Share

Godaan Panas Tetangga Baru
Godaan Panas Tetangga Baru
Penulis: Mikairin

Ciuman Menggoda

Penulis: Mikairin
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 21:01:58

Fara Kinara duduk di tepi ranjang, matanya memandangi langit Jakarta yang terhampar luas, dipenuhi bintang-bintang yang samar, seolah ikut merasakan kesepiannya. Malam ini terasa lebih gelap dari biasanya, meskipun kota itu tak pernah tidur.

Lampu-lampu kota memantulkan cahaya lembut, namun tidak cukup untuk menerangi perasaannya yang semakin gelap. Suaminya, Damian, baru saja selesai dengan rapat panjang yang memakan hampir seluruh waktunya.

Namun, ketika dia kembali ke rumah, ia tidak terlihat sedikit pun meluangkan waktu untuk Fara. Fara merasa terabaikan, meskipun di dalam ruangan yang sama, di dalam rumah yang sama.

"Damian..." suara Fara terdengar lembut, hampir seperti bisikan, berharap suaminya akan mendengarnya.

Namun, Damian tetap terfokus pada laptopnya, jari-jarinya cepat mengetik, tampaknya sibuk dengan pekerjaan yang tak ada habisnya. "Sebentar, Fara. Aku hampir selesai," jawabnya tanpa mengangkat wajah, suaranya terdengar datar, seperti biasa.

Fara menundukkan kepala, matanya sedikit berkabut. Dia mengangguk pelan, mencoba memahami, meskipun hatinya sedikit terluka. Seiring berjalannya waktu, ia sudah terbiasa dengan rutinitas ini: Damian yang selalu sibuk, dan Fara yang merasa seperti bayangan di sisinya. Tak ada kehangatan, tak ada perhatian. Perlahan, ia merasa semakin jauh, seperti berada di dunia yang berbeda dengan suaminya.

"Damian..." Fara mencoba lagi, kali ini suaranya sedikit lebih keras, ingin agar suaminya mendengarnya. "Aku di sini," tambahnya, suara itu lebih dari sekadar sebuah panggilan, lebih seperti sebuah harapan yang ingin diwujudkan.

Damian berhenti mengetik sejenak dan menoleh padanya. "Iya, sayang, bentar lagi, ya? Aku harus selesai ini dulu," katanya, sambil mengusap wajahnya yang terlihat lelah. Meski Fara bisa melihat betapa lelahnya Damian, tidak hanya tubuhnya, tetapi pikirannya juga. Tapi entah kenapa, perasaan terabaikan tetap menggelayuti dirinya.

Fara menatapnya sejenak, perasaan campur aduk di hatinya. "Kamu tahu kan, aku butuh kamu juga, Damian," ucapnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

Damian hanya mengangguk, lalu kembali menundukkan wajahnya pada layar laptop. Fara menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan rasa kecewa yang semakin besar. Perlahan ia bangkit dari ranjang, melangkah keluar kamar menuju ruang makan. Ia membuka kulkas dan mulai memotong beberapa buah: apel, mangga, dan nanas. Tangan Fara terasa gemetar, entah karena kebosanan atau karena perasaan yang semakin terpendam.

Dengan langkah yang lesu, Fara menuju ruang TV. Malam ini, ia mengenakan slip dress satin hitam yang membelai tubuhnya dengan lembut. Gaun itu selutut, cukup pendek untuk menonjolkan lekuk tubuhnya yang ramping, namun ia merasa seolah gaun itu tidak berarti apapun malam ini. 

Fara duduk di sofa, dengan TV yang tidak kunjung menemukan saluran yang menarik minatnya. Semua terlihat begitu hampa. Di dalam hatinya, ia hanya ingin berbicara dengan Damian, berbicara tentang apa yang dirasakannya, tentang rasa kesepian yang ia alami. Tapi sepertinya itu tidak akan pernah terjadi malam ini.

Tiba-tiba, Fara merasakan sebuah sentuhan di pinggangnya. Tanpa ia sadari, Damian sudah berdiri di belakangnya. Fara terkejut, dan ketika ia menoleh, ia menemukan Damian sedang tersenyum padanya dengan tatapan yang lembut. "Maaf ya, sayang," kata Damian dengan suara yang lebih hangat dari sebelumnya, dan tanpa berkata lebih banyak, ia menarik Fara ke dalam pelukan, menempatkannya di pangkuannya.

Damian memeluk Fara dengan lembut, mencium puncak kepalanya dengan penuh kasih. "Aku tahu kamu merasa terabaikan," ucapnya pelan, suaranya penuh penyesalan. "Aku minta maaf, Fara. Aku terlalu sibuk, terlalu tenggelam dalam pekerjaanku."

Fara merasa pipinya memerah, tetapi ia tidak bisa menahan perasaan yang muncul begitu mendalam. Di tengah keheningan malam, ia merasakan kehangatan Damian yang mulai menghapus segenap rasa kesepian yang sudah menumpuk lama. Perlahan, ia meraih wajah Damian, menatap matanya dengan penuh arti.

"Kamu tahu, aku sangat mencintaimu, Damian," bisiknya, suaranya terputus-putus karena perasaan yang begitu kuat. "Aku hanya ingin kamu di sini, denganku. Tanpa pekerjaan yang menghalangi kita."

Damian mengangguk, bibirnya menyentuh lembut dahi Fara, seolah ingin meminta maaf tanpa kata-kata. Ia menatap Fara dengan mata yang penuh penyesalan, lalu dengan lembut, ia menurunkan wajahnya lebih dekat ke wajah Fara. "Aku tahu," katanya, suaranya bergetar, "Aku janji, aku akan meluangkan lebih banyak waktu untuk kita."

Ciuman itu datang perlahan, lembut dan penuh makna. Bibir Damian menyentuh bibir Fara dengan penuh perasaan, menciuminya dengan ketulusan yang belum pernah terasa sehangat itu. Fara merasakan kehangatan yang mulai meresap ke dalam tubuhnya, setiap sentuhan dan ciuman itu mengingatkannya pada perasaan yang sempat terlupakan: keinginan untuk dicintai, untuk dihargai, untuk merasa penting di mata suami.

Ciuman itu berlangsung lama, seperti menebus waktu yang hilang, seperti memberi kesempatan kedua untuk hubungan mereka. Fara merasa pipinya memerah, jantungnya berdetak lebih cepat, dan matanya terpejam menikmati setiap detik kebersamaan yang mereka miliki. Sebuah rasa lega yang dalam menyelimuti hatinya, seolah semua kekosongan yang ia rasakan mulai terisi kembali.

Damian menarik sedikit wajahnya, menatap Fara dengan penuh ketulusan. "Aku tahu aku sering mengabaikanmu, Fara. Aku benar-benar minta maaf," katanya, suaranya penuh dengan penyesalan yang dalam.

Fara tersenyum kecil, meskipun matanya masih sedikit berkaca-kaca. "Aku tahu, Damian. Tapi aku juga ingin kamu tahu, aku hanya ingin kita kembali seperti dulu," jawabnya, matanya menatap dalam ke arah suaminya.

Damian mengusap pipi Fara dengan lembut, membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. "Aku berjanji akan lebih banyak meluangkan waktu untukmu. Aku akan kembali jadi suami yang kamu butuhkan," bisiknya, suaranya penuh dengan janji yang tulus.

Damian mencium bibir Fara sekali lagi, kali ini lebih dalam dan mesra. Lidahnya mulai menyeruak masuk ke dalam, membuat Fara sedikit kaget.

Tak mau kalah, lidah Fara menyambut dan saling bersentuhan. Mata keduanya terpejam, merasakan sentuhan yang begitu menggairahkan.

Tangan Damian mulai turun menyentuh kedua dada kembar milik Fara. Dengan gerakan lembut, dia memijatnya dan membuat Fara hanya mendesah pelan.

Fara membuka mata dan menatap suaminya dengan penuh nafsu.

Didorongnya suaminya, dan dengan gerakan cepat, bibir Fara sudah berpindah ke leher Damian, meninggalkan banyak bekas cupangan di sana. Sementara Damian hanya bisa terdiam melihat tingkah istrinya yang seperti sedang kerasukan.

"Sepertinya kamu benar-benar kerasukan," kata Damian sambil tertawa kecil, matanya menatap Fara dengan campuran kegembiraan dan sedikit kekaguman. Suasana di sekitar mereka semakin terasa intim, seiring tawa Damian yang melunak, seakan ia tak bisa menahan kekagumannya pada reaksi spontan istrinya.

Fara, yang masih dalam cengkeraman Damian, hanya tersenyum nakal, merasakan getaran di dalam dirinya yang semakin menggebu. "Mungkin," jawabnya pelan, suaranya sedikit terengah, "tapi hanya karena kamu yang membuatku seperti ini.

Damian menatap Fara dengan senyum menggoda, matanya yang tajam seolah menilai setiap gerakan Fara. "Kamu tahu, aku senang melihatmu seperti ini," katanya dengan suara rendah dan penuh makna. Tangannya bergerak perlahan, menyentuh pipi Fara dengan lembut, seakan memastikan bahwa dia benar-benar ada di hadapannya.

Fara menggigit bibir bawahnya, merasa aliran panas meresap ke dalam tubuhnya. Ia tak bisa menahan getaran yang semakin kuat di dalam dada. "Kamu selalu membuatku merasa seperti ini," jawabnya dengan nada manja, suaranya hampir berbisik, namun penuh gairah.

Damian tertawa lagi, kali ini lebih lembut dan penuh kasih sayang. "Kamu memang tahu cara membuatku terkesan," katanya sambil merangkul Fara lebih erat, seolah tak ingin melepaskannya. "Tapi, aku rasa aku bisa membuatmu merasa lebih dari ini."

Fara menatap Damian dengan tatapan penuh tantangan, namun matanya juga memancarkan perasaan yang mendalam. "Aku menunggu," jawabnya, suara itu penuh dengan hasrat yang tak bisa lagi disembunyikan.

Damian mengangkat dagu Fara dengan jari telunjuknya, menatapnya sejenak sebelum menyentuh bibirnya dengan lembut, namun kali ini ciumannya penuh dengan gairah dan janji. Ciuman itu berlangsung lebih lama, seolah tak ingin berakhir.

Bab terkait

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Panggilan Pengganggu

    Tangan Damian dengan lembut mengangkat slip dress satin hitam milik Fara, membiarkan kain itu perlahan terlepas dari tubuhnya. Kulit halus Fara kini terlihat jelas di bawah cahaya lampu kamar yang redup, memperlihatkan keindahan tanpa sehelai benang pun yang menutupi. Damian menatap istrinya dengan penuh kekaguman, seperti melihat karya seni yang sempurna. Dia menunduk sedikit, tangannya tetap menjaga gerakan lembut, memastikan Fara merasa nyaman dengan setiap sentuhan. Fara yang awalnya sedikit tegang kini mulai rileks, kedua pipinya memerah saat dia melihat tatapan Damian yang penuh cinta.Tak ingin kalah dengan sang suami, Fara dengan cepat membuka risleting celana kain yang dikenakan Damian. Jemarinya yang lentik bergerak lincah, menurunkan risleting dengan perlahan, seperti memberi jeda pada waktu yang membuat suasana di antara mereka semakin intens. Damian menatapnya, senyum tipis menghiasi wajahnya, seolah ingin membiarkan istrinya memegang kendali malam itu.Fara menarik napas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Godaan Panas Tetangga Baru   Janji Palsu

    Tak berselang lama, Damian keluar dari kamar dengan pakaian rapi, mengenakan jas hitam yang tampak terlipat sempurna dan kemeja putih yang terlihat baru saja disetrika. Fara yang masih duduk di sofa memandangi suaminya dengan ekspresi bingung dan kesal. Ia merasa ada yang aneh dengan sikap Damian yang tiba-tiba berubah begitu cepat.Damian merapikan kemejanya, seolah tidak merasa ada yang salah. Namun, Fara yang memandangi langkahnya tidak bisa menahan perasaan kecewanya. Ia berdiri dan menatap Damian dengan tatapan yang cukup tajam, matanya menyiratkan banyak pertanyaan yang belum terjawab."Mau kemana?" tanyanya dengan nada yang lebih tinggi dari biasanya, suaranya terdengar penuh rasa kecewa, meskipun ia berusaha mengontrol emosi.Damian menoleh ke arah Fara, terlihat sedikit terkejut dengan nada suara Fara. "Ada masalah dengan pabrik yang ada di Surabaya," jawab Damian singkat, suaranya datar namun terkesan terburu-buru. Ia berusaha merapikan jasnya seolah i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Godaan Panas Tetangga Baru   Pernikahan yang Asing

    Fara berdiri di tempatnya, matanya yang basah menatap pintu yang baru saja ditutup Damian.Suasana malam yang sebelumnya terasa hangat kini menjadi dingin dan suram. Di luar, angin malam berhembus perlahan, tetapi di dalam hatinya, badai sedang berlangsung. Setiap detik yang berlalu semakin memperburuk perasaannya. Ia merasa seperti terjebak dalam ruang hampa, tak tahu harus ke mana lagi.Fara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya, namun perasaan kecewa itu begitu kuat, seperti sebuah beban yang terus menghimpit dadanya.Fara tidak tahu kapan perasaan ini mulai tumbuh, tetapi seiring berjalannya waktu, ia merasa terperangkap dalam hubungan yang seharusnya menjadi tempat ia bertumbuh dan merasa dicintai.Fara teringat betul bagaimana semuanya dimulai. Pernikahan mereka pada awalnya terasa seperti sebuah perjalanan yang penuh harapan. Damian, dengan segala ketampanannya dan pesonanya yang tak terbantahkan, selalu tampak sempurna di mata ora

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Godaan Panas Tetangga Baru   Tuntutan Mertua

    Fara terbangun dari tidurnya saat suara bel pintu terdengar nyaring, berbunyi beberapa kali berturut-turut. Dengan mata yang masih berat dan tubuh yang belum sepenuhnya sadar, ia melirik jam di meja nakas. Hampir pukul delapan pagi. Mengernyit bingung, ia berjalan perlahan ke arah pintu depan sambil menguap lebar, rambutnya berantakan, dan langkahnya terasa malas.Ketika mengintip melalui lubang kecil di pintu, Fara langsung terlonjak kaget. Di depan sana, berdiri Halimah, ibu Damian, mertuanya. Wanita itu mengenakan blus krem lembut yang dipadukan dengan rok panjang berwarna senada, serta sepatu datar yang tampak nyaman tapi tetap elegan. Rambutnya sebagian beruban, tetapi ditata dengan sangat rapi, seolah Halimah adalah gambaran sempurna seorang wanita yang menjaga keanggunannya di usia lebih dari enam puluh tahun.Dengan cepat Fara membuka pintu, meski rasa kantuk masih terasa berat di kepalanya. “Ibu? Selamat pagi,” sapanya dengan senyum gugup, mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Godaan Panas Tetangga Baru   Sindiran Tajam Mertua

    Fara menarik napas panjang, mencoba menenangkan hatinya. Ia tahu suasana ini harus dicairkan. Sekuat tenaga, ia memasang senyuman yang meski tipis tetap terlihat tulus, lalu menatap Halimah yang sedang menyeruput teh di sofa.“Ibu suka tehnya? Saya mencoba merek baru ini. Damian juga bilang aromanya lebih wangi daripada teh yang biasanya kita beli,” ujarnya, mencoba memulai percakapan ringan.Halimah menaruh cangkir tehnya di atas meja dengan gerakan lambat, tatapannya meneliti wajah Fara. “Lumayan,” jawabnya singkat. “Tapi rasanya agak hambar. Kalau Damian di sini, dia pasti langsung bilang teh ini terlalu lemah untuk seleranya.”Fara tersenyum kaku. Kalimat itu terdengar seperti komentar biasa, tapi baginya menyiratkan sindiran yang cukup tajam. Namun, ia tetap menahan diri. “Oh, maaf, Bu. Lain kali saya akan cari teh yang lebih sesuai,” balasnya, mencoba tetap ramah.Halimah hanya mengangguk kecil, lalu m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Godaan Panas Tetangga Baru   Pelan-pelan Saja

    Dua hari berlalu sejak pertemuannya dengan Halimah, dan perasaan Fara masih berkecamuk. Ia mencoba menepis kata-kata mertuanya yang terus terngiang di kepala, tetapi semakin ia mencoba, semakin dalam kata-kata itu menusuk. Damian pun, seolah sengaja menguatkan kesan bahwa ia tidak peduli. Selama dua hari penuh, hanya sekali Damian menghubunginya, itu pun sebatas obrolan singkat yang berlangsung kurang dari lima menit."Maaf sayang, banyak yang harus aku kerjakan. Nanti aku kabari lagi."Itu saja. Tidak ada nada perhatian, tidak ada pertanyaan tentang bagaimana perasaan Fara setelah pertemuannya dengan Halimah. Hanya nada datar seorang pria yang tenggelam dalam dunianya sendiri.Fara merasa marah, kesal, dan terabaikan. Ia muak duduk sendirian di rumah, mencoba menebak-nebak isi kepala Damian, sambil mengingat ucapan Halimah yang seolah menyalahkan semua padanya. Malam itu, setelah lama menatap pantulan wajahnya di cermin, ia mengambil ponselnya dan menelepon Kia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Godaan Panas Tetangga Baru   Malam Tak Terlupakan

    Di bawah cahaya redup klub malam, alkohol mulai menguasai Fara. Cocktail yang diminumnya barusan seolah membakar semua ragu yang tersisa. Tubuhnya terasa lebih ringan, pikirannya seolah melayang. Irama musik dan dentuman bass yang berulang membenamkan dirinya lebih dalam ke dalam euforia malam itu.Pria yang menari bersamanya, yang kini memperkenalkan dirinya sebagai Arman, tampak menikmati setiap gerakan Fara. Tatapan matanya tidak pernah lepas dari tubuh Fara yang bergerak dengan sensual di bawah sorotan lampu strobo. Fara tersenyum, kali ini senyuman yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya—senyuman nakal yang menyembunyikan rasa percaya diri baru yang muncul dari dalam dirinya."Kamu menari dengan baik," bisik Arman di telinganya, suaranya bergetar nyaris kalah oleh suara musik.Fara mendekat, memiringkan kepalanya dengan gaya menggoda. "Mungkin itu bukan karena aku... mungkin kamu yang membuatku merasa nyaman," balasnya dengan nada yang lembut tapi penuh g

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Godaan Panas Tetangga Baru   Tak Ingin Punya Anak

    "Jadi begini caramu bersenang-senang?" Suara keras dan penuh kejutan itu menghantam Fara, membuatnya terhenyak. Ia menoleh dengan cepat, dan di sana, berdiri Damian—suaminya. Ekspresinya serius, wajahnya kaku, penuh kerutan kekecewaan yang sulit disembunyikan. Tatapan matanya yang biasa penuh kasih kini berubah tajam, menyorotnya dengan penuh kemarahan.Fara merasa seolah-olah dunia di sekitarnya berhenti berputar. Damian ada di sana, berdiri tegak di belakangnya, dengan tubuh yang tegang, seolah menunggu penjelasan, atau lebih tepatnya, mencari jawaban atas kekecewaannya yang sudah menggunung.Di belakang Damian, Kiara tampak canggung. Sambil memberikan isyarat dengan tangannya, ia berusaha menenangkan situasi yang semakin memanas. Sepertinya Kiara tahu betul bahwa keadaan ini lebih rumit dari yang Fara duga, tapi yang ia lakukan justru malah membuat suasana menjadi lebih canggung.Fara bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti ruang itu, seperti udara y

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Juan?

    Damian telah tertidur pulas, sementara Fara masih terjaga dalam kegelapan kamar. Matanya menatap langit-langit tanpa benar-benar melihat apa pun. Ada perasaan mengganjal dalam dadanya, perasaan yang sejak tadi berusaha ia abaikan, tapi tetap mendesak untuk diakui.Ia membalikkan badan, mencoba mencari posisi nyaman, tetapi tetap saja gelisah. Napasnya berat, pikirannya terus berputar seperti kaset yang diputar ulang.Akhirnya, dengan gerakan pelan agar tidak membangunkan Damian, Fara bangkit dari tempat tidur. Ia menyambar jaket tipis, kemudian melangkah keluar kamar. Rumah terasa sunyi, hanya terdengar dengkuran halus dari Damian yang seakan menjadi bukti bahwa hanya dia yang tersiksa oleh pikirannya sendiri.Tanpa ragu, Fara berjalan menuju garasi, mengambil sepeda listrik yang selama ini jarang ia gunakan. Udara malam m

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Aku Lelah, Damian

    Begitu mobil berhenti di garasi, Fara segera membuka pintu dan turun tanpa menunggu Damian. Ia melangkah cepat ke dalam rumah, berusaha menghindari pembicaraan yang masih menggantung di udara. Namun, Damian tidak membiarkannya begitu saja. Ia menyusul ke dalam, menutup pintu dengan lembut, lalu mendekati istrinya yang kini berdiri di ruang tengah, memunggunginya.“Fara,” suara Damian terdengar tenang tapi sarat dengan ketegasan. “Dengar aku dulu.”Fara mengusap wajahnya dengan kasar, menahan isakan yang ingin pecah. “Aku lelah, Damian. Aku nggak mau mendengar alasanmu lagi.”“Tapi kamu harus dengar.” Damian berjalan mendekat dan berdiri di belakangnya. “Aku ngerti kamu sakit hati karena omongan Mama tadi. Aku tahu kamu ingin membuktikan sesuatu. Tapi Fara, kita nggak bis

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Fara, Jangan Mulai Lagi

    Damian meraih tangan Fara yang gemetar di pangkuannya, mencoba menenangkannya. Mata istrinya masih berkaca-kaca, bibirnya terkatup rapat seolah menahan emosi yang nyaris meluap. Damian tahu betul bagaimana perasaan Fara saat ini—terluka, terhina, dan mungkin juga kecewa.“Fara…” suaranya pelan, penuh kehati-hatian.Fara menggeleng, berusaha menarik tangannya dari genggaman Damian, tapi suaminya menahannya. “Jangan dengarkan omongan Ibu,” lanjut Damian. “Dia nggak punya hak buat ngomong kayak tadi.”Tapi Fara hanya menunduk, air matanya jatuh ke pangkuannya. “Kamu dengar sendiri, kan?” suaranya nyaris berbisik. “Dia bilang aku nggak berguna sebagai istri karena aku nggak bisa kasih kamu anak.”Damian menghela n

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Wanita yang Tidak Jelas

    Halimah menatap Damian dengan ekspresi tidak puas, tapi akhirnya menghela napas dan memilih diam.Namun, Fara bisa merasakan ketidaksetujuan mertuanya. Bagi Halimah, seorang istri yang sudah menikah selama lebih dari dua tahun tapi belum memberikan cucu adalah sesuatu yang patut dipertanyakan.Di sisi lain, Hartono—ayah Damian—yang sedari tadi lebih banyak diam akhirnya bersuara."Kalian tidak perlu terburu-buru," katanya dengan suara berat namun tenang. "Setiap pasangan punya waktunya masing-masing. Asal kalian bahagia, itu sudah cukup."Damian tersenyum tipis, sedikit lega karena setidaknya ayahnya tidak ikut menekan mereka.Namun, sebelum suasana benar-benar kembali santai, Halimah tiba-tiba b

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Kamu Sehatkan, Fara?

    Fara menatap bayangannya di cermin, menghela napas panjang sebelum merapikan blus sutra yang ia kenakan. Meski sudah berusaha tampak rapi, matanya tetap terlihat lesu, seakan ada beban yang terus menghimpit dadanya.Damian yang sejak tadi memperhatikan gerak-geriknya, perlahan mendekat dan melingkarkan lengannya di pinggang Fara. Ia mengecup pelan puncak kepala istrinya, suaranya lembut ketika berbisik, "Semua akan baik-baik saja."Fara hanya tersenyum tipis. Ia ingin percaya, ingin berpikir bahwa malam ini akan berlalu tanpa insiden, tanpa komentar yang menekan, tanpa tatapan yang menusuk. Namun, pengalaman selama ini mengajarinya untuk tidak berharap terlalu banyak.Mereka tiba di restoran tepat waktu. Cahaya keemasan dari lampu gantung memberikan kesan elegan pada ruangan. Pelayan berseragam hitam putih berjalan dengan anggun, menyajikan hidangan kepada tamu-tamu istimewa.Di sebuah meja besar, keluarga besar Damian sudah berkumpul.Halimah, mertuanya, duduk anggun di samping suamin

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Tentang Anak

    Setelah kepergian Juan, Fara masih berdiri di dekat pintu, jemarinya memainkan ujung kaosnya tanpa sadar. Jantungnya masih berdebar pelan, mengingat tatapan Juan sebelum pria itu pergi terburu-buru."Kenapa dia mendadak jadi aneh begitu?" pikirnya.Fara menghela napas, lalu menggelengkan kepalanya sendiri. Ia harus berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak. Ini bukan pertama kalinya ia bertemu Juan, tapi entah kenapa kali ini rasanya berbeda.Saat malam tiba, Damian pulang kerja lebih awal dari biasanya. Fara yang tengah sibuk di dapur mendengar suara langkah kaki suaminya mendekat."Hei," sapa Damian sambil mencium keningnya sekilas sebelum duduk di meja makan.Fara tersenyum kecil. "Tumben cepat pulang?""Rapatnya selesai lebih cepat," jawab Damian sambil membuka kancing kerah bajunya. Ia lalu m

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Pegang Aku Aja Kalau Takut Jatuh

    Fara mendorong troli perlahan di antara rak-rak supermarket, matanya menyapu deretan barang yang tersusun rapi. Ia hanya berniat membeli beberapa kebutuhan dapur, tapi tanpa sadar, daftar belanjaannya bertambah panjang.Saat hendak mengambil sekotak susu, suara familiar menyapanya dari samping. "Kamu lagi borong persediaan sebulan?"Fara menoleh cepat. Juan berdiri di sana, masih dengan penampilan uniknya—kemeja sedikit kebesaran dengan jaket hitam yang tampak tidak serasi, dan rambut acak-acakan seolah baru bangun tidur. Namun, berbeda dari sebelumnya, kali ini ekspresinya lebih ramah.Fara menghela napas. "Nggak juga, cuma… kayaknya aku terlalu impulsif kalau belanja."Juan melirik isi troli yang sudah cukup penuh. "Jelas banget. Kalau kamu butuh saran, aku bisa bantu milihin. Aku lumayan ngerti soal bahan makanan."Fara tersenyum tipis. "Boleh juga."Mereka mulai berjalan beriringan, memilih sayur dan buah dengan lebih selektif. Juan sesekali memberikan komentar tentang kualitas pro

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Pipimu Masih Merah

    Fara yang tersipu malu hanya bisa tersenyum, berusaha menyembunyikan kegugupannya. Dengan langkah sedikit terburu-buru, ia berjalan menuju kasir terlebih dahulu, sementara Juan mengikuti dari belakang.Di meja kasir, Juan dengan cekatan melayani pembayaran Fara. Tangannya dengan luwes memasukkan croissant cokelat ke dalam kantong kertas, lalu menyerahkannya dengan senyum tipis yang masih menghiasi wajahnya. “Ini pesanannya. Semoga suka,” ujarnya dengan suara hangat.Fara menerima kantong roti itu dengan hati yang masih berdebar. “Terima kasih,” ucapnya pelan, lalu segera berbalik sebelum kegugupannya semakin terlihat. Kiara yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka, hanya menahan tawa geli sebelum akhirnya ikut melangkah keluar dari toko.Saat mereka berjalan pulang, Kiara tak bisa menahan diri untuk menggoda sahabatnya. “Astaga, Fara, tadi itu apa?” tanyanya sambil menyeringai, matanya berbinar penuh rasa jahil.

  • Godaan Panas Tetangga Baru   Croissant, atau mungkin roti manis?

    Kiara tiba di rumah Fara dengan wajah penuh antusias, matanya bersinar cerah. "Ayo ikut aku! Ada toko roti baru di dekat kompleks, katanya enak banget!" serunya tanpa basa-basi, suaranya riang dan penuh semangat.Fara yang sedang bersantai di sofa mengernyit, memandang sahabatnya yang begitu bersemangat. "Toko roti? Kenapa tiba-tiba?" tanyanya dengan nada bingung, tak tahu harus menanggapi bagaimana."Ya, penasaran aja! Lagian kamu juga lagi nganggur kan? Ayo, jangan banyak alasan!" Kiara menjawab cepat, menarik tangan Fara dengan penuh semangat, memaksanya bangkit dari tempat duduknya.Dengan sedikit keluhan dan senyum terpaksa, Fara akhirnya mengikutinya. Mereka berjalan santai menuju toko roti yang baru buka beberapa minggu lalu. Suasana pagi yang cerah membuat langkah mereka ringan, dan tidak lama setelah itu, mereka pun tiba di depan toko yang kecil namun terlihat hangat. Saat melangkah masuk, aroma roti yang baru matang langsung menyambut mereka. Udara di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status