Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa ia begitu ingin mengunjungi Museum Nasional Ibukota China. Hatinya entah mengapa memintanya mengunjungi museum tersebut. Beruntungnya meseum itu yang memang akan selalu di buka setiap hari. Bahkan hari libur seperti hari minggu sekalipun.
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa dirinya tiba-tiba ingin mengikuti kata hatinya. Biasanya di hari minggu, gadis yang baru berusia 18 tahun itu akan menghabiskan waktunya tidur setelah menjalani rutinitas perkuliahan yang tak seindah yang ia kira. Kini disinilah Feng Ru Ai berada, di dalam museum menyelusuri berbagai benda-benda peninggalan sejarah. Langkahnya terhenti ketika ia memasuki ruangan yang di khususkan untuk dinasti Ming, seakan ada sesuatu yang memanggilnya, Feng Ru Ai melangkah memasuki ruangan yang kini juga di datangi beberapa pengunjung.
Feng Ru Ai mengamati setiap benda-benda peninggalan dinasti Ming, hingga matanya kini tertuju pada sebuah buku usang yang menceritakan sejarah dinasti Ming. Feng Ru Ai mendekat pada buku bersampul usang tersebut, ia mulai menyentuh dan meraba buku itu. Entah mengapa setiap membaca deretan kalimat yang ada pada buku sejarah dinasti Ming Itu, Feng Ru Ai merasakan kerinduan yang mendalam akan tanah Ming.
Hatinya terasa perih, ia merasa sedih tanpa sebab. Hingga saat Feng Ru Ai membaca satu nama yang tak asing untuknya, seketika Feng Ru Ai menangis tersedu-sedu sehingga membuat beberapa pengunjung museum lainnya menatap Feng Ru Ai dengan tatapan aneh dan bingung.
Feng Ru Ai tak tahu, mengapa ia bisa menangis seperti ini hanya karena membaca satu nama yang sangat femiliar untuknya. Entah mengapa Feng Ru Ai merasa sesak didadanya, ia begitu merindukan sosok pemilik nama itu, ia merindukan tanah Ming, ia juga merindukan segala kegiatan di istana MingQi yang nampak sangat akrab untuknya.
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa dirinya menjadi seperti ini? Perasaan aneh apa yang tengah melandanya? Mengapa ia seakan begitu akrab dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dinasti Ming. Hingga mengapa Ia merasakan perasaan bahwa memang seharusnya ia berada disana, bukan disini?
Feng Ru Ai tidak tahu, ada apa dengan dirinya. Mengapa ia masih saja terus menangis. Mengapa ia terus saja merasakan sakit dan juga merasakan perasaan rindu dengan tanah Ming. Hingga Feng Ru Ai tak menyadari, air matanya yang tak sengaja jatuh di atas permukaan kertas lusuh dan usang dari buku sejarah dinasti Ming yang ada di museum bersinar terang dan seketika Feng Ru Ai menghilang.
.
.
.
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa ia tiba-tiba berada di pinggir sebuah danau dengan pakaian yang basah kuyup. Ia tidak tahu mengapa tiba-tiba merasakan dadanya terasa sesak, tenggorokannya terasa sakit, hidungnya terasa perih, serta kepalanya berdenyut sakit.
Kepalanya terasa sangat berat seakan ada palu besar tak kasat mata yang memukul kepalanya bertubi-tubi. Saat ini pandangannya terasa berkunang-kunang, Feng Ru Ai memilih kembali memejamkan matanya seakan kesadaran yang ia miliki perlahan mulai menghilang.
Disisa kesadarannya sayup-sayup terdengar suara dua orang pemuda yang nampak begitu khawatir berada disampingnya, salah satu dari pemuda itu terus saja menepuk pipi Feng Ru Ai pelan dan terus memanggil-manggil namanya berharap gadis itu segera sadar.
"Nona Ai"
"Nona Ai.."
"Nona Ai, hamba mohon sadarlah"
Guncangan demi guncangan Feng Ru Ai rasakan, hingga perlahan matanya yang sempat terpejam perlahan terbuka di susul batuk hebat.
Pemuda yang menepuk pipinya barusan segera membantu Feng Ru Ai bangun dan mendudukannya di pinggir danau, pemuda itu menepuk-nepuk punggung Feng Ru Ai berharap batuk yang gadis itu alami segera mereda.
Seorang pemuda lain yang berada disisinya lantas memeluk gadis itu dengan sangat erat, ia lalu berkata "Sang pencipta masih melindungimu mei mei, syukurlah kau selamat"
Awalnya Feng Ru Ai bingung dengan situasi yang ia hadapi, namun entah mengapa bagian dari dirinya yang selama ini terpendam seakan muncul ke permukaan. Dirinya tiba-tiba merasakan kerinduan kepada sosok pemuda yang memeluknya, ia dengan perasaan rindu yang membuncah lantas membalas pelukan pemuda itu dan mulai terisak.
Feng Ru Ai tidak tahu ada apa dengan dirinya, ia tidak tahu mengapa tiba-tiba saja tubuhnya dengan sepontan membalas pelukan pemuda yang nampak begitu mengkhawatirkannya. Padahal setahu Feng Ru Ai, ini adalah kali pertamanya ia bertemu dengan pemuda itu, tapi entah mengapa hatinya seakan femiliar dan mengatakan mereka sudah saling mengenal sejak lama.
"Syukurlah kami datang tepat waktu, jika tidak.. jika tidak kau pasti mati tenggelam di danau itu" isak pemuda yang masih memeluk Feng Ru Ai.
Tentu saja Feng Ru Ai tak mengerti maksud pemuda itu, setahunya ia berada di Museum nasional ibukota China dan tiba-tiba sebuah cahaya yang menyilaukan datang entah dari mana dan seketika tubuhnya sudah terkapar di pinggir danau dengan pakaian basah kuyup. Karena penasaran dan juga bingung dengan situasi yang ia hadapi, Feng Ru Ai pun mulai menyuarakan rasa bingung dan penasaran yang ia rasakan.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Dimana aku sekarang? Dan... siapa kalian?" Tanya Feng Ru Ai yang membuat kedua pemuda bersamanya terkejut dengan pertanyaan yang Feng Ru Ai.
Pemuda yang memeluknya melepas pelukannya, kedua tangannya ia taruh di kedua pundak Feng Ru Ai. Matanya menatap Feng Ru Ai dengan tatapan tidak percaya, ia lalu berkata "mei mei kau tidak mengenalku?" Tanyanya dengan nada suara tidak percaya.
Feng Ru Ai menggeleng dan berkata "aku tidak mengetahuimu, tapi kau nampak femiliar untukku. Apakah kita pernah bertemu atau kau mengenaliku?" Tanya Feng Ru Ai yang langsung di angguki pemuda itu.
"Kita sering bertemu, dan aku mengenalimu, sangat mengenalimu" jawab pemuda itu cepat.
Feng Ru Ai merasa bingung, bagaimana bisa pemuda yang terus memanggilnya 'mei-mei' mengenalinya dan mengatakan mereka sering bertemu, padahal setahu Feng Ru Ai ini adalah kali pertama mereka bertemu. Walaupun Feng Ru Ai merasa tidak asing dengan wajahnya, tetap saja mereka belum pernah bertemu selama 18 tahun hidupnya.
Feng Ru Ai seorang gadis 18 tahun yang tinggal sendiri dalam rumah mewah yang baginya seperti sebuah sangkar burung yang terbuat dari emas. Ia tumbuh besar dalam asuhan para pelayan tanpa tahu siapa kedua orang tuanya ataukah siapa saudaranya.
Selama ini Feng Ru Ai tidak pernah melihat mereka, setiap hari Feng Ru Ai hanya sendirian di rumah mewah bak istana yang amat sangat suram dan sepi tanpa adanya kebahagiaan. Pergaulan Feng Ru Ai sangat terbatas, ia tak memiliki teman. Bukan karena ia tak ingin bergaul, hanya saja semua orang takut berteman dengannya karena setiap hari ia akan selalu di ikuti oleh para pengawal yang selalu mereka sebut sebagai bodygard. Kehidupan Feng Ru Ai sangat tertutup, lantas bagaimana pemuda yang berpakaian seperti seorang prajurit di masa lalu itu bisa mengenalnya?
Tunggu dulu!
Feng Ru Ai merasa ada yang salah disini, ia menatap pemuda yang baru saja memeluknya. Pemuda itu memakai pakaian Zirah seperti pakaian prajurit-prajurit kerajaan di masa lalu, setelah memperhatikan pemuda itu, Feng Ru Ai mengalihkan tatapannya pada pemuda yang sempat menepuk pipinya hingga tersadar. Pemuda itu mengenakan Hanfu.
Feng Ru Ai ingat pelajaran sejarah yang ia pelajari mengenai Hanfu. Hanfu meliputi semua jenis pakaian tradisional yang dikenakan oleh kelompok etnis Han Cina. Oleh karena itu, ia memiliki sejarah sepanjang dari orang Cina Han. Hanfu telah dihapuskan oleh Manchu Invaders secara paksa di abad ke-17, dan tidak terlalu terkenal di Cina saat ini, kecuali di beberapa daerah kecil yang masih membela kebangkitan dari Hanfu sebagai pakaian nasional Cina.
Hanfu sendiri memiliki sejarah tercatat lebih dari 3.000 tahun. Ia dikenakan oleh orang Cina Han dari semi-legendaris Dinasti Xia (c. abad 21 SM - abad 16 SM) dan semua cara untuk Dinasti Ming (1368-1644). Hanfu telah dianggap oleh Cina Han penting sebagai bagian dari budaya mereka. Yang memakai gaya yang tepat dari Hanfu merupakan bagian dari perbaikan perilaku sopan santun.
Jika pemuda yang baru saja memeluknya dan terus memanggilnya 'mei-mei' mengenakan pakaian lengkap seorang prajurit dari masa lalu, dan pemuda lain yang tidak jauh darinya memakai Hanfu, mungkinkah saat ini Feng Ru Ai terlempar di dinasti Xia ataukah di dinasti Ming di masa lalu? Jika memang ia, ini sungguh sesuatu yang amat gila!
Jika memang Feng Ru Ai saat ini terlempar di masa lalu, ia tak tahu harus berkata apa. Seharusnya ia merasa cemas, seharusnya ia merasa takut dan gelisah, seharusnya ia merasa was-was dan menduga-duga segala kemungkinan buruk yang akan terjadi padanya. Tapi, bukan itu yang Feng Ru Ai rasakan. Ia tidak merasa cemas , ia tidak merasa takut dan gelisah sama sekali, ia juga tidak merasa was-was akan segala peraduga buruk yang akan menimpanya.Anehnya hati Feng Ru Ai merasa senang, ia senang seakan dirinya memang sudah seharusnya berada disini. Ini aneh. Sangat aneh. Namun entah mengapa hatinya seakan mengatakan bahwa ia memang sudah di takdirkan berada disini.Feng Ru Ai menjambak rambutnya yang basah, ia bingung dan pusing secara bersamaan. Ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya, ia tak tahu mengapa ia bisa berada disini, karena seingat Feng Ru Ai ia tengah berada di museum nasional membaca buku sejarah Ming yang membuatnya menangis tersedu
"Apa yang terjadi, mengapa Ai pulang dengan tubuh yang basah kuyup?" Tanya Jendral besar Hongli khawatir ketika melihat putra sulungnya membopong putri bungsunya masuk tergesa - gesa menuju pavilium Lan bagian barat dari pavilium utama."Nanti ku jelaskan ayah, sekarang tolong pinta pelayan memanggilkan dokter kerajaan sekarang" jawab Feng Qi Qiang.Jendral Holing mengangguk, ia lantas berhenti melangkah dan menatap kepala pelayan Zhong yang kini mengangguk mengerti setelah di perintahkan memanggil dokter kerajaan kepercayaan keluarga Feng."Panggil dokter kerajaan BoQing kemari, pastikan kejadian ini tidak menyebar keseluruh penduduk. Akan sangat merepotkan apabila muncul rumor yang tidak - tidak mengenai Ai, terlebih lagi kita belum tahu pasti apa yang selalu membuat putri kecilku itu selalu diintai dalam bahaya" kata Jendral Holing memperingati kepala pelayan Zhong."Baik tuan besar" jawab pria pa
"Yang mulia, mengapa anda diam saja? Gadis itu menyusup masuk dalam manor anda, apakah kita akan membiarkannya saja?" Tegur Kong Li Yong yang merupakan sahabat sekaligus tangan kanan putra mahkota Rui.Putra mahkota Rui yang selama ini di kabarkan menghilang beberapa bulan yang lalu tak bergemi, ia terus menatap tajam nona muda yang sama sekali tak gentar ataupun takut dengan tatapan tajam dan mengintimidasi darinya.Melihat hal itu tentu saja putra mahkota Rui merasa risih dan terganggu, selama hidupnya tidak ada seorang pun yang tak tunduk dari tatapan mengintimidasinya yang mampu membuat setiap sendi dan tulang semua orang gemetar. Tapi, nona muda yang nampak tak asing dihadapannya kini sama sekali tidak merasakan rasa takut seperti kebanyakan orang yang akan langsung gemetar ketika membalas tatapannya, nona muda yang kini berada dalam halaman manornya malah memberinya tatapan yang sangat sulit untuk putra mahkota Rui artikan dan jabarkan
Sepeninggalan pemuda yang mengantarnya pulang ke kediaman keluarga Feng, Ai hanya terus menunduk dan memperhatikan jalanan setapak yang ia lalui.Pikirannya saat ini berkecamuk dan berkelana entah kemana. Apa yang ia alami begitu rumit dan memusingkan. Ia butuh sebuah pegangan, ia butuh sebuah sandaran. Bebannya kali ini begitu berat, Ai tak mampu menanggungnya sendiri. Ia butuh teman yang mampu membantunya dan memberinya solusi keluar dari kebuntuan yang ia hadapi, ia butuh seseorang yang mampu menemaninya keluar dari tempat yang asing dan tidak ia ketahui kini.Tapi siapa yang akan membantunya, menolongnya, membimbing ataupun menemaninya? Selamanya Ai hanya sendiri. Sendiri melawan sakit, sendiri melawan lelah, sendiri melawan keputus asaan, sendiri bangkit dari keterpurukan dan penderitaan yang berkepanjangan.Hidupnya selalu suram, hanya ada kegelapan yang selalu menemani langkahnya. Tidak ada seorang pun yang memban
Qiang begitu terkejut saat menemukan adiknya terkapar diatas tanah yang kasar dan dingin dihalaman belakang kediaman mereka. Ia lantas segera mengangkat adik bungsunya dan membawanya menuju pavilium barat dan menidurkan kembali adiknya di atas peraduannya yang hangat.Qiang tidak habis pikir, mengapa adiknya bisa berada disana. Seingat Qiang, ia sudah mengecek halaman belakang berulang kali, namun keberadaan adiknya tak ia temukan. Qiang tak tahu berapa lama ia meninggalkan kediaman keluarga Feng sampai tak jika mungkin saja ada persembunyian baru dihalaman belakang kediaman mereka.Awalnya Qiang tadinya hanya hendak mengambil kudanya yang berada dihalaman belakang kediaman guna memperluas pencarian adiknya di ibukota MingQi, tapi siapa yang menyangka, ia menemukan adiknya dalam keadaan tak sadarkan diri diatas jalan setapak halaman bekalang kediaman mereka.Sepanjang perjalanan menuju pavilium Lan yang berada di bagian
Seorang wanita awal usia 40an yang masih nampak cantik dengan balutan baju kebesaran seorang permaisuri terus saja hilir mudik di depan seorang pemuda berusia 24 tahun yang mulai nampak jengah menyaksikan wanita yang melahirkannya terus mondar mandir dihadapannya."Ibu, tidak bisakah ibunda tenang?" Tanya pemuda itu"Bagaimana ibunda bisa tenang? Pembunuh bayaran itu sama sekali tidak becus menjalankan tugas dan perintah Ben gong!" Geram permaisuri kedua Mu Li LienPemuda yang duduk dihadapannya menampilkan raut wajah tenang, ia tahu apa yang membuat ibundanya begitu sangat marah dan ketakutan disaat yang bersamaan. Semua itu tidak jauh dari masalah adiknya, putra mahkota Rui yang sampai saat ini identitasnya masih di pertanyakan.Tiga bulan telah berlalu semenjak insiden penculikan dan pembunuhan yang direncanakan oleh ibundanya, selama tiga bulan itu pula adiknya itu dinyatakan hilang tepat saat ma
Seharusnya Ai tidak perlu terkejut ketika ia terbangun dari tidurnya, ia langsung disambut oleh sapaan para pelayan yang akan membantunya membersihkan diri. Hal ini jelas tidaklah jauh berbeda dengan kehidupannya dimasa depan. Setiap pagi Ai juga akan mendapat perlakuan yang sama dari para pelayan yang bekerja dirumahnya, hanya saja saat ini Ai belum terbiasa. Suasana dimasa lalu dan dimasa depan jelas sangat berbeda.Ai tetap saja terkejut dengan keberadaan pelayan yang mengenakan pakaian hanfu yang membalut tubuh mereka dari sengatan matahari ataupun dinginnya hembusan angin yang menyapu permukaan kulit.Ai memperbaiki posisi duduknya, ia sesekali menguap dan mengucek matanya yang terasa gatal. Sejujurnya Ai masih ingin memejamkan matanya, semalam ia kesulitan tidur karena terlalu banyak pikiran. Akhirnya ia baru bisa terlelap ketika hari telah memasuki dini hari.Tidur Ai pun rasanya tidak cukup lama, Ai merasa ia han
Pangeran Rong yang mendapat kunjungan dadakan pejabat pemerintahan kerajaan MingQi seakan merasa diatas awan. Pemuda berusia 24 tahun itu tersenyum menang saat menyaksikan para mentri dan pejabat mulai berebut mencari perhatian dan perlindungan darinya.Saat ini kondisi kaisar Wei menurun drastis. Para mentri dan pejabat pemerintahan dengan yakin dan percaya berpikir jika kematian sebentar lagi kan menyapa kaisar Wei, maka dari itu, sebelum kehancuran terjadi di depan mata, mereka berlomba - lomba menarik perhatian sang calon pewaris tahta yang masih bertahan dengan ambisinya yang besar. Terlebih lagi nampaknya pangeran Rong akan dengan mudah menaiki singgasana terlebih saat ini ia tak memiliki saingan.Keberadaan putra mahkota Rui yang masih belum jelas, juga tidak minatnya pangeran Yan ikut dalam perebutan tahta membuat para mentri dan pejabat hanya memperioritaskan pangeran Rong.Mereka dengan tak kenal lelah da
Disaat semua orang masih dilanda keterkejutan akan sosok putra mahkota Rui, hanya Ai yang menatap pemuda itu dengan tatapan dalam. Ada perasaan lega yang ia rasakan saat pemuda itu akhirnya kembali ketempatnya semula.Saat Ai sibuk menatap putra mahkota Rui, tiba - tiba pemuda itu menoleh dan tatapan mereka bertemu. Seakan terhipnotis, Ai merasakan tatapan mereka seakan terkunci. Entah hanya perasaannya saja, ia melihat ada sebuah kerinduan mendalam dari pancaran mata putra mahkota Rui saat menatapnya.Ai segera saja mengerjap dan membuang muka. Jantungnya berdebar sangat kencang. Bahkan ia dengan jelas dapat mendengar jantungnya berdetak tidak normal dan tidak berirama seperti biasanya. Ai memegang kedua pipinya yang terasa panas dengan kedua tangannya. Perilaku kecilnya itu nampak sangat menggemaskan terlebih lagi saat ini kedua pipinya nampak merona merah dimata para pemuda yang terus saja menperhatikan gerak gerik Ai sejak pertama kali m
Satu jam telah berlalu. Namun keluarga kerajaan belum juga menghadiri upacara penobatan. Entah apa yang sedang terjadi. Yang jelas saat ini Ai mulai merutuki keluarga kerajaan dalam hatinya karena mereka, ia harus terperangkap dalam suasana membosankan dan menyebalkan seperti ini.Beberapa kali Ai menguap, beberapa kali pula ia mengucek matanya dan berusaha untuk tetap terjaga. Jika saja tempat duduk Ayahnya bukan di barisan paling depan, mungkin saja Ai sudah tertidur. Namun, setelah ia terperangkap dan kembali ke masa lalu. Ai diam - diam mempelajari sopan santun dan segala hal yang berkaitan dengan nona muda bangsawa termasuk belajar 4 seni tanpa sepengetahuan siapapun. Walaupun Ai cukup pandai dalam seni kaligrafi, tapi di MingQi nona muda bangsawan harus pintar setidaknya 2 dari 4 seni. Selain nona muda bagsawan harus pandai 2 seni, mereka juga harus pandai mengurus keuangan sehingga kelak ketika mereka menikah dengan seorang tuan muda dari golongan bangsaw
Hari berlalu dengan begitu cepat. Hari penobatan pun akhirnya datang. Selama beberapa hari terakhir, pangeran Rong merasakan jantungnya hampir meledak saking gugupnya menyambut hari dimana ia akan menaiki kedudukan tertinggi di MingQi.Tak ada lagi yang akan memandangnya dengan tatapan remeh dan merendah, tak ada lagi yang berani menghujat dan memakinya karena posisinya. Bahkan sekarang ia yakin, akan semakin banyak nona muda yang berambisi memiliki harta dan kekuasaan yang gencar mendekati dan menggodanya. Namun saat ini hanya ada satu nona muda yang berhasil masuk dalam pandangan pangeran Rong. Nona muda yang selalu mengusik pikiran dan ketenangannya hingga sisi liar dan kejamnya mulai nampak dipermukaan."Feng Ru Ai"Pangeran Rong mengumamkan nama nona muda yang selama ini mengganggu dan mengusik ketenangannya. Mengingat bagaimana pertemuan mereka dan bagaimana putri jendral Holing itu mengacuhkan bahkan menolaknya me
Para mentri dan pejabat pemerintah jelas terkejut dengan perkataan kaisar Wei. Bagaimana kaisar Wei yang di kenal sebagai kaisar keras kepala, dingin dan kejam secara bersamaan itu menerima permohonan mereka. Padahal mereka tau jelas jika kaisar Wei bukanlah orang bodoh yang tak menangkap maksud dari desakan dan permohonan mereka setiap waktu."Yang mulia, apakah anda sedang lelah, atau anda sedang sakit. Mengapa anda kini menyetujui permintaan kami?" Tanya seorang perdana mentri yang nampak curiga dengan persetujuan kaisar Wei."Mengapa kau bertanya seperti itu? Bukankah kalian yang mendesak Zhen untuk turun dari takhta? Lalu apa lagi sekarang? Mengapa kalian selalu saja curiga, mengeluh bahkan protes pada Zhen. Padahal Zhen bahkan sudah mengikuti permintaan kalian!""Apakah tidak cukup jika Zhen akhirnya memilih mundur? Mengapa kalian tetap saja curiga pada kaisar tua ini? Apakah tidak cukup dengan pengunduran diri Zhe
Pintu utama pavilium Lan terbuka, perlahan sosok Ai berbalut hanfu berwarna pastel dengan mantel bulu rubah coklat melangkah keluar.Walaupun langit siang ini nampak cerah, namun hawa dingin musim salju mulai menyapa dan menyapu permukaan kulit sehingga menghantarkan rasa dingin yang menusuk hingga tulang. Bersyukur Ai terdampar dan terperangkap dalam masa lalu di dalam keluarga yang berkecukupan, hidupnya jelas tidaklah jauh beda dengan kehidupannya di masa depan dimana semua keperluan dan kebutuhannya dapat di penuhi dengan mudah.Ai tak mampu membayangkan jika ia kembali ke masa lalu dalam keadaan tak bercukupan. Walaupun ia selalu dituntut untuk mandiri di masa depan, melihat kondisi di masa lalu yang jelas sangat jauh berbeda. Angka kemiskinan di ibukota MingQi yang masih terbilang sangat besar sangat banding terbalik dengan angka kemiskinan dan pengangguran di masa depan.Jika ia terlahir dari keluarga tak bercukup
Langit dan matahari cerah menyapa ibukota MingQi dan seluruh wilayah kekuasaan kerjaan MingQi. Para penduduk ibukota MingQi maupun para penghuni kerajaan MingQi dari berbagai golongan dan kasta mulai melakukan aktivitas mereka masing - masing.Suasana ibukota maupun dalam kerajaan MingQi kini nampak hidup dengan segala aktivitas. Terlepas dari suasana yang nampak hidup ditemani langit dan matahari yang bersinar cerah. Di aula utama kerajaan MingQi, suasana malah sebaliknya dari apa yang nampak diluar.Dingin yang menusuk hingga tulang belulang, tatapan tajam dari mata elang yang mampu mengoyahkan pertahanan, aura membunuh dan kekejaman yang sangat mengintimidasi hingga para mentri dan pejabat yang berada diruangan tak mampu bernafas dengan kasar dan leluasa.Setelah mengemukakan permohonan mereka mengenai kekuasaan tertinggi kerajaan yang menjurus pada 'penggulingan' dan rencana kudeta yang sejak beberapa bulan lalu perm
"Aku tidak bertanya padamu. Aku bertanya pada diriku sendiri!" Kata Guang ketus saking kesalnya dengan Di Yu.Sejak awal Guang berpikir jika Di Yu sangat mengesalkan. Mulai hari dimana Guang menunggu Di Yu hingga malam dan berjam - jam di depan gerbang masuk istana MingQi yang membuat Guang kesal setengah mati karena keterlambatan Di Yu yang membuat Guang kesemutan karena kelamaan berdiri ataupun duduk, serta dimana Guang harus digigit oleh nyamuk - nyamuk nakal yang semakin membuat kekesalan Guang bertambah kala itu.Sejak saat itu, Guang tidak terlalu menaruh hormat ataupun ramah tama pada Di Yu yang sejak hari pertama ia memasuki keluarga Feng atau hari pertama ia bertemu dengan Guang di depan gerbang masuk istana. Jika Guang bersama Di Yu, tidak ada hari tanpa kata atau jawaban Di Yu yang mengesalkan. Jika Guang terus bekerja dengan Di Yu, Guang yakin umurnya akan cepat menua 10 tahun karena kesal ataupun karena menahan amarah.
Di lantai dua kedai mie yang ada di ibukota MingQi, pangeran Rong masih saja menampilkan raut wajah kesal. Yu Su yang melihat hal itu hanya mampu menghela nafas berat. Yu Su tidak tahu mengapa sahabatnya itu begitu terobsesi dengan nona muda dari keluarga Feng. Padahal jika sahabatnya itu ingin, ada banyak nona muda dari keluarga bangsawan lainnya yang akan melempar diri mereka dengan suka rela tanpa harus membuat sahabatnya itu membuang - buang tenaganya.Entah apa yang pangeran Rong lihat sehingga ia begitu tertarik dengan nona muda Feng, sejauh ini Yu Su belum melihat hal menarik apapun dari nona muda Feng kecuali sikap lancang dan beraninya."Rong, sampai kapan kau akan seperti itu?" Tegur Yu SuPangeran Rong seakan tak peduli dengan teguran sahabatnya. Egonya sebagai seorang laki - laki terluka dengan sikap putri jendral besar Holing. Mengapa? Mengapa Ai sama sekali tidak tertarik ataupun terpesona dengan wajah tamp
Di manor pangeran Rong, permaisuri Lien mengadakan pertemuan dengan para pendukung pangeran Rong sore ini. Walaupun pertemuan mereka tanpa kehadiran pangeran Rong, permaisuri Lien dapat mengatasi mereka dengan baik.Tujuan pertemuan mereka sore ini adalah karena keinginan permaisuri Lien yang meminta, menghasut bahkan merayu para pendukung pangeran Rong untuk mendesak kaisar Wei segera turun takhta dan mewariskan kekuasaan, takhta dan pemerintahan kerajaan MingQi kepada kandidat calon penerus yang akan mengantikan kaisar Wei dan tentu saja saat ini hanya satu orang yang merupakan kandidat calon penurus yang menempati posisi kuat dan layak. Terlebih lagi saat ini tak adanya saingan jelas akan memudahkan pangeran Rong yang merupakan kandidat calon penerus satu - satunya yang akan menaiki takhta.Baik permaisuri Lien maupun para pejabat yang menjadi pendukung pangeran Rong sangat yakin jika pangeran Rong dapat menduduki singgasana dan menjadi k