Share

Bab 22

Setelah Mumu pergi, Nisa juga ingin bergegas masuk ke dalam rumah. Ia ingin melepaskan tangisannya di atas bantal. Tapi baru sampai pintu Iman menegurnya.

"Mau kemana, Mah?"

"Kan tadi disuruh Masuk? Dasar plin - plan!"

Iman melongo. Sebenarnya ada apa, sih?

"May, sebenarnya ada apa, sih?" Hanya Maya yang dapat diminta pertanggungjawabannya. Bukan pertanggung jawaban juga, sih.. Maksudnya diminta penjelasannya karena ia yang dari tadi bersama Nisa di sini. Ia pasti tahu kejadiannya.

"Maya nggak pinter cerita, Bang. Nanti malah salah."

"Udah, cerita aja. Kenapa Bang Mumu sampai melabrak Nisa?"

"Iya, Bang. Tapi sebelumnya, kalau ada salah - salah kata, maafin Maya, ya."

"Kok malah pidato? Ayo cepetan cerita!"

Maya berusaha mengingat. Ia terlihat bingung.

"Darimana dulu, ya?" Iman mengacak kasar rambutnya. Mau mengacak rambut Maya nanti dibilang pelecehan.

"Jangan bertele - tele! Cepetan cerita!" ucapnya tidak sabar.

"Eh! Iya, Bang!" dengan sedikit gugup Maya mulai bercerita.

Mata Ima
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status