Share

Bab 2

Ayam kecap kesukaan Fajar di letakkan di atas meja bersanding dengan lauk yang lainnya. Jus jeruk juga di tuangkan ke dalam gelas, lalu di dekatkannya ke hadapan Fajar.

Satu piring kaca di ambil. Lalu di sendokkan nasi ke atasnya.

"Abang mau lauk apa?" tanya Aisyah, sambil tangannya mendekatkan piring yang berisi nasi kedekat ayam kecap. Aisyah tahu, ayam kecap adalah makanan kesukaan suaminya. Di letakkannya sebelah paha ayam kecap ke atas piring yang sudah berisi nasi. Kemudian piring di dekatkan ke hadapan Fajar.

Akan tetapi, Fajar malah diam saja. Kepala di tundukkannya ke bawah. Wajahnya juga tampak kebingungan. Permintaan sang kekasih tadi siang rasanya sungguh berat untuk di lakukan. Piring berisi nasi di dorongnya menjauh.

Berkerut kening Aisyah melihat respon suaminya malam ini.

"Abang kenapa? Apa Abang mau makan yang lain lain? Aisyah bisa buatkan." Aisyah cemas, takut saja masakannya malam ini tidak sesuai dengan selera suaminya.

Fajar menggeleng lemah. Lalu ia mengangkat wajah, Aisyah yang berdiri di sebelahnya di pandang lama.

"Ada sesuatu yang ingin kusampaikan pada kau," ucap Fajar dengan intonasi dan wajah serius.

"A-Abang mau mau bicara apa? Kalau pun penting,lebih baik kita makan dulu. Takutnya makanannya keburu dingin," balas Aisyah tergagap.

"Aku tidak ada selera makan, sebelum mengatakan ini pada kau. Jadi, tolong kau dengar aku baik-baik!"

Aisyah mengangguk pelan. Kemudian tubuh di hadapkan ke arah Fajar. Bersiap mendengar apa yang akan di sampaikan suaminya.

Fajar menghela nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan.

"Aisyah dengar baik-baik apa yang akan kukatakan ini." Sejenak Fajar menjeda kalimat. Nafas dalam kembali di hela. "Aisyah, dengan terpaksa aku cerai kan kau malam ini," sambung Fajar tanpa memandang wajah Aisyah. Ia tahu jika memandang wajah wanita itu maka ia tidak akan sanggup. Tapi ia harus tetap melakukan ini, karna tidak mungkin selamanya hidup berumah tangga dengan wanita yang tidak di cintainya. Lagian di hatinya hanya ada-Sinta.

Tergugu Aisyah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut suaminya. Lidahnya kelu tak mampu berkata-kata.

"Ta-tapi kenapa?" tanyanya setelah lama raganya mematung.

"Karna ini sudah menjadi keputusanku. Selama ini aku menjaga kau karna ayah kau yang memaksa, kalau tidak aku tidak akan mau jadi suami kau. Kau sudah hancurkan harapanku-"

"Harapan? Harapan apa? Harapan abang yang ingin menikah dengan Sinta?" tanya Aisyah, seperti tahu apa yang ada di dalam kepala suaminya.

Fajar malah diam, sebagai jawaban.

Aisyah menggeleng hebat, sebelah tangan Fajar diraihnya lalu digenggamnya dengan erat.

"Ab-Abang... Aish tidak masalah kalau pun abang mau menikah dengan Sinta. Aish sanggup terima dia sebagai madu Aish, asal jangan ceraikan Aish. Itu saja yang Aish minta sama Abang."

"Tidak bisa. Aku tidak akan bisa belaku adil pada dua orang istri. Lagi pula, apa gunanya kau ada disini? Cinta dan sayang aku tak akan pernah ada untuk kau. Aku harap dengan aku ceraikan kau, akan ada orang yang lebih baik menjaga kau setelah ini."

"Tapi siapa, bang? Siapa yang mau jaga Aish? Aish tidak masalah tentang cinta atau pun sayang. Aish tidak masalah kalau Aish tidak dapat semua itu dari abang, asalkan Aish bisa tinggal di sini dengan abang itu sudah cukup bagi Aish. Aish sayang abang. Walaupun abang selalu pukul Aish pun tidak masalah bagi Aish. Tapi tolong, jangan ceraikan Aish," mohon Aisyah dengan airmata yang telah menganak.

Fajar menggelengkan kepala, tetap dengan keputusannya. Tangan Aisyah di tepiskannya kasar, lalu dia berdiri, melangkah kearah koper yang telah di letakkannya di ruang tamu.

"Aku terpaksa melakukan ini. Sekarang kau pergilah, memohonlah pada siapapun yang sudi menjaga kau selain aku. Kalau kau rasa, tidak kuat hidup sendiri. Kau bisa melacurkan diri. Di sana setiap hari akan ada lelaki yang datang mengunjungi kau," ucap Fajar sinis.

Aisyah menggeleng cepat, lalu mendekati Fajar.

Dia tak sehina itu harus melacurkan diri semata-mata menginginkan lelaki untuk menjaganya.

"Abang, tolonglah. Aish mohon, jangan ceraikan Aish. Abang katakan saja apa yang abang mau dari Aish. Aish akan lakukan untuk abang, asal abang tidak menceraikan Aish." Aisyah terus memohon simpati pria itu.

"Tidak! Kau pergilah sekarang! Pasti ada saja lelaki yang memungut kau nanti. Sudah, sekarang pergilah." Lengan Aisyah di cengkram kuat, lalu di seretnya ke pintu utama. Seketika tubuh wanita itu di dorongnya keluar, hingga Aisyah tersungkur di lantai disusul koper ikut di lempar Fajar keluar.

"Aisyah binti Muhamad Aman Zainudin, mulai malam ini kuceraikan engkau dengan talak tiga," ucap Fajar tanpa memandang wajah Aisyah.

Jatuh berderai air mata Aisyah mendengar lafaz talak yang di jatuhkan pada dirinya.

Kepalanya menggeleng hebat, tidak menerima apa yang terjadi malam ini.

'Ya Allah. Tolong sadarkan aku dari mimpi buruk ini!'

"A-Abang..."

Belum sempat Aisyah mengatakan sesuatu pada lelaki itu, pintu sudah di tutup dengan kasar. Aisyah menggigit bibir menahan tangis agar tidak keluar.

"Ya Allah, apa semua ini ya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status