Share

Chapter 7.

Penulis: Sang_Dewi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-11 13:00:49

"Halo, siapa ini?"

"Sayang, ini aku Adnan." Suara Adnan dari sambungan telepon.

"Adnan, kamu pakai nomer baru?"

"Iya, Sayang. Hari ini aku mulai kerja, tolong doakan aku supaya pekerjaanku lancar."

Sedikit lega perasaan Naura setelah mendengar suara orang terkasih walau setelah ini dia kembali harus dihadapkan dengan pil pahit mengenai keluarganya.

"Pasti, aku pasti mendoakan yang terbaik untuk kamu. Kamu hati-hati dalam bekerja yah."

"Terima kasih, sekarang aku sudah sampai di tempat kerja. Nanti aku hubungi lagi saat jam istirahat."

Pria tampan ini berdiri dan menatap bangunan tinggi sebuah hotel tempat dia bekerja. Dengan penuh keyakinan Adnan melangkahkan kakinya masuk dan mulai kerja dengan beberapa temannya.

Mengenakan seragam cleaning service sambil membawa sapu dan beberapa alat pembersih hotel.

"Permisi, Mas Adnan. Tolong buatkan teh hangat untuk Mommy Jihan, bawa teh itu ke ruang kerjanya." ucap salah satu pelayan wanita.

"Baik, Mba."

Dalam sekejap secangkir teh hangat siap disajikan Adnan mengantar ke ruangan Jihan.

Tok! Tok!

"Permisi."

"Masuk," jawab seorang wanita bersuara serak basah di dalam.

"Permisi, Nyonya. Saya mengantarkan teh hangat untuk Nyonya."

"Terima kasih," ucapnya sambil menerima secangkir teh tersebut dan menyeruputnya. Tatapan mata yang membelalak tersamarkan dengan hembusan asap hangat dari teh membuat wajah putih itu kian terlihat memerah.

"Kamu pegawai baru di sini?"

"Iya, Nyonya. Saya Adnan, cleaning service baru di sini."

"Oh, Adnan. Nama yang bagus."

Wanita berambut pirang mengombak yang memakai atasan blouse berwarna putih, berbelahan dada rendah itu bangun dari duduknya dan menghampiri Adnan dengan langkah manjanya.

"Kalau begitu panggil saya, Mommy. Saya pemilik hotel ini dan semua karyawan memanggilku dengan sebutan, Mommy."

Suara lembut yang mengalun indah tepat di telinga sampai nafas hangatnya kian terasa yang membuat Adnan kesulitan menelan salivanya sendiri.

"Oh, ba_baik, Mo_Mommy."

"Saya bisa kasih kamu bonus besar kalau kinerja kamu bagus di sini, apa kau senang bekerja di sini?" Adnan mengangguk.

"Bagus, jadi selamat bekerja. Kamu boleh melanjutkan tugasmu. Adnan."

"Terima kasih, Mo_Mommy. Sa_saya permisi."

Langkah seribu Adnan ambil dengan dada yang berdebar hebat. Pasalnya baru kali ini dia didekati wanita dengan penampilan terbuka.

"Astagfirullah hal adzim! Ingat Naura, Adnan. Kamu di sini untuk bekerja, jadi kamu harus fokus bekerja," gumamnya dalam hati.

Semua temannya memandang berbeda saat Adnan kembali membaur dengan raut wajahnya yang gugup. Bahkan salah satu dari mereka menggeleng seolah tau apa yang baru saja terjadi.

"Kamu kenapa, Nan?" tanya Nino penasaran.

"Hem? Aku? Aku nggak apa-apa."

"Yakin? Jangan bohong." Nino lalu mendekatinya.

"Beruntung kalau bisa mendapatkan wanita seksi seperti Mommy Jihan. Dia janda kesepian." Adnan terperanjat kaget.

Sepertinya teman yang satu ini sudah tau banyak tentang atasannya itu. Nino memang sudah lama bekerja di hotel ini bahkan semua pelayan sudah mengenal siapa dirinya.

"Ja_janda?"

"Iya janda. Andai dia mau sama aku, aku tentu mau. Tapi ya ..."

"Ah sudahlah, kita lupakan saja masalah ini."

Sampai tiba waktunya pulang kerja Adnan kembali menelepon Naura. Namun wanita muslimah itu tak mendengar ponselnya berbunyi.

Melihat ponsel anaknya berdering, bu Ningrum mengambil lalu mengangkatnya.

"Halo, siapa ini?"

"Tante ini aku, Adnan."

"Nak Adnan."

"Iya aku Adnan, Tante. Maaf Nauranya ada?" Belum sempat bu Ningrum menjawab, Adnan memicingkan matanya saat mendengar suara monitor yang membuat dia bertanya-tanya.

"Naura, ada. Dia sedang mengaji, Adnan."

"Mengaji? Tante apa semuanya baik-baik saja?" Perasannya mendadak tak enak.

"Kami baik-baik saja, Nak. Tapi Om Danu harus dirawat di rumah sakit."

Degh!

"Apa? Om Danu sakit? Astagfirullah hal adzim, jadi sekarang Tante ada di rumah sakit?"

"Iya, Tante dan Naura sedang menemani Om Danu di rumah sakit."

"Kalau begitu aku ke sana sekarang, Tante." Padahal Naura berniat untuk tidak memberitahu pada tunangannya ini tapi ternyata Adnan tau dari bu Ningrum.

Membawa parcel buah-buahan segar Adnan membesuk calon mertuanya yang kini masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Suara lantunan ayat suci Al-Quran yang Naura bacakan seakan membuatnya tenang sampai pak Danu enggan untuk membuka matanya.

Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," jawab bu Ningrum dan Naura serentak.

"Adnan, kamu tau dari mana kalau kita di sini?" Naura segera bangun dari duduknya sebelum pembicaraan mereka didengar oleh ayahnya.

Wanita muslimah itu membawa Adnan sedikit menjauh dan bicara di depan kamar rawat.

"Kamu tau dari mana kalau aku ada di sini?"

"Ibu kamu yang cerita. Kenapa kamu tidak bilang padaku tentang semua ini? Kamu sendiri yang bilang kalau kita harus terbuka." Naura hanya merasa akan manjadi beban jika Adnan tau yang sesungguhnya.

Tapi dia tak punya cara lain selain membawa tunangannya itu masuk ke dalam masalahnya, Naura lalu bercerita.

"Astagfirullah hal adzim," ucap Adnan sambil mengusap wajahnya kasar.

"Kalau begitu kita harus segera melakukan operasi, Sayang. Aku takut terjadi sesuatu pada Ayah kamu."

"Tapi uang dari mana untuk biaya operasi itu, Adnan?" Adnan berfikir sejenak, mendadak pikirannya mengarah pada seseorang yang bisa membantunya.

"Kamu jangan khawatir, soal biaya aku pasti bisa mendapatkannya."

BERSAMBUNG.

Bab terkait

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 8.

    "Kamu serius? Nggak, aku nggak mau membebani kamu, Nan."Adnan jongkok di depan Naura sembari memandang lekat wanita yang dia sayang. "Kamu percaya padaku, orang tuamu sudah seperti orang tuaku sendiri. Apapun yang terjadi kita akan lalui bersama-sama."Mendadak Naura seperti punya kekuatan setelah mendapat dukungan dari kekasihnya. Sesekali dia menoleh ke atas menahan bulir bening yang sudah di pelupuk matanya."Makasih, Nan. Aku nggak tau musti ngomong apa sama kamu.""Sudah, lebih baik kita temui dokter dan bilang padanya untuk segera melakukan operasi pemasangan ring." Naura mengangguk yakin.Tanpa mereka sadari bu Ningrum menguping di balik pintu dan mendengar semua obrolan mereka. Betapa terharunya dia mendengar ucapan calon menantunya yang begitu tulus.Tak salah bu Ningrum dan pak Danu memilihkan jodoh untuk putrinya."Syukurlah, akhirnya kalian menentukan pilihan. Baik, kalau Mba dan Mas setuju, silahkan isi for

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 9.

    Sebuah foto kebersamaan Adnan dengan wanita yang baru saja terjadi tadi sore terkirim ke ponsel milik Naura. Entah siapa pengirimnya, hanya tertera nomer baru dari si pengirim.Darah Naura mendidih seketika dengan emosi yang memuncak, bagaimana bisa calon suami yang dia percaya ternyata tega melakukan itu di belakangnya."Apa ini? Jadi begini cara kamu mencari uang untuk Ayah, hah?" ucapnya dengan dada bergemuruh. Adnan tidak mengerti apa yang dikatakan oleh calon istrinya kenapa tiba-tiba ekspresinya berubah.Plak!Amplop coklat tersebut Naura hempaskan secara kasar di tangan Adnan sambil berlalu pergi."Naura, apa maksud kamu?" Adnan berusaha mengejar Naura yang kini pergi sambil menitikkan air mata."Aku nggak sudi menerima uang haram darimu, Adnan. Lepas!""Uang haram apa? Aku nggak ngerti maksud kamu." "Lihat ini?" Foto tersebut Naura tunjukan pada Adnan yang membuat matanya membelalak sempurna."

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 10.

    "Turun!"Natasya yang kini duduk di ruang tamu sembari membaca buku melihat samar-samar temannya datang dari balik tirai transparan. Untuk memastikan apakah itu benar-benar Naura atau bukan, Natasya keluar menemuinya."Naura.""Sya ..." Seketika Naura menangis dalam pelukan temannya."Astaga, ada apa, Nau? Masuk masuk!" Wanita berambut pirang itu membawa Naura ke dalam kamarnya."Hei, ada apa? Kenapa kau menangis? Coba cerita padaku?" Tapi Naura hanya diam. Natasya mengira kalau sepupunya itu yang telah membuat temannya menangis, gadis itu keluar kamar dan menemui Sean yang kini duduk sambil menyilangkan satu kakinya."Kak, apa yang terjadi pada Naura? Kenapa dia seperti itu? Sean hanya menghela nafas kasar tanpa menjawab."Kak, kau tidak bisa seperti ini. Kau apakan Naura?""Apa kau sudah gila? Kau bisa tanyakan langsung padanya!"Degh!Dengan langkah cepat Natasya kembali masuk untuk menenang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 11.

    "Apa sih!""Nau, aku minta maaf. Sungguh aku nggak kenal siapa dia, dia cuma tamu hotel." Tapi tidak semudah itu membujuk Naura untuk percaya."Kamu pikir aku percaya? Semua laki-laki itu sama, dia hanya bisa mempermainkan perasaan perempuan, termasuk kamu!""Astaghfirullah hal adzim! Aku tidak seperti itu! Kamu percaya sama aku."Kepala Natasya terasa pusing menyaksikan kedua temannya berdebat di hadapannya, namun ikut campur pun serasa bukan wewenang dia karena urusan pribadi pasangan yang sudah bertunangan.Melihat keributan yang terjadi di luar bu Mima penasaran, dia keluar untuk melihat apa yang terjadi dengan anak dan calon menantunya."Ada apa ini? Kenapa kalian berantem seperti ini?" Naura sudah tak bisa lagi bersandiwara di depan calon mertuanya.Wajahnya memerah menahan air mata yang hampir terjatuh tapi tetap dia tahan agar terlihat kuat di depan calon mertuanya.Tapi Adnan justru yang bicara. "Ibu, e

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 12.

    "Siapa kamu? Aku tidak punya urusan dengan kamu!""Euh!" Tanpa menjawab siapa dirinya Sean menghempas tangan juragan Sastra dengan kasar."Kurang ajar! Hiiatt!" Namun mudah bagi Sean untuk menaklukkan juragan culas ini. Hanya menggunakan satu tangan saja, tubuhnya yang gagah mampu meraih kepalan tangan itu lalu memutarnya hingga kini posisi juragan Sastra berada dalam dekapannya.Naura bergidik ngeri melihat gerakan Sean yang spontan tapi tepat sasaran."Pergi, atau ku habisi kau sekarang juga?" Bisiknya di telinga juragan Sastra yang membuat dia kaget.Melihat bosnya ditikam oleh Sean, anak buah juragan Sastra berlari menyerang."Hiiaaattt!"Bugh!Satu tendangan dari kaki yang panjang membuat anak buah itu terpental sembari memegangi dadanya yang terasa sakit."Pergi kau dari sini!" ucap Sean sembari mendorong juragan Sastra lepas dari dekapannya. Juragan Sastra terhuyung sambil mengusap kepalan tangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 13.

    "Selamat pagi, Nona Naura.""Pagi, kamu ..., kamu teman kakaknya Natasya kan?" Jhoni tersenyum."Lebih tepatnya saya anak buah Tuan Sean, Nona.""Tuan Sean? Jadi kamu memanggil dia Tuan Sean?""Iya, Nona. Saya ditugaskan Tuan untuk menjemput Nona di sini dan memastikan Nona selamat sampai kampus.""Tapi aku bisa berangkat sendiri.""Please, Nona. Jangan membuat Tuan Sean marah padaku."Naura berfikir sesaat. Tak ingin anak buahnya itu mendapat hukuman, Naura akhirnya mau berangkat dengan Jhoni. Jhoni membukakan pintu mobil selayaknya majikan sendiri.Di dalam mobil mereka hanya diam sembari Naura mencari pokok pembahasan di antara mereka berdua."Oh iya, saya mau tanya sama kamu. Kenapa Tuan kamu itu begitu dingin?" Jhoni tersenyum sebelum menjawab."Sudah karakter Tuan Sean, Nona. Tapi Tuan Sean orang yang baik.""Orang baik?" Naura berfikir baik dari mana dia lupa kalau kemaren baru

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 14.

    Rupanya wanita itu yang sudah Sean sediakan untuk menemaninya berlayar seperti setiap yang sudah-sudah dia lakukan. Sean menyuruh anak buahnya untuk menyediakan wanita seksi."Sial! Hari ini aku tidak berselera," ucapnya sambil mendorong wanita yang sudah melorot tali bra-nya. Wanita itu terjengkang sambil membenarkan atasan busananya yang sempat terbuka.Merasa tidak dibutuhkan, wanita itu pergi dari hadapan Sean.Dia lebih memilih untuk sendiri dan menemui Bertha guna membahas soal pekerjaan.Sampai tiba di suatu pulau Sean disambut oleh beberapa mobil yang terparkir di tepi pantai. Tampak seorang pria memakai setelan jas berwarna putih lengkap dengan topi pork pie dikawal oleh beberapa anak buahnya."Selamat datang, Tuan Sean Alexander. Senang bertemu dengan Anda di sini.""Selamat siang, Tuan Gultaf. Apa kabar?""Ya, seperti yang anda lihat kali ini." Walau sudah berusia setengah abad tapi pengusaha itu terlihat mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 15.

    "Terima kasih untuk makan malamnya, Tuan Gultaf.""Tidak perlu berterima kasih, Tuan. Kami senang, Tuan Sean bisa mampir ke sini."Dan ketika Sean hendak masuk ke dalam mobil, tak sengaja matanya memandang ke atas pada tingkat lantai utama rumah tuan Gultaf, Helena berdiri sambil memandang dengan senyum kecilnya. Tapi Sean tidak tertarik sama sekali dengan senyum itu, dia justru bergegas masuk dan menyusun Jhoni untuk segera pergi.Sempat terpikir di dalam perjalanan namun fokusnya dia kembalikan pada si gadis bercadar.* * * "Hufh! Aku bosan sekali. Kemana, Kak Sean. Kenapa dia pergi tanpa memberitahu aku."Klenting!Natasya yang sendirian di meja makan merasa kesepian tanpa ada yang menemani sarapan seperti hari-hari biasanya. Pisau kecil bekas iris roti dia banting kena piring hingga menimbulkan suara.Saat itu juga Hilda si pelayan melintas sembari membawa tumpukan baju kotor yang hendak di cuci."

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14

Bab terbaru

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 111.

    Tuan Gultaf mengambil ponsel milik Sean yang tersimpan di saku celananya. "Bawa dia masuk ke dalam. Helena, kau bersiaplah." Dua memerintah kedua anak buahnya untuk mengangkat Sean yang sudah tidak berdaya membawanya ke dalam kamar.Sementara Helena masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti baju yang dia kenakan menjadi baju tidur berbahan satin tipis berwarna hitam.Tuan George bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh tuan Gultaf dengan ponsel milik putranya yang kini sedang dimainkan olehnya sambil menjauh."Apa yang sedang anda lakukan dengan ponsel anakku?" Dia memberanikan diri untuk bertanya.Tuan Gultaf justru menyerkitkan bibirnya. "Menyuruh Nyonya Alexander untuk datang kemari.""Apa?""Kenapa? Kau keberatan?""Tapi itu tidak ada dalam kesepakatan kita."Semula memang tuan George ingin memisahkan Sean dari Naura tapi entah mengapa sekarang hatinya berkata lain. Dia seperti tidak rela jika tuan Gultaf menyakiti Naura.Namun semua itu sia-sia, Naura bergegas kemari setelah t

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 110

    "Atau jangan-jangan kau belum bisa move one darinya?" Naura dibuat salah tingkah oleh ucapan Sean. "Apa maksud kamu? Aku bukan berniat untuk mengingat Adnan lagi tapi ..., tapi wanita itu_" ucapannya itu seperti tercekat di tenggorokan. Sean semakin penasaran. "Wanita? Siapa yang kau maksudkan?" Sambil menahan sebak di dada Naura berusaha mengatakan semuanya pada Sean. "Tadi ada seorang wanita datang ke sini dan mengatakan kalau kamu ada hubungannya dengan foto Adnan dan seorang wanita di hotel waktu itu. Tapi aku tidak tau siapa namanya." Sean menyerkitkan bibirnya. Rupanya masih ada yang ingin bermain-main dengannya. Dia berusaha mendekati Naura dengan halus, berharap tidak ada perlawanan lagi darinya. "Baby kau dengar. Banyak sekali orang di luaran sana yang berusaha menjatuhkan kita. Jadi aku harap kau jangan mudah percaya dengannya." Naura sadar kalau masa l

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 109.

    "Mencari aku? Untuk apa kamu mencari aku?"Kate kembali menyunggingkan senyumnya. "Kau memang bodoh! Bisa-bisanya kau tertipu oleh suamimu sendiri."Degh!"Apa maksud kamu?" Perasaan Naura semakin tidak enak. Wajahnya seketika memucat dengan nafas memburu karena merasa wanita ini tau banyak tentang Sean."Asal kau tau! Demi mendapatkan-mu Sean rela melakukan apa saja, termasuk menuduh kekasihmu itu.""Kekasihku?" Pikiran Naura mengingat kembali kekasih siapa yang Kate maksudkan. Sedang dia hanya punya satu mantan kekasih yaitu Adnan."Iya, kekasihmu yang sudah mati itu!"Tidak salah lagi, yang Kate maksudkan adalah si Adnan. "Adnan, me_memang apa yang sudah Sean lakukan pada Adnan?" Suara Naura bergetar. "Kau ini benar-benar bodoh! Coba kau pikir secara logika apa mungkin kekasihmu itu melakukan itu dengan wanita lain?" Jauh dari lubuk hati Naura memang dia menolak kenyataan itu karena dia tau bagaimana sifat A

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 108.

    Pagi hari Sean yang masih menutup matanya sambil tengkurap menggerayangi tempat tidur mencari istrinya, tapi Naura tidak ada di sampingnya.Penasaran apa yang sedang dilakukan oleh istrinya Sean pun membuka matanya dan segera beranjak turun.Dia mengendus, menghirup bau masakan yang tidak pernah terhirup di pagi harim"Hem, wangi sekali masakan ini."Dalam hatinya sudah menebak-nebak kalau yang masak di dapur adalah Naura. Walau Sean suka dengan aroma masakan itu tetapi dia mengerutkan keningnya.Dia tidak pernah mengizinkan orang yang disayang terjun langsung ke dapur dan mempercayakan pada kedua asisten rumah tangganya yakni Hilda dan Yusa.Sean turun. "Pagi, Honey," sapa Naura sambil tangannya tak berhenti memegang pekerjaan dapur."Sedang apa kau di sini?""Bikin nasi goreng! Kamu pasti suka nasi goreng buatanku.""Nasi goreng?" Rasanya nama itu tidak asing bagi Sean tapi dia belum pernah memakannya

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 107.

    "Kalian berdua sudah siap?""Tunggu sebentar, Honey." Naura berdiri sesaat melihat bangunan tua rumahnya. Rumah sederhana itu penuh dengan kenangan bersama sang ayah yang telah lama tiada. Hari ini dia harus ikut Sean ke kota untuk tinggal di istananya.Naura tak mungkin meninggalkan ibunya sendirian oleh karena itu dia mengajak bu Ningrum juga ikut ikut tinggal di sana.Sementara Jhoni sudah menunggu di dalam mobil. Sean mendekatinya dan memeluk Naura dari samping. "Aku tau ini tidak mudah untukmu, tapi aku yakin kalau Ayah pasti setuju dengan keputusanku." Naura menunduk sambil menahan air mata yang akan terjatuh."Kita berangkat sekarang." Karena Sean merasa dia akan lebih mudah untuk mengawasi dan melindungi keluarga barunya ini. Naura dan ibunya akan aman tinggal bersamanya.Mereka lalu berangkat ke istana Alexander dalam satu mobil yang dikendarai oleh Jhoni.Sekitar 15 menit mereka sampai di sana. Bu Ningrum membelalakkan matanya saat melintasi sebuah istana yang begitu besar

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 106.

    "Kau serius?" Tuan besar George mengangguk. "Iya, aku serius! Maafkan Daddy-mu ini, Nak." Sambil menahan rasa haru mereka mendekat satu sama lain dan berpelukan.Saat itu juga Naura keluar. "Hon, aku ..." Ucapannya terhenti saat melihat dua pria itu berpelukan. Dirinya yang baru saja selesai mandi kehilangan suaminya yang tidak ada di kamar, oleh karena itu Naura keluar untuk memastikan dimana Sean berada.Mendengar suara Naura datang mereka segera melepas pelukannya. Keduanya terlihat malu."Em, Babby. Kau sudah selesai mandi?" Naura menggeleng heran kenapa tuan George ada di sini. Kenapa mereka berpelukan, apakah mereka sudah baikan? Lalu apa tuan George mau menerima dirinya?Banyak sekali pertanyaan yang menaungi pikiran Naura saat ini."Kalian sedang apa di sini?""Kemari." Sean menyuruh Naura mendekat, tapi sepertinya dia masih ragu."Babby kemari." Wanita itu tidak melangkahkan kakinya sama sekali.

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 105.

    "Uncle, kau di sini?" Lucas terlihat gelagapan memandang wajah tuan besar George yang terlihat tak bersahabat. Sepertinya dia tau kalau hari ini putranya menikah padahal Sean sengaja tidak memberitahukannya."Dimana Sean?" Lucas hanya diam. Dia menoleh sesaat pada Natasya yang juga bingung harus berbuat apa. Terpaksa tuan George mengulang pertanyaannya kembali sambil menunjuk ke wajah Lucas."Aku bilang dimana Sean? Kau jangan coba-coba menyembunyikan dia dariku. Aku tau sekarang dia ada dimana." Pria tua itu bergegas untuk pergi, Lucas dan Natasya berusaha mencegah, berusaha bicara baik-baik dengannya tapi tuan George sama sekali tidak menghiraukan panggilan itu.Mereka hanya takut kalau tuan besar George berbuat semena-mena di sana dan mengganggu kebahagiaan pengantin baru."Eh, Uncle. Tunggu! Kau mau kemana?""Uncle dengarkan aku dulu!""Kalian dan Sean sama saja! Aku benci pada kalian. Aku yakin kalian pasti tau dimana Sean.

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 104.

    "Sssttt! Hei, kenapa kau berteriak?" Sean menyunggingkan senyumnya. Wajah Naura tampak memucat saat Sean mendekatkan wajahnya untuk mencium. Dia begitu grogi dihadapkan dengan seorang laki-laki dalam satu kamar.Secepat mungkin dia mencari alasan untuk menutupi kegugupannya itu. "Aku tadi ..., aku anu ..., em aku ..., aku mau ke toilet dulu. Iya, ke toilet dulu." Tanpa permisi wanita itu beranjak dari hadapan Sean dan masuk ke dalam kamar mandi. Sean tertawa sambil menggeleng karena tau kalau istrinya itu sedang salah tingkah.Dengan nafas yang memburu Naura berdiri di depan cermin sambil melihat pantulan dirinya sendiri. Menahan senyumnya saat merasakan sentuhan jari kokoh di lengan tangannya."Ya Allah, bagimana ini. Apa aku harus ..." Padahal dia tau kalau itu kewajiban istri terhadap suaminya. Naura merapikan dirinya sebelum keluar menemui suaminya."Hufh! Bismillah, aku pasti bisa!"Dengan malu-malu dia keluar kamar mandi, tapi yang

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 103.

    "Saya terima nikah dan kawinnya, Naura binti Bapak Danu Atmaja dengan mas kawin tersebut dibayar. Tunai." "Bagaimana saksi. Sah?" Hanya sekali tarikan nafas Sean berhasil mengucapkan ijab qobul dengan suara lantang terdengar sampai ke dalam kamar. Naura menghela nafas lega dengan mata yang berkaca-kaca. "Alhamdulillah ya Allah. Alhamdulillah engkau mudahkan semua urusan kita. Semua yang terjadi atas kehendak mu, ya Allah." Selalu saja wanita itu melibatkan Tuhannya dalam segala urusan dia. Perias masuk dan meminta Naura untuk keluar, dia mengikuti di belakang sambil membawakan buntut gaun yang menjuntai. "Shit!" ucap Sean sambil menyerkitkan bibirnya melihat istrinya datang bak bidadari yang turun dari syurga. Gaun putih dengan cadar transparan berwarna senada membuat dia terlihat begitu cantik sampai membuat Sean mengeluarkan keringat dingin. Wanita itu duduk di samping sang ma

DMCA.com Protection Status