Share

Bab 2 Kabur

Bab 2

"Hahaha, mau membohongi Kita dia, Kang!" ledek Komar.

"Tidak, sungguh!" jawab Jenny.

"Kami tidak sekalipun per ..." Jenny memotong perkataan Kemi karena dia melihat Mila yang berdiri melihat ke arah mereka dari jarak tak terlalu jauh. Posisi Mila berada di belakang pohon jambu yang bentuknya kurus keris.

Jenny menunjuk ke arah pohon jambu itu membuat Mila terkejut.

“Itu dia, dia anakku!" teriak Jenny menunjukan posisi Mila pada ketiga pria penagih hutang.

"Mana?" tanya Kemi melihat ke arah yang ditunjukan Jenny.

"Kayaknya itu, Kang. Gadis kecil itu!" tunjuk Aseng yang sudah melihat posisi Mila.

Kemi menajamkan padangannya, meski keadaan halaman rumah kontrakan itu terang benderang karena cahaya lampu. Tapi mata Kemi mengalami rabun jauh, sehingga tak begitu jelas jika harus melihat jarak jauh.

"Udah, tangkap saja dulu ... lumayan lah. Daripada kena omelan melulu karena ga pernah dapat hasil dari si Jenny ini!" ujar Komar mengusulkan.

Mila mundur beberapa langkah, kemudian dia membalikkan badan dan berlari sekencang-kencangnya.

"Lari dia, woi!" teriak Komar.

"Aduh, Ayo kejar!" ajak Kemi berlari lebih dulu diikuti Komar dan Aseng.

"Woi, jangan lari!" Komar meneriaki Mila yang tak peduli dan terus berlari sekencang-kencangnya.

Mata Mila membeliak melihat tembok-tembok tinggi di kiri-kanan jalan yang dilaluinya. Bahkan di depan sana ada tembok lumayan tinggi di depannya. Dia berhenti,  berdiri di tikungan jalan memperhatikan jalan di depannya dan tembok pagar bumi pembatas yang lumayan tinggi di hujung jalan ini. Harus kah dia mengikuti jalan ini melarikan diri atau ...

Mila melihat ada kotak box kayu bekas buah-buahan yang tergeletak berjejer di tembok. Mila mengatur napas, dia  kembali mundur lalu bergegas berlari dengan cepat lalu melompat ke atas kotak bok kayu dan ... tap ...

Tangan kanan Mila meraih ujung atas tembok, Mila menaikkan tangan kirinya lalu mengangkat badannya ke atas. Dengan cepat diangkatnya kaki kanannya untuk naik ke atas tembok. Tanpa pikir panjang, Mila menjatuhkan diri ke seberang tembok.

Bug ...

"Auuw!" Pekik Mila lirih, "aduh, Ya Tuhan ... untung saja aku jatuh di tumpukan apa ini. Empuk," ucap Mila merasa lega.

Dengan posisi terlentang di atas tumpukan kresek hitam berisi sampah, dia menatap ke atas langit yang semakin gelap gulita. Mila menahan napasnya, saat mendengar suara orang yang mengejarnya tadi.

"Waduh, cepat banget larinya! Ayo, kita kejar kesana!"

Mila menghela napas lega saat suara orang yang mengejarnya menjauh. Mila mengangkat tangan kirinya, ditatapnya kresek berisi gorengan yang tadi dibelinya.

"Masih aman kamu? Cih ... untung saja ini bukan sampah busuk.  Sepertinya ini kain!" gumam Mila sambil menatap senang ke arah kresek gorengannya.

Sreeek ...

Mata Mila membeliak saat mendengar suara langkah kaki. Dia merubah posisinya menjadi tengkurap, dia ingin memastikan siapa yang datang.

Dari arah kegelapan ada sosok yang datang mendekat, Mila menyipitkan  mata menajamkan pandangannya.

Mata Mila menangkap sosok pria yang berdiri tegap, tak jauh darinya. Pria itu berkacak pinggang memperhatikan sekeliling.

"Perasaan tadi kaya ada suara benda jatuh, tapi di mana ya?" Pria itu tampak bergumam dengan kepalanya yang celingukan kesana-kemari.

Mila menahan napas, dalam hati dia bersyukur karena memakai kaos hitam dan suasana di tempatnya sembunyi benar-benar gelap. Itu menguntungkannya karena membuatnya tak terlihat di kegelapan.

"Ck, mana gak bawa ponsel!" gerutu pria itu.

"Aduh, kebelet pipis pula!" imbuhnya.

Pria itu mendekati pohon tak jauh dari tempat  Mila bersembunyi.

Kraaayak ...

Mila meringis jijik mendengar suara percikan air dari aktifitas pria yang sedang buang air itu. Mila tersenyum nakal, dia punya rencana yang tiba-tiba terbesit di dalam pikirannya.

"Baaa!" Mila berdiri dan langsung berteriak hingga membuat pria itu terkejut .

"Waaa, jurig ... setan!" pekik pria itu langsung berlari dengan celana yang melorot.

Kedebuk ...

Pria itu terjatuh, kemudian dia berdiri lagi dan menarik celananya ke atas lalu berlari lagi dengan memegangi celananya.

Mila tertawa terpingkal-pingkal melihat kejadian yang berlangsung di depan matanya itu. Akan tetapi tawanya seketika terhenti saat dirinya menyadari jika dia tak tahu sedang berada di mana dirinya saat ini.  Mila memperhatikan sekeliling, gelap dan dia memang tidak mengetahui wilayah ini sebelumnya.

Mila merogoh tote bagnya, mengambil ponsel dan menyalakan lampu senter ponselnya. Dia turun dari tumpukan sampah. Lalu berjalan kedepan, dia melihat ada sebuah rumah besar di depan sana dengan keadaan yang gelap juga.

"Gelap sekali, apa mungkin sedang mati lampu ya?" gumam Mila.

Mila baru menyadari jika dia sudah melompat masuk ke kawasan rumah orang yang di pagar rapat. Saat ini dia berada di halaman belakang rumah. Mila mematikan ponselnya dan berjalan mengendap mendekati pintu belakang rumah. Mila mengigit bibir menahan rasa takutnya, dia membayangkan jika  saat-saat seperti ini tiba-tiba muncul hantu secara mendadak di hadapannya.

Mila berjalan perlahan, dia mengamati situasi. Dirasa aman, Mila mengendap hendak berjalan kedepan dengan posisi membungkuk. Saat di ujung pojok rumah dan hendak berbelok Mila terkejut karena wajahnya berpapasan dengan sesosok wajah.

"Aaa ... cuh!" Mila berteriak kaget dan dengan spontan langsung meludahi seseorang yang tiba-tiba berada di hadapannya itu.

"Sial4n!" umpat kasar pria itu.

Mata Mila terbuka lebar, jantungnya berdegup kencang saat mendengar suara umpatan yang sangat keras. Beberapa orang datang mendekat seketika juga lampu menyala terang benderang.

Mila menatap satu persatu pria yang asing dalam pandangannya. Ada sekitar lima orang termasuk pria yang tepat berada di hadapannya. Pria itu mengusap kasar wajahnya.

"Hei, siapa kamu? Kenapa mengedap-ngendap di sini?" tanya salah seorang pria yang terlihat berwajah seram.

Mereka adalah sekelompok preman kampung, yang sering membuat huru-hara di kampung mereka. Tanpa Mila sadari, dia sudah memasuki wilayah markas para preman kampung itu. Malang sekali nasib Mila, lari dari harimau justru masuk kandang buaya. Benni ketua kelompok preman itu, menatap kesal Mila karena Mila sudah meludahi wajahnya.

Bersambung …

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status