merasakan pergerakan sang penjahat. Ia hanya mendengar suara seperti ada orang yang sedang berkelahi. Namun Rindu tak berani membuka mata. Ia takut dan memilih tetap menutup matanya rapat-rapat. Namun beberapa saat kemudian tiba-tiba saja ada yang menarik tubuhnya lalu ia dipeluk. Awalnya ia mengira penjahat itu melakukannya. Ia pun meronta ingin melepaskan diri, namun saat seseorang itu membisikkan sesuatu padanya. Ia langsung menangis dan memeluk seseorang itu. Ia tidak lagi berpikir dengan yang dilakukannya. Ia tidak peduli lagi siapa yang ia peluk. Yang terpenting baginya saat ini ialah ia telah terselamatkan dan ia sangat berterima kasih kepada seseorang yang menolongnya itu.
"Jangan takut. Kamu aman sekarang," bisik pria yang memeluk Rindu sambil mengusap kepala gadis yang telah diselamatkannya ini. Pria itu Rindu yakini bukan si penjahat namun malaikat yang datang untuk menolongnya.
Rindu belum tahu pasti siapa yang memeluknya saat ini. Ia hanya meyakini pria itu adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk menyelamatkannya. Perlahan Rindu melepaskan pelukannya. Lalu ia mengangkat kepala-melihat siapa seseorang yang telah menyelamatkan hidupnya itu. Gelap, wajah pria itu tak terlihat jelas. Ia belum bisa memastikan siapa orang yang menolong dirinya.
"Siapa dia?" tanya Rindu dalam hati. Ia sangat penasaran ingin melihat wajah penolongnya. Berkat pria itulah ia terselamatkan. Jika tidak pasti hidupnya akan hancur.
Rindu menggeleng.
Pria yang telah menyematkan Rindu ini pun mengarahkan senter HP-nya ke arah samping. Agar wajahnya dan wajah gadis di hadapannya bisa melihatnya dan begitupun sebaliknya.
"Aku Bintang. Lain kali jangan pulang sendirian lagi. Tempat ini bahaya. Aku juga gak bisa menolong kamu terus. Kali ini hanya kebetulan aja aku lewat sini," ucap pemuda bernama Bintang ini.Rindu tersenyum kecil saja. Ia masih syok karena kejadian tadi. Belum bisa menyapa dan memperkenalkan diri serta mengucapkan rasa terima kasih kepada Bintang karena telah menyelamatkannya. Pria yang telah menolongnya itu tidak ia kenali. Namun cowok itu serasa tak asing baginya.
Bintang memegang pundak gadis yang telah ia selamatkan. Rindu pun melirik tangan Bintang yang mendarat di pundaknya. Rindu kemudian mendongak melihat wajah Bintang. Pria itu berpostur tubuh tinggi, dan membuatnya harus melihat lebih ke atas.
"Aku sudah mengusir si penjahat, kamu aman sekarang. Maaf ya udah peluk kamu. Aku khawatir banget, aku takut kamu diapa-apain sama penjahat sialan itu. Tapi untungnya aku berhasil menyelamatkan kamu." Bintang tersenyum memandangi cewek yang berhasil ia selamatkan. Untungnya ia mendengar suara terikan cewek itu. Jika tidak, ia tidak tahu lagi apa yang akan terjadi dengan cewek itu.
***
Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.
DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan
Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me
Author POVSetelah ditinggal Bintang Rindu berlari ke toilet. Ia menangis di sana sejadi-jadinya. Ia luapkan semua perasaan sakit hatinya pada pacarnya itu. Ia benar-benar tidak menyangka Bintang tega ingin menyudahi hubungan mereka. Padahal selama ini ia selalu berusaha menjadi pasangan yang ideal untuk cowok itu. Meski ia tahu seberusaha apapun ia untuk memantaskan diri menjadi pacar cowok itu tapi tetap saja dimata siapapun ia tidak akan cocok dengan cowok bergingsul itu.Tangisan Bintang didengar seseorang yang juga berada di dalam toilet yang bersebelahan dengan Rindu. Ia penasaran dan keluar toilet lebih dulu. Ia sengaja menunggu di depan pintu untuk melihat siapa yang menangis di dalam toilet itu.Selang beberapa menit Rindu keluar dan tiba-tiba ia melihat cewek itu. Cewek yang bersama pacarnya tadi. Ia ingin pergi tapi tangan cewek itu mencekalnya dan membuat langkahnya terhenti.Rindu menoleh me
Rindu POVAku berjalan gontai seorang diri menuju rumah. Semua pikiranku kembali pada kenangan-kenangan saat bersama Bintang. Pikiranku penuh dengan kenangan manis kami. Saat dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menggandengku, dan tersenyum padaku.Entah kenapa hari ini rasanya itu semua berlalu seperti mimpi. Rasanya kenangan manis kami berakhir pada hari ini. Aku merasa ia sengaja tidak menemuiku lagi. Entahlah, aku hanya tersadar dengan ucapan Aldi yang mengatakan aku dan Bintang tidak mungkin bersama. Aku sadar diri, sejak awal aku memang sudah merasa tidak pantas menjadi pacar Bintang. Akan tetapi Bintang seolah memaksaku untuk menerima jika aku pantas bersamanya. Sehingga menjadikan aku percaya diri dan tidak minder lagi menjadi pacarnya. Cintaku pun semakin tumbuh besar sehingga aku sangat berharap bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.Namun, apa yang terjadi hari ini membuatku takut dan ce
Jam istirahat sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu. Rindu masih setia menunggu Bintang mendatanginya dan mengajaknya ke kantin bersama. Namun ia heran kenapa pacarnya itu telat mengajaknya hari ini. Padahal kemarin-kemarin pacarnya itu selalu tepat waktu. Pacarnya itu selalu sudah berdiri di depan pintu saat bel berbunyi. Melempar senyum padanya dan melambainya. Namun saat ini tidak lagi.Kini Rindu sendirian di dalam kelas menunggu Bintang. Teman-teman kelasnya sudah pada pergi ke kantin, begitu juga dengan teman baiknya, Kasih. Tadi Kasih sempat mengajaknya pergi, namun ia menolak karena mengira Bintang akan datang. Namun ternyata sampai detik ini Bintang tak kunjungi mendatanginya.Lama Rindu menunggu hingga tak terasa waktu sudah berlalu 30 menit. Kasih yang dari kantin sudah kembali ke kelas dan langsung duduk di bangkunya."Kok gak ngantin?" tanya cewek itu."Lagi gak pengen," jawab Rindu. Ia berbohong pa
Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua.Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya."Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin it
Bus berhenti. Bintang dan Rindu keluar dari Bus. Mereka belum sampai pada tujuan. Karena bus tidak bisa mengantar tepat di rumah Rindu. Soalnya rumah Rindu berada di dalam sebuah gang sempit dan tidak ada pemberhentian bus di sana.Mereka kini berjalan memasuki gang. Bintang tidak sedikitpun melepaskan tangan Rindu. Ia terus menggandengnya hingga benar-benar sampai di rumah Rindu. Setibanya di rumah Rindu, Bintang mengedarkan pandangannya pada rumah kekasihnya itu. Rumah Rindu selalu sama, ber-aura sendu. Seperti rumah tak berpenghuni. Dalam bulan ini memang Bintang sering mengantar pulang Rindu. Tapi ia tidak pernah mampir di rumah pacarnya itu. Ia juga belum mengorek-ngorek tentang kehidupan Rindu. Ia masih belum tahu apa-apa soal kehidupan kekasihnya. Yang ia tahu tentang Rindu saat ini hanya seorang gadis pendiam dan
Jam istirahat. Bintang cepat-cepat mengemasi buku-bukunya. Setelahnya ia langsung buru-buru ke kelas Rindu. Saat sudah sampai dan berdiri di depan pintu kelas Rindu. Ia memberikan dadahan pada pacarnya itu sambil tersenyum dengan manis."Sayang, yuk kantin!" Ajak Bintang dengan pedenya memanggil Rindu dengan panggilan sayang di depan teman-teman kelas Rindu."Cieee, udah ada yang ngajak tuh," ledek Kasih."Yuk kantin bareng," ajak Rindu."Cieee yang mainannya kantin sekarang," ledek Kasih lagi. Dulu teman sebangkunya itu mainnya cuma ke
DegJantung Rindu berdebar sangat kencang. Ia bahkan merasa nafasnya terasa sesak. Ia meremas roknya menahan gejolak dalam dadanya. Ia kemudian tertunduk diam."Rin, kamu nolak aku?" tanya Bintang dengan raut wajah kecewanya. Padahal ia sangat tertarik dengan gadis di dekatnya ini. Ia suka dengan Rindu yang apa adanya. Tidak ribet dan asik juga saat diajak berbicara. Ia merasa nyambung dan nyaman saat didekat cewek itu. Memang Rindu bukan cewek pertama yang ia sukai. Namun ia berharap Rindu bisa jadi pengobat hatinya yang masih terluka. Ia ingin melupakan masa lalunya dengan mencoba mencari pengganti yang baru."Rin, aku sayang sama kamu
Rindu memperhatikan Bintang. Untuk pertama kalinya seorang cowok tersenyum kepadanya. Ia agak tidak percaya akan hal ini. Namun ini sangat nyata. Perkataan cowok itupun manis sekali. Rindu heran kenapa Bintang berucap begitu padanya? Basa-basi yang cukup menarik.Rindu melihat ada darah di pinggir bibir Bintang dan lebam di pinggir mata cowok berjaket hitam itu. Mungkin itu luka saat cowok itu berusaha menyelamatkannya dari seseorang asing yang telah hampir merebut kegadisannya tadi. Tapi kini ia merasa senang, kerena berkat cowok itu ia aman sekarang. Baru pertama kalinya, ia menemukan seorang pahlawan dalam hidupnya.Rindu meraih luka di pinggir bibir Bintang. Ia ingin melihat luka itu seberapa parah. Rindu jadi merasa bersalah, karena menyelamatkannya cowok itu jadi terluka seperti itu.
Langit gelap dan sedang turun hujan deras yang awet. Rindu sudah cukup lama menunggu hujan reda namun tidak juga kunjung berhenti. Ia terlambat pulang hari ini hingga larut malam, karena ia terkunci di dalam toilet. Ia dikerjai lagi oleh teman-teman sekolahnya. Untungnya penjaga sekolah mendengar teriakannya dan akhirnya ia bisa keluar.Kini ia sedang berdiri di halte depan sekolah menunggu hujan reda agar ia bisa pulang. Namun sepertinya hujan tidak akan berhenti. Ia sudah cukup lama menunggu. Ia pun memutuskan untuk pulang. Rumahnya lumayan jauh dari sekolah. Ia tidak naik bus, ia tidak memiliki cukup uang untuk menaiki kendaran umum itu. Ia berjalan kaki saja seperti sebelum-sebelumnya.Rindu berjalan memberantas hujan dan seragamnya pun basah. Ia selalu lupa membawa payung. Padahal sudah diperingatkan Pamannya untuk selalu