Share

Bab 29

Penulis: Dhisa Efendi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-01 16:44:12

"Pah?" hanya panggilan berupa desahan yang terlontar dari bibir Nisa saat pagutan itu berakhir.

"Kita lanjutin yang tadi pagi, ya?" Iman menarik Nisa masuk ke dalam kamar dan langsung menguncinya.

Iman perlahan mendorong Nisa ke tempat tidur.

Nisa memejamkan matanya saat Iman kembali melumat bibirnya. Ia membalas lumatan itu dengan bergairah.

"Emmmhh..' keluh Nisa saat Iman mulai memberi kecupan - kecupan kecil di lehernya.

"Paahhh..?" tubuh Nisa menggelinjang sesaat. Tubuhnya mulai terasa terbakar.

"Mmm?" nafas Iman mulai memburu. Ia membuka kancing daster Nisa. Begitu terbuka ia membenamkan wajahnya di sana.

"Awwhh...Geli.. Pah.."

Tok - Tok! Tok -Tok!

Tok - Tok! Tok -Tok!

"Mamaah! Kok dikunci, sih? Doni mau be - a - be!" suara Doni terdengar memaksa. Kenapa anak itu tiba - tiba pulang?

"Busyet, dah!" Iman mengucak rambutnya seraya bangun dari atas tubuh Nisa.

"Kenapa nggak di kamar mandi sana aja sih, Don?!" seru Iman gusar. Ia sudah berdiri di depan pintu tapi tidak ingin mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 30

    "Hari ini terakhir Kita ngangkatin lumpurnya. Besok lanjut renov, ya?" teriak Iman pada 3 orang karyawannya. Nisa bersyukur, perkiraanya tidak salah. Hanya membutuhkan waktu seminggu untuk mengangkat lumpur itu. "Besok Papah mulai belanja untuk keperluan renov ya, Mah." Nisa mengangguk senang. Iman mengakui kebenaran pendapat Nisa dalam hatinya, tapi ia tidak mau mengungkapnnya apalagi mengakui kalau Nisa itu benar. Iman langsung belanja untuk keperluan renovasi. Ternyata itu menghabiskan banyak dana. Untung uangnya masih ada. "Tuh, kalau Papah bayar tukang gali itu. Nggak akan cukup 'kan, Pah?" Iman juga senang. Ia bahkan dapat memberi upah pada karyawannya itu. Meskipun tidak banyak tapi mereka sangat senang menerimanya. "Makasih, Bos!" teriak mereka serempak.Akhirnya renovasi selesai. Tapi bagaimana membeli ikannya? "Mah, Bang Ijay nawarin untuk nerusin kredit mobil Kita.""Lah, terus uang muka yang udah Kita bayar gimana? 'Kan, sayang. 40 juta, lho."'Lagian bang Ijay itu a

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 31

    Alah bisa karena biasa. Itu yang terjadi pada kehidupan rumah tangga mereka. Iman mulai bersikap zalim dengan seenaknya dalam memberi nafkah dan Nisa juga tidak ingin menjadi istri yang banyak menuntut."Senang banget hidupmu sekarang, Man. Mau mancing tinggal mancing. Mau jalan tinggal jalan. Emang nggak mau mikirin yang di rumah?" salah satu dari sahabatnya, Samsul menegurnya.. Samsul datang membawa mobil temannya untuk diservis Iman, tapi Iman sudah siap untuk berangkat memancing. "Lah, mau ngapain lagi? Bukannya hidup itu untuk dinikmatin?" sergah Iman tertawa. Ia masih sibuk merapikan alat memancingnya. "Kamu kayak gitu emang Nisa nggak marah? Nikmat di Kamu, Dia nggak!""Awalnya sih, marah. Tapi kesiniin kayaknya Dia udah biasa.""Masa' sih? Dia sama sekali nggak ngomel kalau Kamu pergi mancing tiap hari?""Kagak! Cemberut mah, iya!" Iman tergelak gelak sendiri. "Bosan kali ya, ngomel juga. Lah, yang diomelinnya batu banget!" sungut Samsul."Lah, itu Kamu tau!" Samsul hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 32

    "Papah mau renovasi empang. Mobil Kita jual, ya?""Kok sampai jual mobil sih, Pah? Baru juga lunas." keluh Nisa."Emang harus ya, empangnya di renov?" "Empangnya udah rusak parah, Mah. Nanti malah hancur, nggak bisa dipakai mancing." memang sampai begitu parahnya, ya? Kelihatannya sih biasa saja menurut mata orang awam seperti Nisa. Orang yang sama sekali tidak mengetahui seluk beluk keadaan pemancingan."Harus jual mobil, ya?" Nisa dan anak - anak sudah terlanjur sayang sama mobil itu. Nisa tidak pernah kesulitan membayar cicilannya sampai sekarang akhirnya mobil itu lunas terbayar. "Mau dapat duit darimana lagi?" Nisa menyerah. Anak - anak pun merasa sedih. Terutama Nino. Dia sedang senang - senangnya mengendarai mobil itu bersama pacarnya. Semula Iman tidak mengizinkannya membawa mobil itu sebelum memiliki SIM. Sekarang setelah ia punya SIM, mobilnya malah akan dijual.Tapi seperti kebiasaannya, Nino tetap diam. Ia tidak mengatakan sepatah katapun untuk menyatakan kekecewaannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 33

    "Awas Kamu, Den. Kalau mobil sampai lecet gara - gara Kamu!" Ancam Iman pada anak no 2 nya itu. Entah apa yang akan dilakukannya seandainya itu benar - benar terjadi."Masih belum ada kabar yang mau beli mobil Kita, ya?" tanya Iman pada Nisa. Nisa menunjukkan iklan yang ia kirim di situs jual beli mobil."Yang liat banyak, tapi belum ada yang nawar.""Papah takut tuh mobil keburu lecet sama Deni." sungut Iman kesal. Ucapan itu seperti doa. Itu memang benar. Yang dikhawatirkan Iman akhirnya terjadi. Mobil bukan hanya lecet, tapi penyok parah. Untungnya bukan Deni yang membawa, tapi Nino. "Mobilnya ditabrak dari belakang, Pah. " lapor Nino saat baru pulang dari berpergian. Nisa langsung berdiri dan menghampirinya untuk memastikan keadaan Nino. Sedang Iman langsung berlari keluar untuk melihat keadaan mobilnya. "Kamu nggak papa? Kamu lagi sama Wiwi? Dia nggak papa?" berondong Nisa cemas. Nino menggeleng - geleng. Sebenarnya dahi Wiwi sedikit memar karena terbentur dasbor. Tapi i

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 34

    Nino mau acara lamaran? Kapan?" tanya Yanti antusias. Iman berkeliling ke rumah saudara - saudaranya untuk mengabarkan hal ini. Yanti bergegas ke rumah Nisa setelah mendengar kabar itu. "Sabtu besok, Insyaa Allah." tutur Nisa. "Aku nanti nyumbang apa, Nisa? Kue? Atau buah?" Nisa tersenyum. "Makasih banyak, Teteh. Tapi kalau Teteh nggak ada, nggak usah ya, jangan malah ngerepotin." tolak Nisa halus. "Ngerepotin apa, sih? Aku juga punya anak laki - laki, 'kan?" Nisa mengerti. Ini maksud Yanti. Agar Nisa juga dapat menyumbang saat Ari akan lamaran juga nantinya. "Kue aja, ya?" putus Yanti Akhirnya. Nisa mengangguk. "Makasih, Teh." Tidak banyak yang mesti disiapkan untuk acara lamaran. Uang Teh, sebutan untuk uang yang diberikan keluarga laki - laki untuk jamuan ala kadarnya yang disiapkan keluarga perempuan sudah disediakan oleh Nino. Kue - kue sumbangan terkumpul dari kakak - kakak dan keponakan - keponakan Iman. Dalam hal ini persaudaraan terasa menghangatkan hati. Apalag

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 35

    "Bibii..?!" panggil Tika begitu masuk ke dalam rumah Nisa. "Bibi di kamar, Tika! Masuk sini!" Nisa balik memanggil. Tika melihat Nisa sedang merapihkan baju yang akan mereka kenakan besok. Kemeja lengan panjang dan celana panjang untuk Iman sudah digantung dalam lemari. Kemeja lengan pendek dan celana panjang untuk Deni dan Doni juga selesai dirapihkan. Tinggal digantung dalam lemari. Semua bernuansa batik. "Baju buat Bibi, mana?" tanya Tika. "Tuh." Nisa menunjuk kebaya brukat panjang yang ia gantung di tembok di belakang Tika berdiri. "Baju dari rias pengantin." Nisa menjelaskan tanpa diminta. "Bagus." ucap Tika seraya membelai kebaya itu. "Kemejanya juga dari rias pengantin, Bi?" "Nggak, lah. Itu Bibi beli di tanah Abang." "Bibi ke tanah Abang?" tanya Tika tidak percaya. Bibinya yang satu ini paling malas belanja ke tanah Abang. "Pusing. Terlalu banyak orang." begitu Nisa pernah mengatakan. "Nggak, lah. Bibi minta tolong Mamahmu sama Wak Yanti waktu minggu kemarin m

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 36

    Lelaaah..! Lelah lahir dan batin. Itu yang Nisa rasakan. Tapi ia kembali dipusingkan dengan adat betawi ini. Ada yang namanya Niga hari, atau selamatan hari ke tiga. Jadi pengantin perempuan diantar ke rumah keluarga suaminya oleh keluarga dan kerabatnya. Mereka membawa masakan beraneka rupa untuk keluarga suami. Banyaknyal juga tidak tanggung - tanggung. 1 baskom besar untuk setiap macam masakan. Keluarga Iman kembali berkumpul untuk menyambut mereka. "Semua yang mereka bawa itu harus ditaksir harganya, lalu Kita bayar." terang Hasby. "Bayar?" Iman tercengang. Ia sama sekali tidak mengerti itu. "Iya. Memang begitu." tandas Yanah. Ia mulai menaksir - naksir berapa yang harus mereka bayar. Nisa sendiri masak - masak juga untuk menyambut keluarga besannya ini. Bayangkan bagaimana repotnya. Ia tidak memberitahu mama Wida karena takut merepotkannya. "Acaranya sebenarnya sama dengan adat Kita. Tapi keluaga Mama sudah lama tidak memakainya karena terlalu merepotkan." begitu Mama Wid

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 37

    Senyum Iman berasal dari satu sisi dari hatinya. Sisi yang lain menjerit menyalahkannya. 'Kalau malu, kenapa Kamu nggak nambahin uangnya, Man? Nggak bisa, 'kan? Kamu cuma bisanya menekan Nisa!' sisi hati yang itu, Iman mengakui kesalahannya. Hati Iman seperti terbagi 2. Tapi tidak sama besar. Sisi yang kecil dikalahkan oleh sisi yang besar, yaitu keegoisan dan masukan dari saudara - saudaranya. 'Aku nggak suka kalau Nisa tidak bergantung padaku!''Tapi kenapa Kamu malah membiarkan Nisa sendirian mengatasi semua ini?''Biar Nisa merasakan sendiri kesulitannya tanpa Aku! Jangan cuma bisa menyalahkan terus!''Iman, Nisa itu istrimu! Kamu nggak ingin Dia bahagia?''Nisa terlalu sok! Aku ini seperti bukan siapa - siapa! Aku tidak bisa apa - apa! 'Kenyataannya begitu, 'kan? Kamu selalu lari dari tanggung jawab.''Aku tidak bermaksud begitu!''Nisa sangat mencintaimu. Apakah Kamu tidak mencintainya?''Aku..'"Aaahh!" Iman berteriak tertahan saat sisi egonya mengakui kebenaran lawannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09

Bab terbaru

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 130

    "Udangnya pesan beberapa porsi ya, Nah. Oke, Kita nanti meluncur ke sana. Nemenin Edi dulu sebentar." Hasby menutup ponselnya."Bagaimana? Mau ikut apa tinggal di sini?" Hasby melirik Sani yang langsung tersipu malu."Saya punya suami, Bang." Mumu, Yanti, Iman dan Nisa langsung tergelak - gelak. "Emang Saya nanya?"Edi mengerucutkan bibirnya. Hasby tak dapat menahannya lagi. Tawanya terlepas. "Dia ngomong begitu karena takut Kamu kena php, Di.""Ayok, jalan." Edi menyeruput kopinya lagi sebelum berjalan."Mau kemana? Yanah di sebelah sana!" Hasby menunjuk arah yang sebaliknya. Edi memutar langkahnya. "Kasihan Bang Edi." ucap Nisa. Iman merengkuh bahu dan memeluk Nisa.Yanti tau Mumu tidak akan melakukan itu karena tidak terbiasa. Ia berinsiatif memeluk lengan Mumu lagi. Tapi tak di sangka Mumu melepaskan tangan Yanti dan melingkarkan tangannya di pinggang istrinya. Yanti hampir menangis karena bahagia. Netra Edi yang tajam langsung melihat keberadaan Yanah dan Ijay. "Nah!" ter

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 129

    "Bang Hasby tidak terlalu memuja pada kecantikan. Yang penting klik.""Tapi Aku nggak pe de tanpa make up." kata Ratna, mulai goyah. "Ya, jangan harap Bang Hasby akan melirik Mbak. Padahal Dia lagi cari pendamping hidup, lho. Dia sudah lama jadi duren. Duda keren." Yanti mulai menjadi kompor. "Udah, yuk. Kita mau ke toilet." ajak Yanah. "Eh, nanti dulu. Kalau Saya nggak pakai make up apa Hasby akan menyukai Saya?"Ikan memakan umpannya. Nisa tersenyum. "Sudah pasti. Abang pernah bilang suka kok, sama Mbak. Tapi katanya,'Sayang ya, Dia pakai make up. Coba kalau enggak." Nisa heran kenapa Yanti begitu lancarnya berbohong. Ratna termenung. "Andai Mbak bisa jadi kakak ipar Kita, Kita pasti seneng banget bisa makan enak terus." rayu Yanah lagi. Dalam hatinya ia bergumam, 'Duh - duhh..! Apanya yang enak, siiih?'Ratna tercenung. Apakah Hasby benar - benar akan tertarik padanya tanpa riasan di wajahnya? Mereka melanjutkannya dengan cerita mengenai Hasby. Hasby yang seorang psikiate

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 128

    "Ra.. Ra..?" Edi tergagap. Ia terkesima bukan karena takjub tapi lebih karena terkejut dan takut. "Ratna?" sapa Hasby dengan senyum yang mengembang. Bertolak belakang dengan Edi yang kemudian memalingkan wajahnya, Hasby justru bangun untuk menjabat tangannya. Di mata Edi Ratna begitu menyeramkan. Alisnya hanya tinggal sebelah - sebelah karena tidak ada lukisan dari pensil alis di sana. Bibirnya juga hampir membiru karena tidak ada sapuan lipstik di atasnya. Hasby tersenyum."Apa kabar?" tuturnya. Lebih hangat dari biasanya. "Baik." Ratna langsung duduk di sebelah Hasby. Ia merasa Hasby telah meresponnya dengan baik. Tidak kaku seperti sebelumnya. Bibir birunya menguakkan senyum. "Kapan - kapan Saya main ke rumah Abang, ya?" katanya tanpa melirik sedikitpun pada Edi yang belum pulih dari rasa terkejutnya. "Boleh." Hasby tersenyum tipis. Ia tidak takut Ratna datang ke rumahnya karena banyak anak buahnya yang dapat menghalangi Ratna untuk bertemu dengannya. Ratna semakin senang

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 127

    Iman ikut tertawa sedang Hasby yang baru keluar dari ruangan itu menahan senyumnya. Baru kali ini Mumu mencemburui istrinya. Sudah puluhan tahun sejak mereka menikah. Selama ini Iman yang terkenal dengan kecemburuannya. Mumu selalu cuek pada istrinya. Tapi sekarang? Setelah menghentikan tawanya Edi berujar, "Habis ini Aku akan bertemu dengan Ratnaku. Aku sudah rindu berat." Ratnaku? Yang lain sontak menepuk jidatnya masing - masing. Gusti, bagaimana menyadarkbuan manusia satu ini? "Emang Kita mau ke sana lagi? Makanannya 'kan kurang enak?" berengut Yanah. "Iya." timpal Iman setuju. Edi menatap Hasby. Ia mulai cemas. Hasby mengerti kecemasan Edi. Bagaimanapun Ia tidak ingin mengecewakan adiknya yang satu ini. "Ya. Nanti Kita ke sana." Edi kembali ceria dan bersemangat. "Yes!"Nisa menggelengkan kepalanya. Prihatin. 'Kasihan Bang Edi. Dia kesepian.'Yanti menarik lengan Nisa."Ayok nanti Kita kerjain ondel - ondel itu, Nisa." bisiknya. "Bagaimana?" Yanti membisikkan sesu

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 126

    "Sabar, dong. Orang sabar itu kekasih Allah." ucap Hasby. Bijak seperti biasanya. "Taraaa!" Nisa mengembangkan kedua tangannya. Netra merah Mumu membelalak saat Yanti kembali. Yanti mengenakan gamis seperti Yanah dan Nisa. Kepalanya juga memakai hijab instan. Ada sapuan bedak dan lipstik tipis - tipis. Yanti terlihat berbeda. Yanti terlihat berbeda. Ia tersenyum malu saat netra suaminya nyaris tak berkedip menatapnya. "Kamu apain Dia, Nisa?" tanya Edi dengan mengerjapkan netranya berulangkali. "Ternyata gamis Teh Yanti banyak. Bagus - bagus. Tapi Dia nggak berani pakai. Takut Bang Mumu nggak suka. Takut diketawain.""Aku suka. Suka banget." cetus Mumu tanpa sadar. Air liurnya bahkan menetes. Ia seperti siap menelan Yanti sekarang juga."Iler tuh, iler!" Edi tertawa diikuti yang lain. "Nggak ada yang nggak suka sama perempuan feminin." ujar Iman sambil meraih Nisa dan menghadiahinya dengan sebuah kecupan kecil di pipinya. Cup! "Hadiah karena udah membuat Teh Yanti jadi peremp

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 125

    Yanah kembali memeluk Nisa. 'Kasihan anak ini. Dia benar - benar jadi korban untuk semuanya.'Ijay menatap Nisa. Ia kini menyadari perasaannya. "Itu bukan cinta, Nah. Itu cuma rasa kagum yang dibaluri rasa iri karena tidak dapat memilikinya. Nisa seperti boneka yang tidak bisa Kamu miliki, Jay. Jadi Kamu terobsesi padanya."Yanah dan Ijay mengangguk. Mereka sama menatap Nisa yang memerah wajahnya karena dikatakan boneka. Bulu matanya yang lentik mengerjap. Dia memang seperti boneka. "Boneka kesayangan." Yanah mencium pipi Nisa yang memerah karena malu.Nisa menyadari sesuatu. "Tolong, Teh, Bang, Iman nggak usah tau hal ini, ya?" Nisa tidak ingin membuat Iman menjadi posesif bila melihat Ia bersama Ijay."Masalah ini Kita tutup sampai di sini. Yang lain nggak usah tau, bukan hanya Iman." tegas Hasby. "Ya." Ijay dan Yanah mengangguk. Hasby tersenyum. Ia juga langsung pamit untuk pulang. Masalah ini sudah mereka selesaikan dengan baik karena campur tangan Hasby. Ijay berjanji aka

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 124

    "Teteh kenapa? Jangan bikin Nisa takut, Teh?" Nisa mengusap airmata Yanah dengan jari dan telapak tangannya. "Kamu mau maafin Aku kan, Nisa? Apapun kesalahanku?" Nisa semakin bingung. Ia ikut menangis karena mengkhawatirkan keadaan Yanah. Ia takut Yanah seperti Sari yang meminta maaf padanya karena akan pergi untuk selamanya. "Iya. Tapi Teteh jangan nangis gitu, dong?"Melihat Nisa ikut menangis Yanah berusaha meredam tangisnya. Tapi tidak bisa. Airmatanya justru meluncur semakin deras. Ia tidak henti - hentinya mengucapkan kata maaf. "Maafin Aku, Nisa. Maafin Aku."Terbayang sikap buruknya selama ini pada Nisa.'Kenapa Aku baru merasakan kebaikanmu, Nisa? Kenapa Kamu nggak pernah membalas perkataanku yang sengaja membuatmu sakit hati?'Melihat Yanah terus menangis Nisa tidak tahan lagi. Ia menghambur keluar kamar. Ijay dan Umboh terkejut melihat wajah Nisa yang basah dengan airmatanya. "Kenapa, Bik?" tanya Umboh panik. Ia langsung berlari ke kamar Mamahnya. Ijay menatap Nisa sebe

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 123

    Iman mengangguk seraya menepuk kantong celananya. "Ada. Tadi Bang Hasby sebelum berangkat ngasih Papah uang. Katanya biar Papah semangat nyetirnya." memang Hasby itu sangat murah hati. "Buat belanja besok aja, Pah." Nisa mulai berhitung. "Cukup, kok." berapa yang harus dihabiskan, sih? Hanya makan bakso berdua. Mereka semua makan juga masih ada lebihnya. "Buat bekal Doni?" Nisa ini benar - benar, ya? "Aman." rungut Iman. Tapi Nisa berpikir lagi."Tapi Mamah benaran kenyang, lho." Nisa melihat kekecewaan di mata Iman. Ia ingin jalan berdua dengan istrinya. Makan bakso hanya alasan."Gini aja. Mamah temenin Papah makan, ya?" Iman menjadi tidak bersemangat. "Mana enak makan sendiri."Nisa tersenyum. Tangannya mengelus pipi Iman. Ketiga anak mereka menatap dengan hati senang. "Mamah lagi romantis." bisik Doni. "Kita bikin romantis," Deni malah bersenandung dengan mulut penuh nasi. Ada yang tersembur keluar. "Jorok, ih!" Nino menoyor kepala adiknya. Deni dan Doni tertawa. "Yang

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 122

    Setiap ada masalah Nisa yang akan selalu disalahkan."Itu semua karena Nisa!" "Gara - gara Nisa!" "Nisa, siiih..!"Demi menutupi perasaannya Ijay mendukung keinginan Yanah. Bahkan ia ikut bersikap julid pada Nisa di depan orang lain. Ijay berhasil membohongi orang lain termasuk Iman, tapi ia tidak dapat mengelabui istrinya. Ijay dapat mengelabui siapapun tapi tidak dengan istrinya, Yanah. Istrinya diam dengan hati yang berkobar dan bila ada kesempatan akan membakar saat ada permasalahan antara Iman dan Nisa.Tapi itu beberapa waktu yang lalu. Setelah Yanah sakit dan mendapat curahan perhatian dari Nisa rasa benci itu terkikis sedikit demi sedikit. Kelembutan Nisa saat menemaninya membuatnya luluh. Apalagi Nisa selalu menundukkan pandangannya pada lelaki lain, termasuk Ijay. "Siapa yang tidak jatuh hati pada Nisa. Dia begitu cantik dan lembut. Idaman setiap laki - laki." Yanah tidak pernah mendengar Nisa berteriak. Bahkan saat Yanah memakinya sekalipun.Iman membelokkan mobil k

DMCA.com Protection Status