Share

Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan
Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan
Penulis: Sang_Dewi

Chapter 1.

"Ke mana sih, kenapa Adnan belum juga datang," ucap Naura sesekali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sebal menunggu sang tunangan yang tak kunjung datang.

Padahal Adnan sendiri yang meminta dia untuk ketemuan di sebuah cafe. Tapi lama menunggu pemuda tampan itu tak kunjung menampakan batang hidungnya.

"Kalau tau gini aku juga nggak mau datang! Percuma kan, cuma buang-buang waktu. Aku juga jadi terlambat berangkat ke kampus!" Dengan kesal Naura beranjak dari tempat duduknya untuk pergi.

Namun sial. Dirinya yang berjalan tanpa memandang ke depan tak sengaja menabrak seseorang bertubuh besar yang membuat dia sedikit terpental ke belakang.

"Eh, aduh!"

Pria berusia sekitar 30 tahun itu tak juga melepas ponsel di telinganya sambil menelepon seseorang dan itu membuat Naura semakin kesal.

"Astagfirullah! Pelan-pelan bisa nggak kalau jalan?" Tapi pria itu tak perduli dengan ucapan itu, dia terus saja berjalan ke depan.

Merasa tidak dihiraukan, Naura kembali mengejarnya. "Hei, aku bicara denganmu! Kamu bisa pelan nggak kalau jalan?"

Pria itu berhenti dan memicingkan matanya ke arah Naura.

"Siapa kau?"

"Aku? Kamu nggak perlu tau siapa aku! Minta maaf atau ..."

"Atau apa?"

Pria itu maju mendekat, membuat Naura semakin mundur. Tatap matanya yang tajam membuat Naura seketika menundukkan pandangannya.

"Menyebalkan!" ucap si gadis bercadar sambil berlalu pergi karena tak ingin terlibat masalah lebih lanjut.

Sesampainya di kampus, dia disambut oleh temannya.

"Naura, kau baru sampai? Astaga udah jam berapa ini?" pekik gadis berambut pirang yang berteman sejak mereka baru masuk kuliah dulu.

“Aku menunggu Adnan datang. Dia sendiri yang memintaku bertemu di cafe, tapi ternyata….” Raut wajah kekecewaan Naura tunjukkan pada Natasya.

"Adnan tunanganmu itu? Astaga, ke mana dia? Kenapa tidak datang?" Gadis blasteran dengan rambut pirang itu tampak ikut kesal. Naura hanya mengangkat bahunya sebal.

"Oh iya, Naura. Kau ikut aku ke rumah, yah. Aku punya sesuatu untukmu."

"Kenapa nggak di sini aja? Kenapa harus ke rumahmu?"

"Barang itu aku tinggal di rumah, udah, kau ikut aja."

* * *

"Aku nggak mau tau, wanita itu harus cantik. Putih, tinggi, seksi dan yang paling penting dia belum pernah tersentuh!"

Sepulang dari café, Sean begitu serius berbicara dengan seseorang di sebrang sana. Dirinya yang merupakan pecinta wanita seksi merasa kesal karena wanita panggilan yang akan menemaninya malam ini belum juga dia dapatkan.

"Apa? Stok gadis orisinil sudah habis? Gila! Kalian menawarkanku barang bekas? Sial! Beraninya kalian!" umpatnya kesal ketika mendapatkan jawaban yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

"Awas aja! Kalau dalam 20 menit pesananku belum juga kau siapkan, akan kuhancurkan tempat bisnis kalian!"

Pria bertubuh gagah itu lalu mematikan ponselnya dan melonggarkan dasi yang sedikit mencekiknya. Meskipun ruangan ber AC di dalam rumah sebesar itu, tapi entah kenapa dia seperti cacing yang kepanasan. Apalagi kalau bukan karena membutuhkan belaian seorang wanita.

Kesal membuat dia merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil menyenderkan kepalanya. Melihat langit-langit ruangan yang terdapat sebuah lampu gantung yang begitu indah terbuat dari kristal.

"Sial! Bisa-bisanya mereka mempermainkanku!"

Tiba-tiba seseorang memanggilnya dari depan. "Hai, Kak. Kau sudah pulang?"

"Hem," jawab Sean singkat tanpa menoleh pada sang adik sepupu.

"Kak, perkenalkan. Dia temanku, Naura!"

Mulanya, pria itu begitu tak acuh. Namun, ketika mendengar wanita bernama Naura itu berbicara, ia segera mengangkat kepala.

"Selamat siang, Kak." Gadis itu terlihat terkejut, “Kamu….”

Begitu pun dengan Sean. "Kau ..., untuk apa kau datang kemari?"

Natasya seketika dibuat bingung oleh mereka yang tiba-tiba saja beradu argumen. Wajah mereka berdua tampak kesal satu sama lain.

"Tunggu, tunggu! Ada apa ini? Jadi, kalian sudah saling mengenal? Astaga."

Dengan suasana hati yang memburuk, Naura buru-buru menggandeng Natasya menjauhi pria itu.

“Bukankah kamu bilang punya sesuatu untukku? Mana atau aku pulang sekarang."

"Eh, tunggu tunggu! Astaga segitunya kau ..., ya sudah, ikut aku sekarang!"

Di dalam kamar, Natasya mengambil sesuatu dari dalam lemari dan memberikannya pada Naura. "Pakai ini."

Naura memicingkan matanya.

"Baju? Untuk apa kamu memberi aku baju?"

"Sebenarnya aku beli untukku sendiri. Aku tertarik dengan penampilanmu! Tapi ternyata baju itu tidak cocok untukku. Pakailah."

Merasa aman karena hanya mereka berdua, Naura mulai membuka cadarnya dan membuka hijab. Kini tampak dirinya dengan rambut panjang berwarna hitam pekat menjuntai ke belakang.

Tanpa mereka sadari, Sean melintas dan tak sengaja menoleh pada celah pintu yang belum tertutup sempurna. Sean menghentikan langkahnya seketika seolah ada yang membius pandangannya.

Kring!

Kring!

Dering ponsel yang secara tiba-tiba membuat Sean segera mengalihkan agar tidak didengar oleh kedua wanita di dalam sana. Dari kejauhan Sean mengangkat ponselnya.

"Maaf, Tuan. Saya sudah menemukan wanita yang cocok untuk anda," ucap salah satu pelayan club malam yang sempat dia ancam. Tapi sepertinya Sean mendadak tak berselera.

"Batalkan saja semuanya. Aku sudah tidak berminat! Pastikan saja lain kali kau bisa lebih sigap.”

"Baik, Tuan."

Sean duduk termenung sendiri di sebuah ayunan yang terbuat dari besi di taman belakang rumah. Pandangannya menerawang ke depan di mana wanita bercadar itu tersenyum sambil berputar di depan cermin, menempelkan baju yang diberikan Tasya ke tubuh yang masih tertutup busana muslimnya.

Pesona wanita itu berhasil membuat dia tersenyum sendiri sampai Sean merasa heran dirinya seperti orang gila. Banyak wanita yang sudah menemani hari-harinya tapi tak ada satu pun yang berhasil menyentuh hatinya, terkecuali wanita yang satu ini.

Manik mata hitam dengan bulu mata lentik saat wanita itu memandang berbeda dengan tatapan wanita pada umumnya walaupun pandangan itu sangat singkat.

"Astaga, mungkin aku sudah gila. Mana bisa aku seperti ini! Aku siapa dan dia ..." Sean berbicara sendiri.

“Dor!”

Tiba-tiba Tasya menggedor-nya dari belakang yang membuat dirinya terperanjat kaget. Gadis itu tertawa melihat kakak sepupunya yang melonjak salah tingkah.

"Tasya, apa-apaan kau ini! Bagaimana kalau aku terkena serangan jantung?" Lagi-lagi Natasya tertawa karena merasa ucapan sepupunya itu lucu.

"Apa? Serangan jantung? Astaga, Kak. Mana mungkin orang segagah Kakak ini terkena serangan jantung. Kau ini ada-ada saja." Tapi Sean tidak tersenyum sama sekali yang membuat Natasya penasaran.

"Kakak kenapa? Sepertinya ada yang sedang kau pikirkan?"

"Ah, itu hanya perasaanmu," pekik Sean sambil melengos ke samping.

Tasya memicingkan matanya. "Oh, aku tau. Kau pasti belum menemukan partner ranjangmu, kan? Oleh karena itu, menikahlah! Kau ini sudah cukup umur. Kau kaya raya, lalu tunggu apa lagi, Kak?"

"Atau jangan-jangan kau ..."

BERSAMBUNG.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status