Share

Bab 2

Author: Wandi Wijaya
last update Huling Na-update: 2024-06-14 02:37:02

Ayam kecap kesukaan Fajar di letakkan di atas meja bersanding dengan lauk yang lainnya. Jus jeruk juga di tuangkan ke dalam gelas, lalu di dekatkannya ke hadapan Fajar.

Satu piring kaca di ambil. Lalu di sendokkan nasi ke atasnya.

"Abang mau lauk apa?" tanya Aisyah, sambil tangannya mendekatkan piring yang berisi nasi kedekat ayam kecap. Aisyah tahu, ayam kecap adalah makanan kesukaan suaminya. Di letakkannya sebelah paha ayam kecap ke atas piring yang sudah berisi nasi. Kemudian piring di dekatkan ke hadapan Fajar.

Akan tetapi, Fajar malah diam saja. Kepala di tundukkannya ke bawah. Wajahnya juga tampak kebingungan. Permintaan sang kekasih tadi siang rasanya sungguh berat untuk di lakukan. Piring berisi nasi di dorongnya menjauh.

Berkerut kening Aisyah melihat respon suaminya malam ini.

"Abang kenapa? Apa Abang mau makan yang lain lain? Aisyah bisa buatkan." Aisyah cemas, takut saja masakannya malam ini tidak sesuai dengan selera suaminya.

Fajar menggeleng lemah. Lalu ia mengangkat wajah, Aisyah yang berdiri di sebelahnya di pandang lama.

"Ada sesuatu yang ingin kusampaikan pada kau," ucap Fajar dengan intonasi dan wajah serius.

"A-Abang mau mau bicara apa? Kalau pun penting,lebih baik kita makan dulu. Takutnya makanannya keburu dingin," balas Aisyah tergagap.

"Aku tidak ada selera makan, sebelum mengatakan ini pada kau. Jadi, tolong kau dengar aku baik-baik!"

Aisyah mengangguk pelan. Kemudian tubuh di hadapkan ke arah Fajar. Bersiap mendengar apa yang akan di sampaikan suaminya.

Fajar menghela nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan.

"Aisyah dengar baik-baik apa yang akan kukatakan ini." Sejenak Fajar menjeda kalimat. Nafas dalam kembali di hela. "Aisyah, dengan terpaksa aku cerai kan kau malam ini," sambung Fajar tanpa memandang wajah Aisyah. Ia tahu jika memandang wajah wanita itu maka ia tidak akan sanggup. Tapi ia harus tetap melakukan ini, karna tidak mungkin selamanya hidup berumah tangga dengan wanita yang tidak di cintainya. Lagian di hatinya hanya ada-Sinta.

Tergugu Aisyah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut suaminya. Lidahnya kelu tak mampu berkata-kata.

"Ta-tapi kenapa?" tanyanya setelah lama raganya mematung.

"Karna ini sudah menjadi keputusanku. Selama ini aku menjaga kau karna ayah kau yang memaksa, kalau tidak aku tidak akan mau jadi suami kau. Kau sudah hancurkan harapanku-"

"Harapan? Harapan apa? Harapan abang yang ingin menikah dengan Sinta?" tanya Aisyah, seperti tahu apa yang ada di dalam kepala suaminya.

Fajar malah diam, sebagai jawaban.

Aisyah menggeleng hebat, sebelah tangan Fajar diraihnya lalu digenggamnya dengan erat.

"Ab-Abang... Aish tidak masalah kalau pun abang mau menikah dengan Sinta. Aish sanggup terima dia sebagai madu Aish, asal jangan ceraikan Aish. Itu saja yang Aish minta sama Abang."

"Tidak bisa. Aku tidak akan bisa belaku adil pada dua orang istri. Lagi pula, apa gunanya kau ada disini? Cinta dan sayang aku tak akan pernah ada untuk kau. Aku harap dengan aku ceraikan kau, akan ada orang yang lebih baik menjaga kau setelah ini."

"Tapi siapa, bang? Siapa yang mau jaga Aish? Aish tidak masalah tentang cinta atau pun sayang. Aish tidak masalah kalau Aish tidak dapat semua itu dari abang, asalkan Aish bisa tinggal di sini dengan abang itu sudah cukup bagi Aish. Aish sayang abang. Walaupun abang selalu pukul Aish pun tidak masalah bagi Aish. Tapi tolong, jangan ceraikan Aish," mohon Aisyah dengan airmata yang telah menganak.

Fajar menggelengkan kepala, tetap dengan keputusannya. Tangan Aisyah di tepiskannya kasar, lalu dia berdiri, melangkah kearah koper yang telah di letakkannya di ruang tamu.

"Aku terpaksa melakukan ini. Sekarang kau pergilah, memohonlah pada siapapun yang sudi menjaga kau selain aku. Kalau kau rasa, tidak kuat hidup sendiri. Kau bisa melacurkan diri. Di sana setiap hari akan ada lelaki yang datang mengunjungi kau," ucap Fajar sinis.

Aisyah menggeleng cepat, lalu mendekati Fajar.

Dia tak sehina itu harus melacurkan diri semata-mata menginginkan lelaki untuk menjaganya.

"Abang, tolonglah. Aish mohon, jangan ceraikan Aish. Abang katakan saja apa yang abang mau dari Aish. Aish akan lakukan untuk abang, asal abang tidak menceraikan Aish." Aisyah terus memohon simpati pria itu.

"Tidak! Kau pergilah sekarang! Pasti ada saja lelaki yang memungut kau nanti. Sudah, sekarang pergilah." Lengan Aisyah di cengkram kuat, lalu di seretnya ke pintu utama. Seketika tubuh wanita itu di dorongnya keluar, hingga Aisyah tersungkur di lantai disusul koper ikut di lempar Fajar keluar.

"Aisyah binti Muhamad Aman Zainudin, mulai malam ini kuceraikan engkau dengan talak tiga," ucap Fajar tanpa memandang wajah Aisyah.

Jatuh berderai air mata Aisyah mendengar lafaz talak yang di jatuhkan pada dirinya.

Kepalanya menggeleng hebat, tidak menerima apa yang terjadi malam ini.

'Ya Allah. Tolong sadarkan aku dari mimpi buruk ini!'

"A-Abang..."

Belum sempat Aisyah mengatakan sesuatu pada lelaki itu, pintu sudah di tutup dengan kasar. Aisyah menggigit bibir menahan tangis agar tidak keluar.

"Ya Allah, apa semua ini ya?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 3

    Rokok yang semakin menipis di hisap untuk terakhir kali kemudian di jentiknya ke sembarang arah. "Aduh!" Aisyah mengibaskan api rokok yang di buang lelaki tadi. Lelaki itu juga tersentak dan menoleh ke sumber suara. Di perhatikannya Aisyah yang tengah mengibaskan pakaian yang terkena puntung rokoknya. 'Eh, perempuan itu kan?' "Tuan. Tuan, anda yang mengantar saya ke pasar sore tadi, kan?" tebak Aisya, sambil menunjuk ke arah pria itu. "Aduh! Bagaimana bisa aku bertemu perempuan sableng ini lagi?" desis pria itu pelan. Kemudian berbalik badan dan melanjutkan lagi langkah pergi dari sana sebelum wanita sableng itu mengganggunya untuk kedua kali. "Eh, tuan. Tunggu." Segera Aisyah berlari mengejar lelaki itu. Lalu lengan lelaku itu di pegangnya, menghalangi agar tidak pergi meninggalkannya.Lelaki itu menepis tangan Aisyah dengan kasar. Dirinya paling anti di sentuh wanita. "Kau mau apa, hah?" bentak lelaki itu. Ia adalah Adriano Lion King--seorang Mafia kelas kakap. Orang-orang m

    Huling Na-update : 2024-06-14
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 4

    Tercengang Aisyah ketika melihat hunian tingkat dua di hadapannya. Di tengah-tengah halaman ada kolam ikan koi dengan air mancur serta beberapa orang sekuriti muda berbadan tegap dengan wajah dingin berdiri di depan pagar. Barisan gigi putih di tunjukkannya pada dua orang sekuriti yang berdiri di samping pagar dengan wajah serius. Aisyah coba melambai tangan pada mereka, namun sedikit pun mereka tidak merespon. 'Kira-kira bagimana tuan ini melatih mereka ya? Berdiri seperti patung. Mata tidak berkedip juga!' Aisyah membatin dalam hati sambil memperhatikan sekuriti itu dari dekat. Tanpa Aisyah sadari, King juga sedang memperhatikannya di pintu utama. ia mendengus kecil melihat tingkah wanita itu. "Woi, sableng! Sini!" panggil King dari tempatnya berdiri. Tangannya di lambaikan kearah wanuta aneh itu. Lagi-lagi Aisyah memamerkan barisan gigi putihnya pada King, lalu menarik koper miliknya menuju pria yang berdiri di depan pintu utama. "Ini rumah kita ya, Bang?" tanya Aisyah denga

    Huling Na-update : 2024-06-14
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 5

    Tidak tenang pikiran Fajar, kala ingat apa yang di lakukannya pada Aisyah beberapa jam yang lalu. Lama pria itu mondar-mandir berjalan ke kiri dan ke kanan di dalam rumahnya, sampai tidak sadar suara adzan subuh sudah berkumandang. Kepalanya tak henti memikirkan apa yang telah di ucapkannya pada Aisyah malam tadi. Fajar tidak yakin dengan keputusannya yang telah menceraikan Aisyah. "Kenapa harus talak tiga? Why Fajar, why?" tanyanya pada diri sendiri. Sofa yang tidak jauh darinya menjadi tempatnya melabuhkan duduk. "Kalau ayahnya tahu tentang ini pasti orang tua itu mengamuk. Bagaimana aku bisa rujuk lagi dengan Aisyah kalau aku sudah ceraikan dia dengan talak tiga? Aduh....bodohnya kau Fajar!" Kedua belah tangannya menepuk-nepuk paha sendiri, menunjukkan kalau dirinya dalam keadaan gelisah dan tidak puas hati. Kemudian tangannya beralih mengacak-ngacak rambut yang semakin kusut. "Ini semua gara-gara, Sinta! Kalau bukan karna desakannya agar aku segera menceraikan Aisyah, p

    Huling Na-update : 2024-06-14
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 6

    Satu persatu anak tangga di lewati King. Rambutnya yang masih basah di keringkan menggunakan handuk, lalu di sangkutkan ke leher. Sekilas King mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu mencari kelibat Aisyah yang tidak terlihat."Tidak mungkin wanita 'sableng' itu sudah minggat dari rumah ini? Eh, tapi kalau dia benar-benar sudah pergi, tentu hidupku aman," desis King pelan."Shen...Aisyah nali?" (Shen Aisyah mana?) tanya King pada Shen, gadis cina yang bekerja sebagai pembantu di rumahnya."Wo janjian ta zai wuwai." (Saya lihat dia berada di luar) jawab Shen.King mengangguk pelan.'Aku kira dia sudah pergi, ternyata masih ada lagi di rumah ini. Sabar....sabar King.'Kemudian King melangkah ke arah pintu utama.Dari tempatnya berdiri sekarang, King melihat Aisyah sedang bermain air mancur di tengah-tengah halaman rumahnya."Sedang apa dia?""Woi!" teriak King lantang hingga membuat Aisyah yang berada di sana tersentak. Untung saja tidak sampai jatuh ke dalam kolam.Segera Aisyah

    Huling Na-update : 2024-08-26
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 7

    Pistol dalam laci diambil dan di simpan ke dalam sarung yang setali dengan ikat pinggang. Jaket kulit yang di pakai di tarik sedikit ke bawah menutup bagian pistol yang tergantung. King juga merapikan sedikit rambutnya sebelum melangkah ke arah pintu.Belum sampai di pintu ia berhenti sejenak. "Kalau perempuan 'sableng' itu melihat aku keluar, pasti dia minta ikut. Aku harus keluar sembunyi-sembunyi. Jangan sampai dia tau aku keluar," gumam King.Perlahan gagang pintu diputar, lalu pinta di buka sedikit. Hanya kepala saja yang di loloskan dari celah pintu yang terbuka. Menoleh kekiri dan kekanan, memastikan Aisyah tidak ada di sana."Line clear!" desisnya. Barulah King mulai melangkah keluar kamar. Lalu berlari menuruni anak tangga menuju pintu utama. Secepat kilat King masuk ke dalam mobil.Bergegas King menghidupkan mesin mobil, takut Aisyah akan mendengar dan melihat ia yang akan pergi."Mak saya di kampung pernah berpesan, biar lambat asal selamat. Tuan mau kemana buru-buru seper

    Huling Na-update : 2024-08-27
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 8

    "So, this my house!" ucap Rayden setelah tiba di depan rumah mewah miliknya. Menganga mukut Aisyah, melihat rumah bertingkat-tingkat di hadapannya sekarang. Sekilas ia melihat mobil truk yang berada di sebelah kanannya. Beberapa drum minyak tersusun dibak truk itu. "Kamu kerja apa?" tanya Aisyah. Pertanyaan itu tiba-tiba saja melintas di kepalanya. "Aku hanya seorang pembisnis kecil-kecilan saja. Ayo, mari masuk. Ada banyak hal yang ingin aku tunjukkan padamu," ajak Rayden. Aisyah mengangguk, lalu seatbelt di bukanya sebelum turun dari mobil. Tiba di luar, Aisyah mengedarkan pandangan melihat-lihat halaman rumah mewah itu. Namun, ia bergelinjak kaget ketika tangannya tiba-tiba di tarik Rayden. Aisyah pun menepiskan kasar tangan itu. "Why?" tanya Rayden heran. "Ngapain kamu pegang-pegang saya? Haram tau! Saya bilang pada King baru tahu kamu!" ancam Aisyah. Rayden terdiam beberapa saat kemudian tertawa. "Kau mau lapor sama siapa? Sama Lion?" tanya Rayden meyakinkan. "Ya

    Huling Na-update : 2024-08-28
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab. 9

    Dering ponsel membuat Fajar tersentak. Ia pun meraih benda pipih itu dan melihat nama pemanggil. "Ayah Man. Mau apa dia menelpon malam-malam begini?" Fajar ragu menjawab panggilan dari ayah Aisyah yang menelponnya. Setelah berpikir sejenak akhirnya tombol hijau di layar di geser juga."As--assalamu'alaikum, Yah. Ada apa telepon Fajar tiba-tiba? Apa ayah ada masalah di kampung?" tanya Fajar berbasa-basi."Hmm, tidak. Ayah baik-baik saja. Ayah hanya ingin tahu kabar kamu dengan Aisyah. Sudah lama juga ayah tidak melihat kalian. Kalian pun sudah lama tidak menjenguk kami di kampung, kan?" tanya ayah Man di sebrang sana.Fajar menggaruk alis, sambil menenangkan diri agar mantan ayah mertuanya tidak curiga. "Bukannya apa Yah. Hanya saja belakangan ini Fajar agak sibuk," balas Fajar memberi alasan."Tidak apa-apa, ayah mengerti kesibukanmu. Tapi kalau ada waktu, jenguk jugalah kami di kampung. Bawa Aisyah sebentar kesini, ayah sudah lama merindukan dia.""Ayah, se-sebenarnya." Fajar takut b

    Huling Na-update : 2024-08-29
  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 10

    Sinta menggeleng melihat Fajar yang sedang melamun. Nafas halus di hembuskan perlahan. Hampir setengah jam mereka berada di cafe ini. Tapi tak ada satu topik pun yang di bicarakan. Hal itu membuat Sinta geram.PraaakMeja di depan di gebrak Sinta kuat Tentu saja hal itu membuat Fajar tersentak. Lamunannya tadi seketika lenyap, matanya kini beralih pada Sinta yang tengah memandangnya dingin."Kamu masih memikirkan istrimu itu?" tanya Sinta ketus."Sayang, aku hanya....""Hanya apa? Ingat, Fajar! Kamu sudah menceraikan dia. Jadi, untuk apa lagi kamu memikirkan dia? Kalau kamu seperti ini terus, lebih baik kita putus!" dengus Sinta. Hatinya semakin panas dengan tingkah laku Fajar akhir-akhir ini. Sudah lima tahun mereka menjalin kasih, dan Sinta masih sanggup menunggu Fajar semata-mata hanya ingin agar melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. "Tidak sayang. Aku mohon, mengertilah dengan kondisiku sekarang ini. Kamu tahukan perceraian ini tidak ada satu pun yang tahu, termasuk Mama d

    Huling Na-update : 2024-08-30

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 37

    Laci meja di tarik, mengeluarkan botol obat penenang yang tersimpan di sana. Sekilas dia menoleh kebelakang, melihat mak Gadis yang duduk di atas kursi dalam ke adaan lemas dengan kedua tangan dan kaki terikat.Nenek peot ini tidak henti-henti mencari masalah denganku. Aku hanya suruh makan saja dia tidak mau. Malah dia menginginkan tangan ini hinggap di wajahnya. Haidin menggerutu dalam hati sebelum mengeluarkan obat berbentuk kapsul dari botol. Hanya tersisa dua butir saja, obat penenang di dalam botol itu."Jack!" serunya kuat dan jelas.Jack yang berada di luar tersentak, segera dia berdiri dan berlari masuk ke dalam ruangan tempat Haidin berada."Ya, bos?""Obatku habis. Nanti kau belikan dua botol lagi," pinta Haidin yang lansung di balas Jack dengan anggukan kepala."Baik, bos.""Dan satu lagi. Kau antarkan barang ini kerumah si kucing anggora itu." Kotak persegi berwarna merah jambu di serahkan pada Jack yang lansung disambut Jack."Pastikan barang itu kau berikan lansung pad

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 36

    Haidin tersenyum sinis, memandang Sinta dan Fajar yang duduk di hadapannya silih berganti. Asap rokok di hembuskan keluar dengan sengaja kewajah mereka berdua membuat Sinta terbatuk karna ulahnya itu. Sesekali dia memperhatikan kawasan di sekitar cafe itu.Nampaknya semua orang tengah sibuk dengan urusan masing-masing. Dapatlah dia berbicara dengan tenang tanpa ada yang mengganggu."Jadi bagaimana?" tanya Fajar memulai pembicaraan setelah cukup lama diam.Haidin tersenyum sinis. Rokok yang hampir habis di padamkan apinya dia dalam asbak yang tersedia di atas meja, kemudian dia menyandarkan punggung ke sandaran kursi yang di dudukinya."Apapun cara yang kalian rencanakan tidak masalah bagiku yang penting kalian harus dapatkan Aisyah dan membawanya padaku. Tapi, kalau kalian gagal, tidak segan-segan aku membunuh kalian berdua," sinisnya, lalu tertawa jahat.Seketika Fajar terdiam. Saliva di teguknya beberapa kali. Berdesir darahnya mendengar ancaman Haidin barusan. Sesekali dia melirik

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 35

    Kaca mata hitam yang di gunakannya di turunkan kebawah agar bisa melihat lebih jelas merk botol kecap yang tersusun dirak. Mengira mana kecap yang di gunakan untuk sushi. "Hoi! Memilih kecap saja lama sekali. Buruan lah, masih banyak yang harus kita kerjakan setelah ini. Kalau mencari kecap saja selama ini, bisa-bisa bos marah nanti," tegur Diko. "Ishk, sabarlah sebentar. Aku tidak tahu mana kecap yang biasa di gunakan orang untuk makan sushi. Di sini semua kecap ada, kecap asin, kecap manis, kecap ABC seperti dalam iklan TV pun ada. Aku harus ambil yang mana? Memang kau tahu?" "Masalahnya kita sudah lama di sini. Dari tadi aku menunggu kau mencari kecap. Aku bosan, tahu. Aku ajak ke toko khusus menjual bahan untuk sushi kau tidak mau. Takut tidak halallah, takut inilah, takut itulah! Ambil saja apa susahnya sih? Kita tidak repot seperti ini," gerutu Diko. "Astaghfirullahalazim, lahaula wala quwwata illa billahil aliyil adzim, Diko!" Diki mengucap panjang sambil menggelengkan kepa

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 34

    Papan putih bertuliskan DIJUAL HUBUNGI HAIRUL. HP. 0888.888.88.88, di gantungnya di depan pintu masuk. Keluhan kecil keluar dari hidungnya. Semakin sayu saja wajahnya memandang restoran miliknya yang akan di jual. "Mau bagimana lagi? Hanya ini saja jalan yang aku punya untuk melunaskan semua tunggakan hutang-hutangku," gumamnya pelan. Sudut bibir di tarik, memaksa untuk tersenyum sebelum dia melangkah meninggalkan tempat itu. "Hairul!" Sapaan seseorang menghentikan langkah pria itu. Dia pun menoleh kebelakang melihat King dan dua orang anak buahnya yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Senyum lebar di ukir Hairul, terpaksa. "Tuan Lion? Apa yang tuan lakukan di sini?" tanyanya, sambil memperhatikan lokasi sekeliling yang sesak dengan orang-orang yang lalu lalang. Di sekitar tempat itu. "Kenapa? Apa aku tidak boleh bertemu dengan kau?" "Eh maksud saya bukan begitu, tuan. Hari ini kan tidak ada kelas mengaji, jadi saya heran saja kenapa tuan tiba-tiba ada disini?" King mengulas

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 33

    Gelas berisi wine di angkat dan diadunya, sebelum di teguk mereka. Tenggorokan terasa panas, setelah meneguk gelas berisi minuman haram itu untuk kesekian kalinya, di susul gelak tawa dari dua orang yang duduk bersama Rayden. "Tidak kusangka, kau berubah jadi perempuan semata-mata hanya ingin membujuk si Lion. Apa kau tidak takut, Ray?" tanya Shoun, pria keturunan chaines. "Itulah yang aku heran? Aku rasa masih banyak cara lain yang bisa kau lakukan, Re. Tapi kenapa malah jalan ini yang kau pilih? Memangnya kau tidak takut si Lion menghajar kau? Kalau aku mending tidak punya urusan dengan dia." Ejim ikut menyela. Rayden malah tersenyum sinis. Gelas kaca yang masih di tangan di letakkan di atas meja, kemudian tangannya beralih memeluk pinggang wanita yang duduk di sampingnya. "Mau bagaimana lagi? Aku tidak mempunyai ide lain. Hanya itu saja ide yang terlintas di dalam kepalaku saat itu. Lagian semua itu aku lakukan karna aku tidak ingin casino ini tutup. Aku tahu wanita kampung itu

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 32

    Hari berganti pagi, satu persatu anak tangga di lewatinya menuju ke arah dapur. Senyum di bibirnya merekah saat melihat punggung Aisyah yang sedang memotong sayur. Pintu kulkas di bukanya mengambil sebotol air mineral yang berada di sana, lalu di teguknya pelan tanpa melepaskan pandangan dari wanita di depannya. "Aish, boleh tidak aku pergi ke rumah Rayden?" Tangan Aisyah yang tadinya lincah memotong sayur terhenti. Dia berbalik badan menghadap pada King, membuat King terpaku beberapa saat melihat tatapan istrinya yang tidak bersahabat. Eh, kenapa wajahnya berubah seperti itu? Barisan gigi putih di pamerkan King. Botol air mineral tadi juga di masukkan kembali ke dalam kulkas, kemudian dia melangkah mendekati Aisyah. "Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak pergi sendirian. Ada Diko dan Diki yang menemankan," ujarnya memberi pengertian. "Untuk apa lagi kamu pergi ke rumah si Rayden alias si Lira itu? Kamu sudah tahu kan dia itu suka sama kamu? Kalau di sana dia melakukan hal macam

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 31

    Sepiring nasi dengan lauk ikan goreng di letakkan diatas paha mak Gadis. Satu kursi di tariknya ke hadapan wanita itu dan melabuhkan duduk di sana. Kepalanya menoleh ke arah Jack yang berdiri di samping pintu. Memberi kode pada anak buahnya itu untuk membuka ikatan tali pada tangan wanita di hadapannya. Pergelangan tangan yang terasa gatal di garuk mak Gadis setelah ikatan pada tangannya terlepas. Haidin menyeringai. "Makanlah!" tawarnya dengan mengangkat dagu memandang mak Gadis. Mak gadis malah memutar bola mata. Jijik dengan pria di depannya ini. Piring berisi nasi diatas pahanya tidak di sentuh. Lebih baik dia kelaparan dari pada memakan makanan deri pria gila di depannya ini. "Kenapa tidak mau makan? Kau takut aku memberi racun dalam makanan itu?" sinis Haidin. Mak Gadis mendengus kasar. "Walau kau campur racun sekalipun, tidak masalah bagiku. Lebih baik aku mati kelaparan dari pada makan makanan yang kau berikan!" Haidin malah tertawa kecil. Kepala di gelengkan berkali-kal

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 30

    Aisyah mengeluh kecil. Duduk diatas sofa sambil menopang dagu, menunggu King yang juga belum pulang. Terkadang dia menoleh pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 5 sore."Bilangnya mau pulang jam satu, sekarang sudah jam lima masih juga belum kelihatan batang hidungnya. Jelas sekali dia mau membodoh-bodohi aku! Ishk, benci aku kalau seperti ini!" gerutunya sendiri. Kedua belah tangan di lipat ke dada dan kaki kirinya di silangkan diatas paha kanan.Ponsel diatas meja di pandangnya lama.Telpon tidak ya? Hmm, siapa tahu saja dia mau jawab telpon aku kan? Ya, sudah telpon saja deh. Lantas ponsel itu di raihnya, mencari nomor King dan menelponnya. Tapi sayangnya panggilannya tersebut tidak di jawab sama sekali oleh King.Aisyah semakin mendengus geram. Dia mengulang panggilan untuk kedua kalinya. Namun masih sama. Tidak ada jawaban."Iiiiih! Dia ini! Aku sudah telepon tapi tidak juga di jawabnya! Bagaimana aku tidak berpikir yang bukan-bukan! Siapa sangka dia sedang jalan sama wa

  • Gairah Janda Perawan Sang Mafia   Bab 29

    King mulai cemas. Semua kantong celana di periksanya mencari kotak cincin yang baru saja di belinya. Dia juga menunduk mencari benda itu. Siapa tahu jatuh, kan? Namun, tetap tidak ada."Wanita tadi. Ya, pasti dia yang mengambilnya! Kurang ajar!" gumamnya geram. Kepalanya berputar memandang ke sekeliling mencari kelibat wanita tadi."Aku di sini?"Terdengar suara wanita tadi. Lantas King segera berbalik badan ke belakang.Wanita itu tersenyum sinis sambil menunjukkan kotak cincin yang berada di tangannya."Kembalikan cincinku itu!" teriak King, keras dan tegas.Akantetapi wanita itu malah menggelengkan kepala dan tertawa di buat-buat. "Kemarilah, kejar aku kalau kamu mau cincin ini," ucapnya sambil menjulurkan lidah.Habis sudah kesabaran King pada wanita itu. Kedua tangan terkepal kuat, hanya menunggu waktu untuk melepaskan. Namun, dia masih mencoba meredam amarahnya. Perlahan dia mulai berjalan mendekati wanita itu."Sorry, kamu lambat!" sinisnya, kemudian berlari ke arah gang lain.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status