Jelas-jelas Kenneth sedang menungguku. Solana juga hanya sedang menumpang, tetapi dia malah duduk di bangku samping pengemudi.Aku ingin sekali langsung pergi. Namun, akal sehatku memerintahku untuk tetap tinggal. Aku mengulurkan tangan ke sisi Kenneth. “Kunci mobil.”Kenneth juga tidak mengatakan apa-apa, langsung meletakkan kunci mobil ke tanganku.Tanpa berbasa-basi, aku langsung duduk di bangku samping pengemudi. Dengan ekspresi kaku dan kaget Solana, aku pun tersenyum. “Memangnya kenapa? Kamu itu juga kakaknya Kenneth. Sudah sewajarnya kamu menumpang mobil kami.”Setelah itu, aku melihat ke sisi Kenneth yang masih berdiri di luar. “Ayo, cepat masuk mobil. Kakek pasti sudah menunggu kami.”Sepanjang perjalanan, tidak ada yang berbicara sama sekali. Saking heningnya, aku merasa bagai di dalam peti mati saja.Sebenarnya Solana ingin mengobrol dengan Kenneth. Namun, karena dia mesti menoleh terus, akan terasa sangat dipaksakan.Mungkin Kenneth merasakan kekesalan di diriku. Tiba-tiba
Aku seolah-olah terperangkap di dalam kutub utara saja. Darah di dalam tubuhku seketika membeku.Sempat sesaat, aku curiga aku sedang salah dengar. Aku memang pernah menduga ada yang aneh di antara hubungan mereka berdua. Hanya saja, aku selalu menyingkirkan asumsiku.Mereka berdua memang tidak memiliki hubungan darah. Hanya saja, jika masalah itu sampai tersebar keluar. Dengan status mereka, yang satu putra kandung dari Keluarga Horgana, kemudian yang satu lagi putri tiri dari Keluarga Horgana. Mereka tetap dianggap sebagai kakak beradik oleh orang-orang di luar sana. Apalagi, mereka berdua juga sudah memiliki rumah tangga masing-masing.Kenneth sangatlah unggul. Dia tidak mungkin melakukan hal konyol seperti itu. Namun, di depan sana, kedua mata Kenneth tampak memerah. Dia menindih Solana di dinding. Seketika suara sindiran pun terdengar keras. “Kamu bercerai demi aku? Waktu itu, kamu yang memilih untuk menikah dengan pria lain. Jadi, apa kamu berhak untuk memohon sama aku?”“Aku ….”
Kenneth kelihatan cukup kaget. Hanya saja, dia juga tidak mengatakan apa-apa.Aku menggigit bibir bawahku, kemudian berkata dengan suara ringan, “Malam pernikahan kita … sebenarnya apa yang terjadi?”Terbayang kembali kejadian malam itu di benakku. Malam itu, aku duduk di balkon menunggu Kenneth semalaman. Pada malam pernikahan kami, Kenneth meninggalkan istri yang baru dinikahinya, lalu keluar rumah. Aku mengira telah terjadi masalah yang sangat penting. Aku sangat mengkhawatirkan keselamatannya, tak berhenti sembarangan berpikir. Bahkan, aku sempat mengira Kenneth tidak puas dengan dirinya. Hanya saja, waktu itu aku sungguh berharap Kenneth bisa segera pulang.Saat itu, aku baru berusia 23 tahun. Aku dijodohkan dengan pria yang diam-diam kusukai selama beberapa tahun. Jadi, mana mungkin aku tidak menaruh harapan dalam pernikahan kami?Namun, hingga hari ini, aku baru sadar ternyata saat aku menanti kepulangannya, Kenneth malah sedang menemani wanita lain. Semua ini terasa bagai lelu
Aku tidak bersedia untuk memahami isi percakapan mereka. Lauren pun tersenyum, lalu mengomentari Samuel, “Tapi waktu itu kamu sangat menggebu-gebu.”Aku langsung melayangkan tatapan kaget ke sisi Lauren. “Kalian?”“Pernah tidur sekali. Pengalamannya buruk sekali.” Lauren juga tidak pantang untuk menjelaskannya di hadapan Samuel.Samuel sungguh kesal. “Itu pertama kaliku. Kamu nggak mengerti!”“Berhenti! Aku nggak sanggup buat tanggung jawab. Kamu seorang pria buaya darat malah bahas soal pertama kali. Seharusnya pertama kalimu untuk dia ataupun dia,” sela Lauren, lalu menunjuk ke sisi tangan kiri dan kanan Samuel.Dari pandanganku, hubungan satu malam itu … seharusnya Samuel sedang mengejar Lauren.Lauren tidak menghiraukan Samuel lagi. Dia menggandengku ke dalam ruangan VIP. “Ada seorang kakak tingkat pulang dari luar negeri. Jadi, Samuel mengajak semuanya untuk berkumpul.”“Kakak tingkat yang mana?” tanya aku dengan suara ringan.“Seharusnya kamu kenal. Dia …,” ucap Lauren sembari m
Setiap gerakan bagai tamparan di wajahku. Bahkan, tulang pipiku juga terasa sangat sakit. Aku pernah membayangkan gambaran ini sebelumnya. Namun ketika melihat dengan mata kepalaku sendiri, apalagi di rumahku sendiri, hatiku terasa sangat pedih.“Jasmine, kamu sudah bangun?” Kebetulan Solana membalikkan tubuhnya dan melihatku, dia pun menyapaku dengan tersenyum, “Cepat cicipi masakan Ken. Dijamin enak.” Usai berbicara, masakan dihidangkan di atas meja. Sikap Solana sungguh mirip dengan seorang nyonya rumah saja.Aku menarik napas dalam-dalam, lalu melewati sisi Solana. Aku langsung bertanya pada Kenneth, “Kenapa dia bisa ada di rumah?”Kenneth sudah selesai memasak hidangan terakhir. Dia melepaskan celemek, lalu berkata dengan dingin, “Dia akan segera pergi setelah makan.”“Apa kamu nggak punya hati? Kamu malah ingin mengusirku?” Solana memelototinya.“Solana, jaga sikapmu! Jangan cari masalah untukku lagi.” Raut wajah Kenneth sangat tenang. Dia seolah-olah sedang memperingati Solana d
Hari peringatan kematian orang tuaku juga di hari Sabtu.Setelah melakukan pemeriksaan kandungan di pagi hari, aku berencana mengajak Kenneth untuk mengunjungi orang tuaku.Hanya saja, entah kenapa aku memiliki firasat buruk, hatiku terasa tidak tenang. Aku sendiri juga tidak bisa mendeskripsikannya.Aku tidak berani memberi tahu kabar kehamilanku kepada Kenneth semalam. Aku juga tidak berani membalas Lauren dengan pasti akan membawa Kenneth untuk memberi penghormatan kepada orang tuaku. Aku sungguh takut masalah tidak berjalan sesuai dengan rencanaku. Bagiku, hubungan di antara Kenneth dan Solana bagai bom atom yang bisa meledak kapan saja.Lauren menyadari aku sedang memikirkan sesuatu. Dia melirik ke ruangan Solana sekilas, lalu bertanya, “Apa Kenneth sudah menyelesaikan masalah itu?”“Hampir.”Kami mengobrol beberapa saat. Kemudian, Lauren baru kembali ke departemen pemasaran dengan tenang.…Sepertinya Solana sudah bertobat, beberapa hari ini kehidupanku tergolong sangat tenang. T
Semua harapan langsung sirna dalam seketika. Aku hanya merasa tubuhku sedang disiram air dingin saja. Aku memegang gagang telepon, tidak berbicara dalam waktu lama.Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan, tapi aku merasa semuanya sudah tidak berarti lagi.Jelas-jelas Kenneth sudah berjanji padaku tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Jadi, itu berarti Kenneth telah membuat keputusannya, ‘kan?Tidak ada orang dewasa yang tidak bisa membuat pilihan, apalagi menimbang untung rugi suatu masalah. Sepertinya aku adalah pilihan yang dilepaskannya setelah melakukan pertimbangan matang.Aku spontan mengusap perutku. Tiba-tiba aku mulai berpikir apa aku perlu mempertahankan anak ini atau tidak. Jika aku mempertahankannya, meski aku ingin mengakhiri hubunganku dengan Kenneth, hubungan kami juga tidak akan bisa putus dengan tuntas. Hak asuh anak juga merupakan sebuah permasalahan yang sangat besar nantinya. Kenneth memanggilku dari ujung telepon. “Jasmine?”“Emm.” Aku tidak ingin berbicara pan
Ini sudah yang ketiga kalinya. Aku pernah ingin memberi tahu Kenneth mengenai hal ini sebanyak 3 kali, tetapi selalu saja ada halangan. Sepertinya, ini semua memang takdir. Untungnya, Kenneth masih tidak mengetahui masalah janinku. Dengan begitu, perceraian kami akan berjalan lebih lancar.Akasha adalah kota yang luas. Setelah bercerai, kami bahkan akan kesulitan untuk bertemu. Seharusnya, Kenneth tidak akan pernah tahu bahwa kami memiliki seorang anak.Setelah mendengar usulku, Lauren juga berkata dengan setuju, “Siapa juga yang mau punya seorang ayah berengsek? Keputusanmu untuk nggak memberitahunya itu benar.”Saat selesai diinfus dan keluar dari rumah sakit, waktu sudah menunjukkan pukul 2 sore.Lauren menggandeng tanganku sambil berjalan ke tempat parkir dan berkata, “Mobilmu sudah dikirim ke bengkel. Keadaannya lumayan parah. Jadi, perlu diperbaiki lebih kurang seminggu baru bisa siap. Nanti, aku akan temani kamu pergi ambil mobilmu. Selama beberapa hari ini, kamu hubungi saja ak