Share

Bab 3

Rokok yang semakin menipis di hisap untuk terakhir kali kemudian di jentiknya ke sembarang arah.

"Aduh!" Aisyah mengibaskan api rokok yang di buang lelaki tadi.

Lelaki itu juga tersentak dan menoleh ke sumber suara. Di perhatikannya Aisyah yang tengah mengibaskan pakaian yang terkena puntung rokoknya.

'Eh, perempuan itu kan?'

"Tuan. Tuan, anda yang mengantar saya ke pasar sore tadi, kan?" tebak Aisya, sambil menunjuk ke arah pria itu.

"Aduh! Bagaimana bisa aku bertemu perempuan sableng ini lagi?" desis pria itu pelan. Kemudian berbalik badan dan melanjutkan lagi langkah pergi dari sana sebelum wanita sableng itu mengganggunya untuk kedua kali.

"Eh, tuan. Tunggu." Segera Aisyah berlari mengejar lelaki itu. Lalu lengan lelaku itu di pegangnya, menghalangi agar tidak pergi meninggalkannya.

Lelaki itu menepis tangan Aisyah dengan kasar. Dirinya paling anti di sentuh wanita.

"Kau mau apa, hah?" bentak lelaki itu. Ia adalah Adriano Lion King--seorang Mafia kelas kakap. Orang-orang mengenalnya dengan nama King. Sesuai dengan kekuasaannya sebagai penguasa di kalangan dunia bawah tanah.

Aisyah menundukkan kepala sambil menggigit bibir. Takut bertentang mata dengan lelaki itu. "Sa-saya, tersesat," lirihnya.

"What?" King tertawa. "So? Apa pentingnya kau beritahukan itu padaku? Kau pikir aku peduli? Sudah, aku tidak ada waktu meladeni wanita sableng seperti kau! Buang-buang waktuku saja, kau dengar tidak! Buang waktu! Paham!" dengus King, kemudian melanjutkan lagi langkahnya.

Tapi Aisyah lebih dulu berlari menghalangi jalan King sambil merentangkan kedua tangannya.

Dahi King berkerut. "Hei, kau ini anak siapa, hah? Kau mau apa dari aku?" tanya King kesal.

"Tuan, tunggu sebentar. Saya butuh bantuan tuan. Tolong tuan, kali ini saya benar-benar butuh bantuan tuan," mohon Aisyah tanpa menurunkan tangan yang ia rentangkan menghalangi jalan King.

"Kau mau apa? Uang? Kalau kau mau uang bilang dari awal, tidak usah seperti ini!" bentak King. Lalu dompet dalam saku di raih dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari sana.

"Nih, ambil." Uang tersebut di lempar ke wajah Aisyah.

"Saya bukan mau uang!" balas Aisyah berteriak.

"Jadi, kau mau apa?" tanya King lagi.

Perlahan Aisyah menurunkan tangannya yang menghalangi jalan King. Kemudian ia melangkah beberapa langkah mendekati lelaki itu dengan kepala agak menunduk. Jemarinya di bawah sana saling meremas satu sama lain.

"Sa-saya...Sa-saya mau." Aisyah menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah kenapa kali ini susah sekali ia untuk meminta bantuan pada lelaki di depannya ini.

King masih menantikan sambungan kalimat wanita di depannya, dengan posisi kedua tangan berada di dalam saku jaket.

"Saya mau..."

"Kau mau apa?" King mulai tak sabar menunggu lanjutan wanita aneh itu.

"Ma...mau... Sa-saya mah" Mulut Aisyah kembali tergagap. Terlalu berat lidahnya bicara.

"Ishkk! Cepat katakan! Aku tidak ada waktu melayani kau! Kau mau apa dariku-"

"Sa-saya mau tuan jadi suami saya!" Seketika Aisyah menutup mulutnya yang kelepasan bicara. Dikarenakan bentakan King tadi membuatnya kaget, jadi tidak sengaja kata-kata itu melompat keluar dari mulutnya.

Menganga mulut King mendengar yang di katakan wanita di depannya ini. Setelahnya ia tertawa terbahak-bahak sambil memegang perut. Puas tertawa King kembali memandang wanita aneh itu.

"Kau bilang apa? Aku jadi suami kau? Fix! Kau memang gila!" sinis King, kemudian melangkah pergi.

'Bisa ikutan gila kalau aku meladeni wanita sableng itu.'

Bahu Aisyah juga di senggol King kasar, hingga tubuh Aisyah terhuyung beberapa langkah ke belakang.

Aisyah menggelengkan kepala. Kemudian berbalik badan memandang lelaki itu yang telah berjalan meninggalkannya.

"Saya tidak gila!" teriak Aisyah untuk menghentikan langkah King. Tapi pria itu terus saja berjalan.

Aisyah pun segera berlari mengejar pria itu yang jauh darinya. Tepat di depan King, Aisyah menghentikan langkah.

"Saya hanya ingin tuan menjaga saya, kalau tuan tidak mau jadi suami saya tidak apa. Saya hanya ingin ada orang dekat saya. Karna saya tidak bisa hidup sendiri seperti ini, saya akan gelisah bila tidak ada orang di sisi saya," tutur Aisyah berterus terang.

"Kau cari saja orang lain. Aku rasa kau tidak akan hidup lama kalau dekat denganku. Kepala kau bisa hilang kalau tinggal denganku," balas King menakut-nakutinya.

"Tidak masalah," sahut Aisyah cepat.

Untuk kesekian kalinya mulut King menganga mendengar jawaban Aisyah. Ini kali pertama ada orang yang meminta di pancung olehnya.

'Apa dia pikir aku main-main?"

"Saya bisa jadi adik angkat tuan, atau pun pembantu tuan. Asal tuan mau bawa saya pulang ke rumah tuan."

"Hei? Kau kira rumahku tempat penampungan orang gila? Kalau kau ingin sekali ada laki-laki yang menjaga kau. Lihat clab malam yang ada di sana? Pergilah kesana, nanti banyak laki-laki yang mau menampung kau. Sudah sana pergi!" bentak King seraya mendorong tubuh Aisyah. Lalu King kembali melangkah ke arah mobil Lamborghini hitam miliknya yang terparkir ntidak jauh dari tempatnya berdiri.

Aisyah mulai gelisah. Berjalan bolak-balik memikirkan cara membujuk lelaki itu sebelum dia benar-benar pergi. Tanpa pikir panjang lagi, Aisyah segera mengejarnya.

"Tuan, tolonglah," mohon Aisyah, tangan King di tarik hingga tubuh lelaki tampan itu berputar ke arahnya.

"Ishk! Kau mau apa lagi?" bentak King. Tangan Aisyah di tepis kasar hingga tubuh Aisyah terhuyung ke. Lalu pistol yang terselip di pinggang diraih dan dibidikkan kekepala Aisyah.

"Tu-tuan." Aisyah mengangkat kedua tangan.

"Selangkah lagi kau mendekat, aku tidak akan segan menembak kepala kau. Kalau kau berani cobalah!" tantang King.

Aisyah meneguk kasar ludahnya, kepala pun di gelengkan berkali-kali, menandakan dirinya tidak berani melakukan itu. Perlahan kakinya mundur dua langkah, sambil mengangkat kedua belah tangan seperti menyerah diri.

"Saya tidak minta uang tuan, saya juga tidak minta harta tuan. Saya hanya mintak tuan mau menjaga saya karna suami saya baru saja menceraikan saya dan mengusir saya dari rumah. Saya tidak tahu harus mengemis kasih sayang pada siapa? Saya hanya perlukan seseorang untuk jadi teman saya. Jadi saya lihat Tuan seperti orang baik. Saya percaya tuan bisa menjaga saya walaupun untuk sementara waktu. Saya janji, kalau suami saya datang mengambil saya kembali, saya akan ikut dia lagi. Saya hanya menumpang tinggal dengan tuan untuk sementara saja," lirih Aisyah dengan polosnya menceritakan apa yang dialaminya.

King terdiam sejenak. Perlahan-lahan pistol di tangannya di turunkan kebawah.

Pandangannya dialihkan ke arah lain, tidak sanggup menatap lama wajah wanita di depannya.

"Oke Fine!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status