Share

Bab 4

Kenneth langsung menyetujuinya tanpa bimbang sama sekali.

Aku memeluk lehernya dengan menunjukkan senyuman di wajahku. Tatapan membara ditujukan juga kepada Kenneth. “Apa kamu rela memberiku saham sebesar 10%?”

Kedua mata Kenneth tampak berkilauan. “Kamu juga bukan orang luar.”

Pada saat ini, aku akui uang memang adalah alat untuk mengukur ketulusan hati seseorang. Akhirnya amarah yang kupendam dari tadi sudah mulai mereda.

Seolah-olah ingin membuktikan sesuatu, aku pun bertanya dengan tersenyum, “Kalau Kak Solana yang minta, apa kamu akan memberinya?”

Kenneth terdiam sejenak, lalu memberi jawaban pasti, “Nggak akan.”

“Serius?”

“Emm, yang bisa aku berikan kepadanya hanyalah jabatan saja.”

Kenneth menarikku ke dalam pelukannya. Terdengar suara lembut dan yakin Kenneth dari atas kepalaku. “Nanti sore aku akan suruh Max untuk mengantar surat peralihan saham kepadamu. Mulai saat ini, kamu pun akan menjadi salah satu bos dari Grup Horgana. Orang-orang di luar sana sedang bekerja untukmu.”

“Gimana sama kamu?” Suasana hatiku sudah membaik. Aku pun bertanya dengan nada bercanda.

Kenneth mengangkat-angkat alisnya. “Apa?”

“Apa kamu juga bekerja untukku?”

“Tentu saja.” Kenneth tersenyum sembari mengusap kepalaku. Dia mencondongkan tubuhnya untuk mendekati daun telingaku. Dia mengatakan ucapan yang “bandel”. “Aku akan melayanimu di dalam dan di luar kamar.”

Wajahku seketika memanas. Aku langsung membelalakinya.

Kenneth memang seperti ini. Dia kelihatan sangat serius dan dingin, tetapi terkadang kata-katanya gampang membuatku merasa malu.

Ketika menyadari suasana hatiku berubah baik, Kenneth melihat jam tangannya. “Aku masih ada rapat. Hari ini kita pulang ke kediaman untuk temani Kakek makan bersama. Aku tunggu kamu di parkiran.”

“Emm.” Tentu saja aku tidak akan menolak. Hatiku sudah luluh sekarang. Jadi, aku membuat keputusan. “Sayang, nanti malam aku ada kejutan buat kamu.”

Beberapa hari sebelumnya, berhubung Kenneth membohongiku dalam masalah kalung, aku pun tidak yakin untuk memberitahunya masalah kandunganku.

Sekarang, berhubung dia bisa mengenal batasan dengan Solana, tidak seharusnya aku menyembunyikan masalah ini darinya.

“Kejutan apa?” Rasa penasaran Kenneth sangat tinggi. Dia ingin langsung mencari tahu.

“Aku akan beri tahu kamu setelah pulang kerja nanti. Tunggu aku, ya!”

Aku menjinjit ujung kakiku, lalu menempelkan kecupan hangat di bibirnya. Kemudian, aku pun tidak menghiraukannya lagi.

Setelah Kenneth pergi, aku berusaha untuk menenangkan diriku, mulai melanjutkan desainku.

Beberapa saat kemudian, pintu kantor diketuk lagi. Tanpa mengangkat kepala, aku menyahut, “Masuk.”

“Jasmine, aku nggak ganggu waktumu, ‘kan?” Terdengar suara lembut dan merdu Solana.

“Sedikit,” jawab aku dengan terus terang.

Aku paling tidak suka diganggu ketika sedang mendesain.

Solana merasa canggung. Hanya saja, dia menebalkan mukanya untuk berkata, “Maaf, aku bukan sengaja. Hanya saja, tadi aku baru tahu kalau posisi direktur departemen desain seharusnya milikmu. Aku ingin minta maaf sama kamu. Aku nggak tahu sebelumnya.”

“Nggak apa-apa.”

Tadi Kenneth juga sudah menebusku. Saham senilai 10% itu tidak akan aku dapatkan meski aku menjadi direktur desain di Grup Horgana sampai ujung hayatku. Mungkin sikap acuh tak acuhku ini membuat Solana merasa agak kaget.

“Apa benar nggak masalah? Kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu bisa jujur sama aku. Aku bisa ganti departemen, kok. Jangan karena hal ini, kamu malah jadi kesal.” Solana duduk di sofa dengan sangat santai.

“Kak Solana, aku nggak merasa kesal. Kamu bisa tetap bekerja di departemen desain.”

Jangan lagi membuat kekacauan di luar sana! Aku sungguh takut tak lama setelah aku mendapatkan 10% saham itu, perusahaan malah bangkrut nantinya.

Solana bagai seorang kakak yang pengertian saja. Dia mengibaskan rambut panjangnya ke belakang, lalu berkata dengan suara lembut, “Lagi pula, Ken juga sudah bilang, aku bisa pilih posisi apa pun di perusahaan. Sudah bertahun-tahun aku nggak bekerja. Jadi, posisi apa pun sama saja bagiku.”

Entah aku yang terlalu sensitif atau bagaimana. Setelah mendengar ucapan Solana, hatiku terasa sangat tidak nyaman. Seolah-olah, Solana barulah orang yang paling dekat dengan Kenneth. Dialah istri bos Grup Horgana!

“Bu Jasmine.”

Max menyadari pintu ruangan dalam keadaan terbuka. Dia pun mengetuk, lalu langsung masuk ke ruangan. Kontrak perjanjian diserahkan kepadaku. “Ini ada 2 set. Coba Bu Jasmine baca dulu. Pak Kenneth juga sudah tanda tangan. Kamu bisa ambil 1 set setelah tanda tangan nanti.”

Tak disangka Kenneth benar-benar menepati janjinya.

“Oke.” Aku membuka kontrak tersebut. Aku membaca sekilas, lalu segera menandatanganinya. Satu set kontrak diserahkan kepada Max dengan tersenyum sopan. “Terima kasih.”

“Ini surat perjanjian pengalihan saham?” Solana melirik halaman terdepan dokumen.

Dalam sudut pandang yang tidak bisa kulihat, ekspresi Solana yang tenang dan anggun tidak lagi terlihat. Kukunya menancap dalam-dalam ke telapak tangannya.

Saat ini, Max baru melirik ke sisi Solana dengan syok. “Bu Solana juga ada di sini? Kalau begitu, kalian ngobrol dulu. Masih ada yang perlu aku kerjakan.”

Max tidak menjawab pertanyaan Solana, melainkan memilih untuk melarikan diri.

Tatapan Solana kelihatan kalut. “Ken beri kamu saham?”

“Sepertinya aku nggak perlu melaporkan masalah seperti ini kepada Bu Solana?”

Setelah masalah kalung, aku juga tidak tahu kenapa aku bersikap agak ketus terhadapnya. Intinya, aku tidak bisa bersikap seperti dulu lagi.

“Jasmine, kenapa aku merasa kamu punya bias sama aku ….” Solana langsung berdiri dengan raut tak berdaya. “Aku nggak tahu gara-gara masalah kalung atau masalah jabatanku ini. Tapi kamu malah jadi nggak senang sama aku. Aku harap kamu bisa percaya sama aku. Aku nggak kepikiran untuk merebut apa pun dari kamu.” Tak lupa Solana menambahkan, “Sebenarnya aku juga nggak tertarik dengan masalah seperti itu.”

Ketika aku mendengar ucapannya, hatiku pun menjadi kalut.

Pada sore hari, aku memasukkan hasil laporan pemeriksaan kandungan ke dalam tasku. Aku berencana untuk memberi tahu Kenneth setelah turun nanti.

Kenneth akan segera menjadi ayah! Aku dan suamiku akan segera memiliki anak!

Kepikiran dengan reaksinya, kemudian anak di dalam kandunganku, aku pun mempercepat langkahku. Aku sudah tidak sabaran ingin berbagi kejutan ini.

Lift berhenti di area parkiran. Aku langsung menemukan mobil Maybach hitam yang tidak asing bagiku lagi.

Kenneth yang berperawakan tinggi itu sedang bersandar di tubuh mobil. Dia sedang menungguku dengan penuh kesabaran.

Aku langsung masuk ke dalam pelukannya, lalu menghirup parfum aroma kayu yang hanya dimilikinya saja. “Suamiku! Apa kamu sudah menunggu lama?”

“Emm.” Kenneth tidak membalas pelukanku seperti biasa. Aku malah dapat merasakan dia tidak leluasa, langsung mendorongku. “Masuk mobil dulu.”

“Sebentar, ada yang ingin aku katakan sama kamu, mengenai kejutan itu.” Aku menariknya.

“Kejutan apa?” Kenneth tidak lagi kelihatan penasaran seperti di siang hari tadi. Dia malah tampak agak tidak fokus.

Aku mengerutkan keningku, tetapi aku juga tidak berpikir kebanyakan. Aku hanya menatap bola mata hitamnya, lalu berkata dengan serius, “Kenneth, kamu akan jadi ….”

“Ken, kenapa kalian masih belum masuk mobil?”

Tiba-tiba jendela di bangku samping pengemudi diturunkan. Suara desakan memotong pembicaraanku.

Aku langsung melihat ke arah datangnya suara. Kemudian, tatapanku berpapasan dengan tatapan Solana yang sedang duduk di dalam mobil.

Tatapan syokku berpaling ke sisi Kenneth. Aku membutuhkan sebuah penjelasan.

Solana malah duluan berkata, “Jasmine, mobilku lagi diperbaiki. Kebetulan kita akan pulang ke kediaman. Jadi, aku pun bermuka tebal minta tumpangan sama Ken. Seharusnya kamu nggak akan keberatan dengan masalah sepele ini, ‘kan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status