Share

Bab 4

Tercengang Aisyah ketika melihat hunian tingkat dua di hadapannya. Di tengah-tengah halaman ada kolam ikan koi dengan air mancur serta beberapa orang sekuriti muda berbadan tegap dengan wajah dingin berdiri di depan pagar.

Barisan gigi putih di tunjukkannya pada dua orang sekuriti yang berdiri di samping pagar dengan wajah serius. Aisyah coba melambai tangan pada mereka, namun sedikit pun mereka tidak merespon.

'Kira-kira bagimana tuan ini melatih mereka ya? Berdiri seperti patung. Mata tidak berkedip juga!' Aisyah membatin dalam hati sambil memperhatikan sekuriti itu dari dekat.

Tanpa Aisyah sadari, King juga sedang memperhatikannya di pintu utama. ia mendengus kecil melihat tingkah wanita itu.

"Woi, sableng! Sini!" panggil King dari tempatnya berdiri. Tangannya di lambaikan kearah wanuta aneh itu.

Lagi-lagi Aisyah memamerkan barisan gigi putihnya pada King, lalu menarik koper miliknya menuju pria yang berdiri di depan pintu utama.

"Ini rumah kita ya, Bang?" tanya Aisyah dengan senyum merekah. Bagaimana tidak? Sebentar lagi ia akan tinggal di rumah mewah ini.

King menyipitkan mata..

'Sejak kapan ibu dia kawin dengan Daddyku, tiba-tiba saja panggil aku Abang.'

"Heh, siapa yang menyuruh kau memanggil aku Abang? Tidak ada orang diatas dunia ini yang boleh memanggilku abang, kau paham!" bentak King.

"Kalau bukan Abang, terus saya harus panggil apa? Sayang?" celetuk Aisyah tanpa rasa segan.

King tersenyum sinis. Kepala di gelengkannya pelan, memandang wanita di hadapannya.

'Kenapa tadi aku setuju saja membawa perempuan sableng ini pulang?'

"Panggil aku tuan Lion! Bukan Abang dan bukan sayang. Kau panggil aku 'abang' sekali lagi, keketukkan payung ini kekepala kau. Paham!" King memberi peringatan pada wanita di depannya seraya menggerakkan payung hitam yang diambilnya dari dalam tempat kusus meletakkan payung.

"Baik tuan Lion. Tapi saya heran, mana ada diatas dunia ini-" Aisyah menggantung kalimatnya, ketika melihat mata King semakin melotot.

"Apa?" tanya King tidak sabar.

"Memang ada ya nama orang, Lion. Setau saya Lion tu binatang buas-"

Tuk

Payung hitam itu mendarat di kepala Aisyah, dan Aisyah mengaduh sambil mengusap kepalanya.

'Mampus kau! Puas hatiku.'

"Eh, nama aku itu Adriano Lion King. Dasar bodoh!" bentak King seraya menolak kening Aisyah menggunakan ujung jari telunjuknya, hingga kepala wanuta itu terdongak keatas.

"Kirain musang king?" gumam Aisyah pelan.

"Kau bilang apa tadi?"

"Tidak ada. Saya tidak bicara apa-apa." Aisyah menggeleng dengan bibir yang mengerucut. Kepala yang di ketuk King tadi di gosoknya pelan.. "Salah sedikit saja marah. Seperti orang darah tinggi saja. Nanti saya kagetkan, baru tahu rasa," omel Aisyah pelan.

King memutar bola mata malas. Meski ia mendengar apa yang di katakan wanita itu, tapi King tidak lagi peduli. Sekilas King mengalihkan pandangan ke dalam rumah. Tampak dua orang sedang berada di ruang tamu.

"Diko! Diki! Sini kalian!" teriak King.

Seketika dua orang yang berada di ruang tamu itu segera berlari ke sumber suara. Berkerut dahi mereka melihat keberadaan wanita yang berdiri di belakang King. Mereka berdua saling melempar pandang satu sama lain.

"Bos, siapa perempuan ini? Selimut buat kita ya?" tanya Diki sambil menaikkan kedua alisnya. Siapa tahu malam ini bos mereka berbaik hati.

King malah tersenyum sinis. Aisyah di lihat beberapa saat, kemudian beralih pada dua orang anak buahnya.

"Terserah kalian. Mau kalian jadikan selimut, mau kalian jadikan bantal atau guling sekalian. Aku tidak peduli. Lagian dia dan kalian berdua, sama saja. Sama-sama sableng," ucap King lalu melangkah masuk ke dalam rumah. Bahu Diko dan Diki di tepuknya beberapa kali.

"Diki, apa benar yang di katakan bos barusan?" tanya Diko meyakinkan.

"Mungkin bos lagi berbaik hati. Berarti malam ini rezeki kita," balas Diki dan mereka tertawa kecil bersama.

Tidak sampai beberapa menit. Mereka mengarah kan pandangan pada Aisyah yang masih berdiri mematung di depan mereka.

"Hai, dear! What your name?" tanya Diki sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

Aisyah tersenyum. 'Baik juga orang bawahan tuan Singa tadi?' bisiknya dalam hati.

"Hmm. nama saya Aisyah," jawab Aisyah malu-malu

Diko dan Diki mengangguk dengan senyum mereka.

Kaki King yang baru beberapa langkah berjalan tiba-tiba berhenti. Ia menoleh lagi pada wanita tadi. 'Apa aku tidak salah dengar? Namanya Aisyah?' Ingatan King berputar pada lima tahun silam.

Kemudian King memutar badan ke belakang memandang Aisyah yang masih berdiri di luar pintu. Wanita itu di perhatikannya dari atas sampai bawah.

'Tidak mungkin dia anak si Uiin, kan?'

"Hei, kau! Sini sebentar!" panggil King sambil menggerakkan jari telunjuk memanggil Aisyah.

Aisyah mengangguk. Ia pun meminta izin pada Diki dan Diko sebelum berlari kecil ke arah King.

"Siapa nama Bapak kau?" tanya King dengan wajah serius.

"Aman, memang kenapa tuan?"

"Aman atau Udin?"

"Aman nama ayah saya, kalau Udin itu nama panggilan teman-temannya, karna ayah saya bekerja menangkap ikan sardin di laut. Jadi teman-temannya memanggil ringkas saja. Din, Din, gitu," ujar Aisyah menjelaskan.

King tersenyum sinis. "Sepertinya benar wanita ini anak orang tua sialan itu? Din, Din, aku sudah peringatkan agar kau bawa jauh-jauh anak kau ini sebelum aku menemukannya. Tapi kau sendiri yang mengantarkannya padaku. Bodohnnya kau Din, Din,' omel King dalam hati.

King mengitari tubuh Aisyah sambil mengusap dagu. Di perhatikannya pakain Aisyah dari bawah hingga ke atas. "Kau bilang, kau perlu orang untuk menjaga kau, kan?"

Aisyah menganggukkan kepala sebagai jawaban

"Kalau begitu, biarku carikan orang untuk menjaga kau. Kemungkinan besar kau juga dapat uang yang banyak, kalau kau mau menerima tawaranku."

"Dapat uang banyak? Tawaran apa? Saya mau tuan." balas Aisyah bersemangat.

"Ya, tawaran ini memang cocok untuk perempuan seperti kau. Tugas kau hanya jadi sugar baby pada orang yang akan kutawarkan nanti. Bagaimana, apa kau setuju?" King tersenyum sinis.

Aisyah mengetuk-ngetuk dagunya sebentar, seperti sedang memikirkan sesuatu.

' Terima atau tidak ya?'

"Kalau saya jadi sugar baby tuan saja, bisa tidak?" tanya Aisayh polos.

Diko dan Diki yang mendengar tidak mampu menahan tawa.

"Dari pada kau jadi sugar baby aku, lebih baik kau jadi sugar baby dua ekor monyet itu!" sinis King sambil menunjuk ke arah Diko dan Diki yang masih tertawa.

Diko dan Diki terdiam ketika King melototkan mata pada mereka. Kemudian King melanjutkan langkah menuju ke lantai dua.

Aisyah mencebik bibir. Wanita itu menunduk memandang jemarinya yang saling meremas satu sama lain. Sekilas Diko dan Diki di pandangnya.

'Kalau jadi sugar baby mereka aku tidak mau.'

"Tuan, saya maunya jadi sugar baby tuan saja. Boleh ya. Saya janji kalau saya jadi sugar baby tuan, saya akan lakukan dengan sebaik mungkin Mau ya, tuan," bujuk Aisyah seraya mengejar langkah King yang sudah barada diatas tangga.

"Menyesal aku memberitahu kau tentang sugar baby. IQ kah itu jongkok! Pantas saja, kau itu di ceraikan oleh suami kau!" desis King pelan, mungkin Aisyah tidak akan mendengarnya.

"Tuan. Tuan dengan tidak, yang saya katakan tadi?" tanya Aisyah, tangan King yang tengah menapaki tangga di tariknya.

"Lepas! Kau mau apa, hah? Aku mau mandi, bodoh!" sengit King.

"Jawab dulu tanya saya tadi," rengek Aisyah.

"Penting apa aku jawab tanya kau itu? Hah!" bentak King dengan suara keras.

Aisyah menggelengkan kepalanya, tanda tidak mau melepaskan tangan King.

King berdecak kesal, sebelah tangannya di gunakan meraup wajah. "Sumpah, aku menyesal membawa kau ke rumahku. Kenapa tadi aku bawa sampah ini pulang," dengus King meratap.

"Mungkin kita berjodoh. Mak saya pernah bilang, kalau kita bertemu dengan seseorang tanpa sengaja, pasti orang itu ada sesuatu dengan kita."

"Seriously? Mak aku juga pernah bilang. Zhe shi yi Chang! Paham? Pergi sana!" Tangan Aisyah di tepis kasar sebelum masuk ke dalam kamarnya.

'Pasti kau tidak paham apa yang kubilang tadi, kan?'

Kening Aisyah berkerut sambil sebelah tangannya menggaruk kepala yang tidak gatal. Ia tidak mengerti dengan perkataan yang di katakan King tadi. Malah Aisyah juga tidak tahu lelaki itu menggunakan bahasa apa.

"Pasti kau tidak mengerti apa yang aku katakan, kan?" King tersenyum melihat wanita itu kebingungan.

"Siapa Zainab yang dia maksud? Aku? Namaku kan Aisyah? Dasar, tuan gila," omel Aisyah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status