Share

Chapter 13.

Penulis: Sang_Dewi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Selamat pagi, Nona Naura."

"Pagi, kamu ..., kamu teman kakaknya Natasya kan?" Jhoni tersenyum.

"Lebih tepatnya saya anak buah Tuan Sean, Nona."

"Tuan Sean? Jadi kamu memanggil dia Tuan Sean?"

"Iya, Nona. Saya ditugaskan Tuan untuk menjemput Nona di sini dan memastikan Nona selamat sampai kampus."

"Tapi aku bisa berangkat sendiri."

"Please, Nona. Jangan membuat Tuan Sean marah padaku."

Naura berfikir sesaat. Tak ingin anak buahnya itu mendapat hukuman, Naura akhirnya mau berangkat dengan Jhoni. Jhoni membukakan pintu mobil selayaknya majikan sendiri.

Di dalam mobil mereka hanya diam sembari Naura mencari pokok pembahasan di antara mereka berdua.

"Oh iya, saya mau tanya sama kamu. Kenapa Tuan kamu itu begitu dingin?" Jhoni tersenyum sebelum menjawab.

"Sudah karakter Tuan Sean, Nona. Tapi Tuan Sean orang yang baik."

"Orang baik?" Naura berfikir baik dari mana dia lupa kalau kemaren baru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 14.

    Rupanya wanita itu yang sudah Sean sediakan untuk menemaninya berlayar seperti setiap yang sudah-sudah dia lakukan. Sean menyuruh anak buahnya untuk menyediakan wanita seksi."Sial! Hari ini aku tidak berselera," ucapnya sambil mendorong wanita yang sudah melorot tali bra-nya. Wanita itu terjengkang sambil membenarkan atasan busananya yang sempat terbuka.Merasa tidak dibutuhkan, wanita itu pergi dari hadapan Sean.Dia lebih memilih untuk sendiri dan menemui Bertha guna membahas soal pekerjaan.Sampai tiba di suatu pulau Sean disambut oleh beberapa mobil yang terparkir di tepi pantai. Tampak seorang pria memakai setelan jas berwarna putih lengkap dengan topi pork pie dikawal oleh beberapa anak buahnya."Selamat datang, Tuan Sean Alexander. Senang bertemu dengan Anda di sini.""Selamat siang, Tuan Gultaf. Apa kabar?""Ya, seperti yang anda lihat kali ini." Walau sudah berusia setengah abad tapi pengusaha itu terlihat mas

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 15.

    "Terima kasih untuk makan malamnya, Tuan Gultaf.""Tidak perlu berterima kasih, Tuan. Kami senang, Tuan Sean bisa mampir ke sini."Dan ketika Sean hendak masuk ke dalam mobil, tak sengaja matanya memandang ke atas pada tingkat lantai utama rumah tuan Gultaf, Helena berdiri sambil memandang dengan senyum kecilnya. Tapi Sean tidak tertarik sama sekali dengan senyum itu, dia justru bergegas masuk dan menyusun Jhoni untuk segera pergi.Sempat terpikir di dalam perjalanan namun fokusnya dia kembalikan pada si gadis bercadar.* * * "Hufh! Aku bosan sekali. Kemana, Kak Sean. Kenapa dia pergi tanpa memberitahu aku."Klenting!Natasya yang sendirian di meja makan merasa kesepian tanpa ada yang menemani sarapan seperti hari-hari biasanya. Pisau kecil bekas iris roti dia banting kena piring hingga menimbulkan suara.Saat itu juga Hilda si pelayan melintas sembari membawa tumpukan baju kotor yang hendak di cuci."

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 16.

    "Aku baru saja bertemu dengannya di sana, dan lihat dia memberiku kartu nama." Natasya begitu bahagia."Kamu yakin dia orang baik?""Tentu saja aku yakin lah, secara aku lihat sendiri bagaimana dia, uuuhh, tampan sekali." Semakin tinggi khayalan Natasya terhadap pemuda yang baru saja dia kenal."Eh, sudah! Kita pulang sekarang!" "Tapi, Nau ...""Udah, ayok kita pulang." Bahkan Naura berjalan lebih dulu meninggalkan Natasya, gadis itu berlari mengejar Naura sambil meletakkan tali tas di pundaknya.Usai mengantar temannya sampai ke rumah Natasya pulang dan mengetahui mobil Sean yang sudah terparkir di depan rumah.Secepatnya dia turun untuk menemui kakak sepupunya. "Kakak," teriaknya.Sean hanya diam mendengar teriakan itu, walau diam tapi Tasya tau kalau sepupunya itu ada di kamarnya."Dari mana saja kau?" Sean masih saja diam."Hei, Kak. Aku bertanya kau dari mana saja?"Pria gagah ya

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 17.

    "Pagi, Kak.""Hem," jawab Sean singkat sambil mengoles selai kacang di rotinya. Dengan lincah Natasya menghampiri untuk sarapan bersama seperti biasanya.Sesekali Sean melirik penuh tanda tanya kenapa sepupunya ini terlihat berbeda. "Ada apa denganmu?""Hem?" Natasya menjawab sambil mengangkat alisnya."Aku lihat-lihat sepertinya kau sedang bahagia?""Ah, biasa aja." Tapi tak semudah itu Sean untuk percaya. Dia bukan tipe orang yang bisa dibohongi begitu saja."Aku berangkat dulu, kak. Bye." Natasya beranjak dari tempat duduknya bahkan setumpuk roti pun tidak dia habiskan. Tasya pergi dari hadapan Sean.Wanita itu bersenandung saat menyetir mobil menuju kampus. Sesampainya di sana satu orang yang menjadi tujuan utama dia cari, siapa lagi kalau bukan si gadis bercadar yang kini tengah duduk sambil membaca buku."Hai, Nau.""Kamu baru sampai?" Karena biasanya Natasya yang lebih dulu sampai di ka

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 18.

    "Aku tau apa yang menjadi kelemahan, Tuan Alexander. Dengan cara itu aku yakin dia akan setuju untuk kerja sama dengan kita." Tuan Erdo menyeringai setelah melihat Sean dan Naura bersama. Dia yang tak sengaja lewat dan mendapati mobil Sean yang berhenti di depan kampus merasa panasaran dan mengintai dari kejauhan. Melihat adegan saat Sean merengkuh pinggang Naura, tuan Erdo yakin kalau gadis itu yang menjadi kelemahannya."Kita atur siasat nanti dan aku yakin kita akan berhasil," tawanya dengan beberapa anak buah.* * *"Dari mana aja kau?" Wajah Sean terlihat tak bersahabat saat Natasya pulang ke rumah."Aku ..., aku dari kampus, kak."Brak!Tubuh mungil itu melonjak saat Sean tiba-tiba menggebrak meja dengan sangat keras. "Jangan bohong kau! Kau pikir aku percaya dengan alasanmu?"Degh!"Nggak, kak. Aku nggak bohong!"Tap!Natasya mendongakkan wajahnya saat tangan kokoh itu menceng

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 19.

    "Adnan, Ibu harus menghubungi Adnan." Wanita tua itu masuk ke dalam rumah dan mengambil ponsel milik Naura untuk menghubungi Adnan.Laki-laki yang tengah beberes seisi hotel meletakkan ponselnya di dalam tas sehingga beberapa kali bu Ningrum menelepon tidak juga Adnan angkat."Ya Allah angkat, Adnan. Angkat, Ibu mau bicara." Bu Ningrum semakin cemas."Adnan, tolong kamu buatkan pesanan untuk kamar nomer 026," ujar salah satu pelayan hotel sembari menyerahkan lembaran kertas tertuliskan pesanan menu untuk kamar tersebut."Oh iya, Mba. Baik!"Kedatangannya ke dapur membuat dia mendengar suara dering ponsel tersebut, penasaran dengan siapa yang meneleponnya, Adnan mengambil dari dalam tas.Perasaannya begitu bahagia setelah membaca nama yang tertera pada layar ponselnya tertuliskan nama "Naura Sayang.""Naura.""Halo, Sayang. Kamu menelepon aku?" Tapi justru suara bu Ningrum lah yang didengar."Nak, ini Ib

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 20.

    "Tuan Sean Alexander yang terhormat."Degh!Baru saja mendengar sapaan itu Sean sudah tau itu suara siapa, dia membenarkan posisi duduknya dan bersiap dengan apa yang akan tuan Erdo lakukan."Untuk apa kau meneleponku?""Aku punya kejutan yang bagus untuk anda." Panggilan suara kini berpindah ke panggilan vidio call. Darah Sean mendidih kala melihat si gadis bercadar dalam keadaan terikat. Gadis itu terus meronta seolah meminta tolong dengan suaranya yang tercekat."You fuck shit! Untuk apa kau melibatkan dia dalam urusan kita?""Ouuuhhhh, jadi wanita ini kekasih anda? Ini benar-benar luar biasa!" goda tuan Erdo."Jangan berani kau sentuh dia, atau ...!""Atau apa? Aku bisa saja melepaskan wanita ini, tapi dengan satu syarat!""Syarat?" Sean memicingkan matanya."Kau harus menandatangani surat kerja sama kita dalam bisnis yang kemaren saya tawarkan."Degh!"Shit!"Sun

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 21.

    "Nau, Nau tolong maafkan aku! Aku nggak bisa terus seperti ini." Sesekali Adnan berusaha meraih tangan Naura tapi selalu dia tepis sambil bersungut-sungut masuk ke dalam kamar.Sama sekali Naura tak mau dengar alasan apapun yang keluar dari mulut Adnan.Brak!Dia menutup pintu dengan sedikit keras sebagai bentuk protesnya, Naura membelakangi pintu sambil menghela nafas panjang. Tubuhnya serasa kotor terkena sentuhan dari beberapa orang saat mereka memaksanya untuk ikut.Naura membersihkan diri di kamar mandi, membasuh dari ujung rambut sampai telapak kaki dia gosok dengan sangat bersih.Matanya berkaca-kaca, kenapa dia harus dihadapkan dengan kondisi saat ini.Tok! Tok!"Nau," panggil bu Ningrum karena merasa putrinya sudah lama berada di kamar mandi."Iya, Bu."Panggilan itu menandakan dia harus menyudahi mandinya. Beberapa menu makan sudah tersaji di atas meja sengaja bu Ningrum masakan untuk putrinya

Bab terbaru

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 110

    "Atau jangan-jangan kau belum bisa move one darinya?" Naura dibuat salah tingkah oleh ucapan Sean. "Apa maksud kamu? Aku bukan berniat untuk mengingat Adnan lagi tapi ..., tapi wanita itu_" ucapannya itu seperti tercekat di tenggorokan. Sean semakin penasaran. "Wanita? Siapa yang kau maksudkan?" Sambil menahan sebak di dada Naura berusaha mengatakan semuanya pada Sean. "Tadi ada seorang wanita datang ke sini dan mengatakan kalau kamu ada hubungannya dengan foto Adnan dan seorang wanita di hotel waktu itu. Tapi aku tidak tau siapa namanya." Sean menyerkitkan bibirnya. Rupanya masih ada yang ingin bermain-main dengannya. Dia berusaha mendekati Naura dengan halus, berharap tidak ada perlawanan lagi darinya. "Baby kau dengar. Banyak sekali orang di luaran sana yang berusaha menjatuhkan kita. Jadi aku harap kau jangan mudah percaya dengannya." Naura sadar kalau masa l

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 109.

    "Mencari aku? Untuk apa kamu mencari aku?"Kate kembali menyunggingkan senyumnya. "Kau memang bodoh! Bisa-bisanya kau tertipu oleh suamimu sendiri."Degh!"Apa maksud kamu?" Perasaan Naura semakin tidak enak. Wajahnya seketika memucat dengan nafas memburu karena merasa wanita ini tau banyak tentang Sean."Asal kau tau! Demi mendapatkan-mu Sean rela melakukan apa saja, termasuk menuduh kekasihmu itu.""Kekasihku?" Pikiran Naura mengingat kembali kekasih siapa yang Kate maksudkan. Sedang dia hanya punya satu mantan kekasih yaitu Adnan."Iya, kekasihmu yang sudah mati itu!"Tidak salah lagi, yang Kate maksudkan adalah si Adnan. "Adnan, me_memang apa yang sudah Sean lakukan pada Adnan?" Suara Naura bergetar. "Kau ini benar-benar bodoh! Coba kau pikir secara logika apa mungkin kekasihmu itu melakukan itu dengan wanita lain?" Jauh dari lubuk hati Naura memang dia menolak kenyataan itu karena dia tau bagaimana sifat A

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 108.

    Pagi hari Sean yang masih menutup matanya sambil tengkurap menggerayangi tempat tidur mencari istrinya, tapi Naura tidak ada di sampingnya.Penasaran apa yang sedang dilakukan oleh istrinya Sean pun membuka matanya dan segera beranjak turun.Dia mengendus, menghirup bau masakan yang tidak pernah terhirup di pagi harim"Hem, wangi sekali masakan ini."Dalam hatinya sudah menebak-nebak kalau yang masak di dapur adalah Naura. Walau Sean suka dengan aroma masakan itu tetapi dia mengerutkan keningnya.Dia tidak pernah mengizinkan orang yang disayang terjun langsung ke dapur dan mempercayakan pada kedua asisten rumah tangganya yakni Hilda dan Yusa.Sean turun. "Pagi, Honey," sapa Naura sambil tangannya tak berhenti memegang pekerjaan dapur."Sedang apa kau di sini?""Bikin nasi goreng! Kamu pasti suka nasi goreng buatanku.""Nasi goreng?" Rasanya nama itu tidak asing bagi Sean tapi dia belum pernah memakannya

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 107.

    "Kalian berdua sudah siap?""Tunggu sebentar, Honey." Naura berdiri sesaat melihat bangunan tua rumahnya. Rumah sederhana itu penuh dengan kenangan bersama sang ayah yang telah lama tiada. Hari ini dia harus ikut Sean ke kota untuk tinggal di istananya.Naura tak mungkin meninggalkan ibunya sendirian oleh karena itu dia mengajak bu Ningrum juga ikut ikut tinggal di sana.Sementara Jhoni sudah menunggu di dalam mobil. Sean mendekatinya dan memeluk Naura dari samping. "Aku tau ini tidak mudah untukmu, tapi aku yakin kalau Ayah pasti setuju dengan keputusanku." Naura menunduk sambil menahan air mata yang akan terjatuh."Kita berangkat sekarang." Karena Sean merasa dia akan lebih mudah untuk mengawasi dan melindungi keluarga barunya ini. Naura dan ibunya akan aman tinggal bersamanya.Mereka lalu berangkat ke istana Alexander dalam satu mobil yang dikendarai oleh Jhoni.Sekitar 15 menit mereka sampai di sana. Bu Ningrum membelalakkan matanya saat melintasi sebuah istana yang begitu besar

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 106.

    "Kau serius?" Tuan besar George mengangguk. "Iya, aku serius! Maafkan Daddy-mu ini, Nak." Sambil menahan rasa haru mereka mendekat satu sama lain dan berpelukan.Saat itu juga Naura keluar. "Hon, aku ..." Ucapannya terhenti saat melihat dua pria itu berpelukan. Dirinya yang baru saja selesai mandi kehilangan suaminya yang tidak ada di kamar, oleh karena itu Naura keluar untuk memastikan dimana Sean berada.Mendengar suara Naura datang mereka segera melepas pelukannya. Keduanya terlihat malu."Em, Babby. Kau sudah selesai mandi?" Naura menggeleng heran kenapa tuan George ada di sini. Kenapa mereka berpelukan, apakah mereka sudah baikan? Lalu apa tuan George mau menerima dirinya?Banyak sekali pertanyaan yang menaungi pikiran Naura saat ini."Kalian sedang apa di sini?""Kemari." Sean menyuruh Naura mendekat, tapi sepertinya dia masih ragu."Babby kemari." Wanita itu tidak melangkahkan kakinya sama sekali.

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 105.

    "Uncle, kau di sini?" Lucas terlihat gelagapan memandang wajah tuan besar George yang terlihat tak bersahabat. Sepertinya dia tau kalau hari ini putranya menikah padahal Sean sengaja tidak memberitahukannya."Dimana Sean?" Lucas hanya diam. Dia menoleh sesaat pada Natasya yang juga bingung harus berbuat apa. Terpaksa tuan George mengulang pertanyaannya kembali sambil menunjuk ke wajah Lucas."Aku bilang dimana Sean? Kau jangan coba-coba menyembunyikan dia dariku. Aku tau sekarang dia ada dimana." Pria tua itu bergegas untuk pergi, Lucas dan Natasya berusaha mencegah, berusaha bicara baik-baik dengannya tapi tuan George sama sekali tidak menghiraukan panggilan itu.Mereka hanya takut kalau tuan besar George berbuat semena-mena di sana dan mengganggu kebahagiaan pengantin baru."Eh, Uncle. Tunggu! Kau mau kemana?""Uncle dengarkan aku dulu!""Kalian dan Sean sama saja! Aku benci pada kalian. Aku yakin kalian pasti tau dimana Sean.

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 104.

    "Sssttt! Hei, kenapa kau berteriak?" Sean menyunggingkan senyumnya. Wajah Naura tampak memucat saat Sean mendekatkan wajahnya untuk mencium. Dia begitu grogi dihadapkan dengan seorang laki-laki dalam satu kamar.Secepat mungkin dia mencari alasan untuk menutupi kegugupannya itu. "Aku tadi ..., aku anu ..., em aku ..., aku mau ke toilet dulu. Iya, ke toilet dulu." Tanpa permisi wanita itu beranjak dari hadapan Sean dan masuk ke dalam kamar mandi. Sean tertawa sambil menggeleng karena tau kalau istrinya itu sedang salah tingkah.Dengan nafas yang memburu Naura berdiri di depan cermin sambil melihat pantulan dirinya sendiri. Menahan senyumnya saat merasakan sentuhan jari kokoh di lengan tangannya."Ya Allah, bagimana ini. Apa aku harus ..." Padahal dia tau kalau itu kewajiban istri terhadap suaminya. Naura merapikan dirinya sebelum keluar menemui suaminya."Hufh! Bismillah, aku pasti bisa!"Dengan malu-malu dia keluar kamar mandi, tapi yang

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 103.

    "Saya terima nikah dan kawinnya, Naura binti Bapak Danu Atmaja dengan mas kawin tersebut dibayar. Tunai." "Bagaimana saksi. Sah?" Hanya sekali tarikan nafas Sean berhasil mengucapkan ijab qobul dengan suara lantang terdengar sampai ke dalam kamar. Naura menghela nafas lega dengan mata yang berkaca-kaca. "Alhamdulillah ya Allah. Alhamdulillah engkau mudahkan semua urusan kita. Semua yang terjadi atas kehendak mu, ya Allah." Selalu saja wanita itu melibatkan Tuhannya dalam segala urusan dia. Perias masuk dan meminta Naura untuk keluar, dia mengikuti di belakang sambil membawakan buntut gaun yang menjuntai. "Shit!" ucap Sean sambil menyerkitkan bibirnya melihat istrinya datang bak bidadari yang turun dari syurga. Gaun putih dengan cadar transparan berwarna senada membuat dia terlihat begitu cantik sampai membuat Sean mengeluarkan keringat dingin. Wanita itu duduk di samping sang ma

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 102.

    "Kalau begitu Aunty tentukan saja tanggal pernikahannya, aku pasti setuju.""Izinkan Ibu untuk bicara dengan Pak Kyai Hanif terlebih dahulu untuk menentukan tanggal kalian menikah." Sean mengangguk, tak sabar rasanya menunggu hari itu datang.Pak Kyai Hanif mengatakan, lebih cepat lebih baik, bukankah Sean sudah punya segalanya? Lalu untuk apa mereka mengulur waktu yang hanya akan membuat fitnah untuk Sean dan Naura.Maka pesta pernikahan itu akan di laksanakan dua hari lagi. Sean dan Naura begitu bersemangat mempersiapkan segala sesuatunya."Kau tau Babby? Kalau aku sudah tidak sabar menunggu dua hari lagi," ucap Sean pada sambungan telepon."Serius?""Apa kau masih tak percaya denganku?" Mereka terdengar begitu romantis."Setelah kau resmi menjadi istriku, aku akan membawamu dan mertuaku pulang ke rumahku."Tiba saat itu datang dimana di kediaman pak Danu sudah dihiasi dengan dekorasi pernikahan bernuansa puti

DMCA.com Protection Status