Hari peringatan kematian orang tuaku juga di hari Sabtu.Setelah melakukan pemeriksaan kandungan di pagi hari, aku berencana mengajak Kenneth untuk mengunjungi orang tuaku.Hanya saja, entah kenapa aku memiliki firasat buruk, hatiku terasa tidak tenang. Aku sendiri juga tidak bisa mendeskripsikannya.Aku tidak berani memberi tahu kabar kehamilanku kepada Kenneth semalam. Aku juga tidak berani membalas Lauren dengan pasti akan membawa Kenneth untuk memberi penghormatan kepada orang tuaku. Aku sungguh takut masalah tidak berjalan sesuai dengan rencanaku. Bagiku, hubungan di antara Kenneth dan Solana bagai bom atom yang bisa meledak kapan saja.Lauren menyadari aku sedang memikirkan sesuatu. Dia melirik ke ruangan Solana sekilas, lalu bertanya, “Apa Kenneth sudah menyelesaikan masalah itu?”“Hampir.”Kami mengobrol beberapa saat. Kemudian, Lauren baru kembali ke departemen pemasaran dengan tenang.…Sepertinya Solana sudah bertobat, beberapa hari ini kehidupanku tergolong sangat tenang. T
Semua harapan langsung sirna dalam seketika. Aku hanya merasa tubuhku sedang disiram air dingin saja. Aku memegang gagang telepon, tidak berbicara dalam waktu lama.Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan, tapi aku merasa semuanya sudah tidak berarti lagi.Jelas-jelas Kenneth sudah berjanji padaku tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Jadi, itu berarti Kenneth telah membuat keputusannya, ‘kan?Tidak ada orang dewasa yang tidak bisa membuat pilihan, apalagi menimbang untung rugi suatu masalah. Sepertinya aku adalah pilihan yang dilepaskannya setelah melakukan pertimbangan matang.Aku spontan mengusap perutku. Tiba-tiba aku mulai berpikir apa aku perlu mempertahankan anak ini atau tidak. Jika aku mempertahankannya, meski aku ingin mengakhiri hubunganku dengan Kenneth, hubungan kami juga tidak akan bisa putus dengan tuntas. Hak asuh anak juga merupakan sebuah permasalahan yang sangat besar nantinya. Kenneth memanggilku dari ujung telepon. “Jasmine?”“Emm.” Aku tidak ingin berbicara pan
Ini sudah yang ketiga kalinya. Aku pernah ingin memberi tahu Kenneth mengenai hal ini sebanyak 3 kali, tetapi selalu saja ada halangan. Sepertinya, ini semua memang takdir. Untungnya, Kenneth masih tidak mengetahui masalah janinku. Dengan begitu, perceraian kami akan berjalan lebih lancar.Akasha adalah kota yang luas. Setelah bercerai, kami bahkan akan kesulitan untuk bertemu. Seharusnya, Kenneth tidak akan pernah tahu bahwa kami memiliki seorang anak.Setelah mendengar usulku, Lauren juga berkata dengan setuju, “Siapa juga yang mau punya seorang ayah berengsek? Keputusanmu untuk nggak memberitahunya itu benar.”Saat selesai diinfus dan keluar dari rumah sakit, waktu sudah menunjukkan pukul 2 sore.Lauren menggandeng tanganku sambil berjalan ke tempat parkir dan berkata, “Mobilmu sudah dikirim ke bengkel. Keadaannya lumayan parah. Jadi, perlu diperbaiki lebih kurang seminggu baru bisa siap. Nanti, aku akan temani kamu pergi ambil mobilmu. Selama beberapa hari ini, kamu hubungi saja ak
“Siapa?” tanyaku dengan bingung.Kenneth menjawab dengan tenang, “Stephen. Malam itu, bukannya dia yang mengantarmu pulang? Baru saja dia kembali, kamu sudah begitu nggak sabar untuk menemuinya.”Ucapannya terdengar seperti sedang menyindirku, tetapi juga mirip dengan menertawakan dirinya sendiri.Aku pun mengerutkan keningku, lalu menatapnya dan bertanya dengan tidak percaya, “Maksudmu, aku suka sama Stephen?”“Memangnya bukan?” tanyanya dengan dingin.Setelah itu, emosi yang tidak pernah kurasakan langsung melandaku. Aku menamparnya dengan kuat sambil memaki, “Dasar bajingan!”Meskipun sudah berusaha mengendalikan diri, aku akhirnya menangis. Setelah menangis sesaat, aku pun tertawa. Hal ini benar-benar konyol. Aku sudah menyukainya selama ini, tetapi dia malah merasa aku ingin bercerai darinya karena pria lain. Ironis sekali!Entah sejak kapan, Lauren sudah tiba bersama Samuel. Lauren menarikku keluar, lalu menatap Samuel yang masih terkejut sambil membentak, “Kenapa kamu masih melo
Kami belum bercerai, tetapi Solana sudah tidak sabar. Sebenarnya, aku juga tidak berniat untuk menyimpan saham yang harganya terlalu tinggi itu. Hanya saja, aku tidak ingin Solana bergembira terlalu cepat.Aku pun bertanya dengan kening berkerut, “Kamu tanya itu pakai status apa?”Solana terkekeh, lalu menjawab dengan angkuh, “Apa kamu mau memonopoli saham itu? Itu adalah saham yang Ken simpan untuk istrinya. Berhubung kalian sudah cerai, saham itu bukan milikmu lagi.”“Apa kamu belum pergi berobat?” Aku berpura-pura bingung sambil berkata, “Kalau sakit, penyakitnya harus segera diobati. Kalau sudah nggak bisa diobati, kamu hanya bisa dimasukkan ke rumah sakit jiwa.”Solana pun memicingkan matanya dan berseru marah, “Jasmine, apa kamu lagi memakiku gila?”Aku malas berdebat dengannya dan hanya bertanya dengan acuh tak acuh, “Kamu sudah terima surat pengunduran diriku, ‘kan? Proseslah secepatnya.”“Tanpa kamu suruh, aku juga sudah menyerahkannya ke departemen personalia dari kemarin-kem
Begitu mendengar pertanyaan itu, aku merasa selain Kakek, ada orang lain yang juga memandangku lekat-lekat. Pertanyaan ini sangat sulit dijawab dan aku tidak ingin membohongi Kakek. Namun, jika aku berkata jujur, Kakek pasti tidak akan membiarkan kami bercerai.Melihat aku yang masih belum menjawab setelah ragu beberapa saat, Kakek pun berkata dengan pengertian, “Oke, Kakek mengerti. Anak itu sudah kehilangan ibunya dari muda, makanya dia baru punya tabiat seburuk ini. Kakek harap, kamu bisa lebih bersabar dalam menghadapinya.”Kemudian, Wulio menjewer Kenneth dan menegur, “Kalau kamu rasa aku begitu mengganggumu, kamu boleh buat aku mati kesal secepatnya. Setelah aku mati, nggak akan ada yang peduli lagi biarpun kamu mau bercerai!”“Sekarang, Kakek bahkan mau mengancamku dengan kematian?” cibir Kenneth.“Dasar anak kurang ajar!” Wulio sangat marah dan hendak memukul Kenneth lagi. Namun, Kenneth sempat menghindar kali ini. Dia akhirnya mengalah dan berkata, “Aku mengerti maksud Kakek.
Saat ini, waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. Bukankah tadi Kenneth pulang bersama Solana? Kenapa dia bisa pergi minum-minum bersama Samuel dan yang lain? Jika dinilai dari kata-kata Samuel, Solana tidak bersama mereka.Aku menelepon Samuel lagi, tetapi ponselnya berada dalam keadaan tidak aktif. Seharusnya itu karena ponselnya sudah kehabisan daya. Aku mau tak mau berganti pakaian dan naik taksi ke klub pribadi di mana mereka sering berkumpul.Begitu tiba, orang lainnya sudah pulang. Di dalam ruang privat, hanya tersisa Samuel, Stephen, dan Kenneth. Kenneth masih mengenakan jas kerjanya. Saat ini, dia tampak tidur nyenyak di sofa sambil melipat kakinya.Begitu melihatku, Samuel berkata dengan tidak berdaya, “Kak Jasmine, hari ini, entah kenapa Kak Kenneth tiba-tiba ajak Stephen minum-minum. Setelah itu, nggak ada yang bisa menghentikannya lagi.”Aku samar-samar tahu alasannya. Dia pasti masih menganggap ada sesuatu di antara aku dan Stephen. Seharusnya, semua pria juga berpikir begit
Belasan menit kemudian, kami pun tiba di rumah. Aku membuka pintu mobil sambil berkata, “Kenneth, sudah sampai rumah.”Tak disangka, pria yang sudah sepenuhnya mabuk itu langsung jatuh bersandar ke arahku. Aku pun mengerutkan kening dan hanya bisa memaksakan diri untuk memapahnya. Aku bertanya, “Apa kamu bisa kerahkan tenaga?”Namun, dia tidak merespons. Jadi, aku hanya bisa menelepon Lina untuk membangunkannya dan membantuku memapah Kenneth masuk ke kamar.“Nyonya, ada yang perlu kubantu?” tanya Lina.“Nggak perlu. Bi Lina tidur balik saja,” jawabku dengan perasaan bersalah. Aku sudah mengganggu tidurnya dan tidak mungkin merepotkannya lagi.Setelah Lina pergi, aku membuka sepatu dan dasi Kenneth sambil menahan rasa mual dari mencium bau alkohol. Kemudian, aku pun hendak langsung pergi. Namun, dia malah tiba-tiba menggenggam tanganku. Dia memejamkan matanya sambil bergumam, “Istriku ....”Sebenarnya, aku tidak merasa dia sedang memanggilku. Kemungkinan terbesar adalah, dia dan Solana